Inklusi Keuangan Syariah Harus dengan Pendekatan Digital

Selasa, 15 Mei 2018 - 05:36 WIB
Inklusi Keuangan Syariah Harus dengan Pendekatan Digital
Inklusi Keuangan Syariah Harus dengan Pendekatan Digital
A A A
JAKARTA - Strategi inklusi keuangan syariah harus menggunakan pendekatan milenial dan digital. Namun tentunya hal ini tidak bisa dilakukan pemerintah sendirian, perlu dukungan dari industri keuangan termasuk industri keuangan syariah dan stakeholder terkait.

Presiden Direktur PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Jens Reisch mengatakan, percepatan inklusi keuangan termasuk inklusi asuransi syariah harus memanfaatkan teknologi digital. Selain jangkauannya luas, penggunaan teknologi digital dirasa tepat menyasar masyarakat Indonesia, yang saat ini didominasi generasi milenial.

"Strategi tahun ini, kita lakukan perubahan lebih milenial mungkin bahasa, instrumen dan teknik pemasaran. Kemudian kita kembangkan digital dan investasi ke satu penjualan, pelayanan, agen dan nasabah. Contohnya pengembangan dan perbaiki dari sisi produk," ungkap Jens dalam acara Rembuk Republik bertajuk Memacu Inklusi Keuangan Syariah di Jakarta, Senin (14/5/2018).

Lebih jauh dijelaskannya, melalui teknologi digital, agen asuransi dan masyarakat sangat dimudahkan dalam membeli polis asuransi.

"Di situ paling penting banyak agen di 160 kota, untuk nanti kasih ilustrasi dan polis. Sekarang ada tool connect wifi dan kirim data aplikasi ke perusahaan. Minum kopi saja nanti polis keluar. Bentuknya aplikasi mobile," ucap Jens.

Untuk diketahui, hasil survei yang dilakukan OJK pada akhir tahun 2016 melalui Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia, menunjukkan tingkat inklusi keuangan syariah sebesar 11,06%.

Masih sangat rendah jika dibandingkan tingkat inklusi keuangan nasional yang sudah mencapai 67,82%. Bila dielaborasi, inklusi keuangan asuransi syariah hanya sebesar 1,92%, dengan literasi atau pemahaman masyarakat akan produk sebesar 2,51%.

Meski demikian, Jens optimis asuransi syariah bakal berkembang pesat di tanah air, karena mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim dan luasnya pangsa pasar yang masih bisa digarap.

"Tahun lalu kami naik double digit. Kalau lihat kontribusi, aset, nasabah, tahun lalu di pasar keuangan syariah performanya luar biasa dan untuk syariah kita optimis 2018," kata jens.

Pada tahun lalu, Prudential Indonesia membukukan pendapatan kontribusi bruto sebesar Rp3,4 triliun dan juga aset sebesar Rp9,9 triliun atau tumbuh 13%. Sementara peserta baru tumbuh 14%, peserta non muslim tumbuh 98%, dan hasil investasi syariah yakni Asia Pacific Equity Fund mencapai 26,6%

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menilai, inklusi keuangan memiliki peran penting dalam mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan di Indonesia.

"Bagi Bappenas, inklusi keuangan umum termasuk syariah adalah mekanisme yang baik untuk membantu mengurangi kemiskinan dan mengatasi berbagai isu pembangunan yang lainnya," kata Bambang dalam kesempatan sama.

Adapun angka kemiskinan Indonesia pada 2017 berada di level 10,12% dengan jumlah absolut 26,58 juta jiwa. Menurut Bambang, salah satu cara agar dapat keluar dari jurang kemiskinan ialah dengan peningkatan inklusi keuangan.

"Merekalah yang menjadi kelompok utama, mereka yang kita tolong duluan. Dan salah satu cara mereka keluar adalah dengan inklusi keuangan. Masih banyak yang namanya pekerja informal dan satu lagi masyarakat yang masih terisolasi. Nah inilah kelompok yang harus menjadi target inklusi," paparnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4349 seconds (0.1#10.140)