Kisah Gerakan Perlawanan Ratu Adil Inspirasi Pangeran Diponegoro Perangi Belanda

Kamis, 07 Desember 2023 - 07:46 WIB
loading...
Kisah Gerakan Perlawanan...
Potret Pangeran Diponegoro. Foto/Istimewa
A A A
Krisis sosial di masyarakat Jawa bagian selatan - tengah semasa Pangeran Diponegoro memicu persoalan panjang. Bagaimana tidak ada sejumlah gerakan Ratu Adil setempat dan suatu pemberontakan peperangan ke pemerintah kolonial.

Konon peperangan ini dipimpin oleh sekelompok elite keraton pecah di Kedu pada Februari 1822. Konon hal ini mengisyaratkan apa yang terjadi di masa depan, ada beberapa pemberontakan perang yang lebih besar lagi.

Di mana pada Januari 1817, di Bagelen timur terjadi apa yang disebut sebagai peristiwa "Umar Mahdi".Dinamakan menurut nama seorang warga Yogya di desa Sambiroto, di distrik Nanggulan di sebelah selatan Kulon Progo.



Dia yang mendeklarasikan diri sebagai prajurit Sultan Ottoman atau "Sultan Rum" mengumumkan bahwa Sultan tersebut telah menunjuknya sebagai Syekh Rahman Waliyullah (Umar Mahdi) dan bahwa dia akan menjadi penguasa baru Tanah Jawa.

Bahkan, ia sampai berani mengatakan, bahwa seorang wali Islam di tanah Jawa, seperti Sunan Bonang, dan seorang pengikut dari Sultan Ottoman, Umar Moyo, akan membantunya sebagai "panglima lapangan" di Semarang dan Kedu.

Hal itu sebagaimana dikutip dari "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro : 1785 - 1855". Kedua tokoh besar itu akan membantunya dalam "memurnikan" Tanah Jawa, yang berupa pengusiran orang- orang Eropa dan Tianghoa.

Dengan memantaskan dirinya sebagai Imam Mahdi yang datang, la memerintahkan kepada para pengikutnya untuk bergerak ke pusat pertenunan milik etnis Tionghoa di Jono, Bagelen, dimana terdapat sejumlah pedagang Tionghoa yang kaya dari ekspor tekstil.



Namun, sebelum peristiwa ini terjadi, Mahdi bersama 36 orang pengikutnya ditangkap. Setelah diinterogasi dengan berbagai pertanyaan, ia dinyatakan tidak bisa berbicara dalam bahasa Arab sepatah kata pun. Ia hanya bisa berbahasa Jawa dengan aksen Yogyakarta yang kental.

Gerakan Imam Mahdi mempunyai gemanya tersendiri yang menarik dengan perlawanan besar dari Pangeran Diponegoro, 1825-183098 Pertama, ada kesejajaran antara tradisi Jawa dan harapan mesianis akan datangnya Ratu Adil.

Jadi nama Umar Mahdi dan Umar Moyo diambil dari cerita epos Islam-Jawa yang terkenal, Menak Amir Hamza, yang mengkaitkan legenda - legenda tentang paman Nabi Muhammad, di mana para pengiring dekat sang pahlawan atau panakawan menyandang nama yang sama.

Rujukan pada Sultan Rum yang tiba di Tanah Jawa bersama para syekh dari Tanah Arab dapat dilacak kembali kepada tradisi kisah-kisah Aji Soko dan Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa Sultan Ottoman telah menata pemukiman penduduk dan membangun peradaban Jawa.

Penggunaan nama Sunan Bonang punya kaitan langsung pada seorang Wali Islam berdarah Tionghoa-Jawa atau Wali Demak periode akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 yang menyebarkan Islam ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Apalagi, tradisi-tradisi yang berkaitan dengan para wali punya hubungan yang dekat dengan kisah Ratu Adil. Dalam salah satu versi Ramalan Joyoboyo, Sang Ratu Adil itu digambarkan sebagai seorang keturunan wali tampil sebagai imam-raja, dan dalam versi lain sebagai waliyullah.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4674 seconds (0.1#10.140)