Kisah Kegalauan Jin Bun usai Wafatnya Sunan Ampel Berimbas ke Penaklukan Majapahit
loading...
A
A
A
DEMAK - Jin Bun atau Raden Patah Raja Demak pertama berhasil menaklukkan Majapahit yang bertahan nyaris lebih dari satu abad. Penaklukan Majapahit menjadi catatan besar bagaimana sebuah kerajaan besar yang disegani kalah dengan kerajaan baru bernuansakan Islam.
Penahanan Raja Majapahit Bhre Kertabhumi, menjadi penanda bagaimana takluknya Majapahit dari Demak. Tentara Demak yang menyerang Majapahit pun membuat pasukan Majapahit yang tersisa tak bisa berbuat banyak.
Tapi penyerangan itu tak lantas membuat Majapahit dihancurkan oleh Kesultanan Demak. Konon setelah berhasil menguasai Majapahit, Raja Demak ini terlambat memutar haluan kehidupan rakyat Majapahit untuk diikutsertakan dalam pembangunan negara Islam Demak.
Ia membiarkannya hidup terlantar. Ia tidak pandai mengambil simpati rakyat Majapahit yang memeluk agama Hindu-Jawa. Ia malah mencurigainya.
Buku dari sejarawan Prof. Slamet Muljana “Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” menggambarkan bagaimana Jin Bun atau Raden Patah justru terlalu banyak menyandarkan kekuatannya kepada mayarakat Tionghoa Islam,.
Atau bukan Islam di kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai laut Jawa.Dia lupa bahwa kaum tani bekas rakyat Majapahit juga dapat merupakan kekuatan yang berguna sekali untuk pembangunan dan pertahanan negara.
Cara berpikir Jin Bun sebenarnya mudah dipahami. Tidak lagi dapat disangkal bahwa Jin Bun memang pemuda yang sangat cerdas dan sangat berani.
Langkah itu membuatnya di bawah panji Kesultanan Demak mampu menyiapkan kekuatan pasukan dan meruntuhkan Kerajaan Majapahit yang telah berusia 184 tahun dan pernah mengalami masa kegemilangan dan disegani oleh segenap negara di Nusantara.
Bong Swi Hoo alias Sunan Ngampel, yang selalu bertindak sebagai guru dan penasihat Jin Bun atau Raden Patah, telah wafat. Ketika Jin Bun sepenuhnya memegang kekuasaan, dengan mangkatnya Bong Swi Hoo.
Bahkan, di ia kehilangan penasihat dan guru yang ulung. Tidak ada orang yang sanggup mengganti Bong Swi Hoo. Hanya atas nasihat Bong Swi Hoo, persiapan meruntuhkan kerajaan Majapahit itu dapat dilangsungkan dalam waktu yang sangat singkat.
Raden Patah dibesarkan di lingkungan masyarakat Tionghoa Islam di Palembang, di bawah asuhan Swan Liong. Di Jawa, dia adalah orang pendatang, yang segera berguru pada Bong Swi Hoo di Ngampel. Di situ, ia hidup juga dalam masyarakat Islam Tionghoa.
Kemudian, dia menetap di Bintara. Di situ, ia sibuk dengan pembukaan hutan. Demikianlah ia hanya mengenal masyarakat Islam Tionghoa saja. Tidak ada baginya kesempatan untuk mengenal masyarakat Jawa-Hindu.
Sedangkan sebagian besar dari bekas rakyat Majapahit adalah orang Jawa yang memeluk agama Hindu. Dengan sendirinya, pandangan Jin Bun sangat sempit, hanya terbatas sampai pada masyarakat Tionghoa Islam dan masyarakat Tionghoa bukan-Islam.
Penahanan Raja Majapahit Bhre Kertabhumi, menjadi penanda bagaimana takluknya Majapahit dari Demak. Tentara Demak yang menyerang Majapahit pun membuat pasukan Majapahit yang tersisa tak bisa berbuat banyak.
Tapi penyerangan itu tak lantas membuat Majapahit dihancurkan oleh Kesultanan Demak. Konon setelah berhasil menguasai Majapahit, Raja Demak ini terlambat memutar haluan kehidupan rakyat Majapahit untuk diikutsertakan dalam pembangunan negara Islam Demak.
Ia membiarkannya hidup terlantar. Ia tidak pandai mengambil simpati rakyat Majapahit yang memeluk agama Hindu-Jawa. Ia malah mencurigainya.
Buku dari sejarawan Prof. Slamet Muljana “Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” menggambarkan bagaimana Jin Bun atau Raden Patah justru terlalu banyak menyandarkan kekuatannya kepada mayarakat Tionghoa Islam,.
Atau bukan Islam di kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai laut Jawa.Dia lupa bahwa kaum tani bekas rakyat Majapahit juga dapat merupakan kekuatan yang berguna sekali untuk pembangunan dan pertahanan negara.
Cara berpikir Jin Bun sebenarnya mudah dipahami. Tidak lagi dapat disangkal bahwa Jin Bun memang pemuda yang sangat cerdas dan sangat berani.
Langkah itu membuatnya di bawah panji Kesultanan Demak mampu menyiapkan kekuatan pasukan dan meruntuhkan Kerajaan Majapahit yang telah berusia 184 tahun dan pernah mengalami masa kegemilangan dan disegani oleh segenap negara di Nusantara.
Bong Swi Hoo alias Sunan Ngampel, yang selalu bertindak sebagai guru dan penasihat Jin Bun atau Raden Patah, telah wafat. Ketika Jin Bun sepenuhnya memegang kekuasaan, dengan mangkatnya Bong Swi Hoo.
Bahkan, di ia kehilangan penasihat dan guru yang ulung. Tidak ada orang yang sanggup mengganti Bong Swi Hoo. Hanya atas nasihat Bong Swi Hoo, persiapan meruntuhkan kerajaan Majapahit itu dapat dilangsungkan dalam waktu yang sangat singkat.
Raden Patah dibesarkan di lingkungan masyarakat Tionghoa Islam di Palembang, di bawah asuhan Swan Liong. Di Jawa, dia adalah orang pendatang, yang segera berguru pada Bong Swi Hoo di Ngampel. Di situ, ia hidup juga dalam masyarakat Islam Tionghoa.
Kemudian, dia menetap di Bintara. Di situ, ia sibuk dengan pembukaan hutan. Demikianlah ia hanya mengenal masyarakat Islam Tionghoa saja. Tidak ada baginya kesempatan untuk mengenal masyarakat Jawa-Hindu.
Sedangkan sebagian besar dari bekas rakyat Majapahit adalah orang Jawa yang memeluk agama Hindu. Dengan sendirinya, pandangan Jin Bun sangat sempit, hanya terbatas sampai pada masyarakat Tionghoa Islam dan masyarakat Tionghoa bukan-Islam.
(ams)