Momen Perlawanan Rakyat Jawa ke Pejabat Culas Pendukung Pangeran Diponegoro

Selasa, 23 Januari 2024 - 06:30 WIB
loading...
A A A
Kebijakan para komandan benteng Belanda barangkali ikut berpengaruh, mereka berhasil merebut hati penduduk setempat dengan menjanjikan pemberian bajak gratis, hewan penghela, dan benih gratis jika mereka mau pindah ke wilayah Belanda.

Termasuk kebijakan Belanda juga adalah menurunkan pajak, mengurangi kewajiban kerja bakti dan menaikkan upah buruh harian di sekitar benteng untuk mendorong para petani dan keluarga mereka tetap betah tinggal di dekat benteng.

Hasilnya September 1829 di tahun keempat perang, perlawanan terorganisasi terhadap Belanda di daerah-daerah yang subur pangan di Jawa tengah bagian selatan berakhir.



Ikatan rasa saling percaya dan kerja sama antara pasukan Diponegoro dan penduduk desa setempat sudah rusak.Tanpa ada dukungan rakyat, tidak mungkin dilancarkan perang gerilya yang berhasil.

Pada waktu itu Sentot sudah menyerah kepada Belanda. Di saat itulah nasib Pangeran Diponegoro yang sudah berada di titik nadir.

Pada 21 September 1829 Pangeran Ngabehi, panglima senior yang tersisa, bersama dua putranya, terbunuh dalam pertempuran sengit di Pegunungan Kelir di perbatasan Bagelen - Mataram.

Tak berselang lama, pada 11 November 1829 Diponegoro nyaris tertangkap di Pegunungan Gowong oleh pasukan gerak cepat ke-11 yang dikomandoi oleh Mayor A.V. Michiels.

Diponegoro akhirnya memutuskan untuk masuk ke hutan-hutan di sebelah barat Bagelen dengan hanya ditemani dua punakawan atau pengiring terdekat, yakni Bantengwareng dan Roto.

Dia melayani segala kebutuhan Pangeran Diponegoro dan bertindak sebagai penunjuk jalan dan penasihatnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1899 seconds (0.1#10.140)