5 Fakta Telaga Sarangan, Nomor 4 Jarang yang Tahu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Telaga Sarangan menjadi salah satu tempat wisata alam yang populer di Kabupaten Magetan , Jawa Timur. Bagi siapa saja yang mengunjunginya, pasti bakal terkesima melihat alam yang tampak asri di sana.
Telaga yang satu ini berada di lereng kaki Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga Sarangan lebih dikenal masyarakat setempat sebagai Telaga Pasir.
Saat ini sudah banyak fasilitas wisata yang bisa memanjakan pengunjung di sekitar Telaga Sarangan. Mulai dari hotel, rumah makan, hingga taman bermain.
Berikut sejumlah fakta menarik tentang tempat wisata Telaga Sarangan.
Sebelum dikenal dengan nama Telaga Sarangan, masyarakat di sana lebih mengenalnya dengan nama Telaga Pasir. Bukan tanpa sebab, adanya nama tersebut tentu berkaitan dengan mitos kepercayaan masyarakat setempat.
Namun, nama Telaga Pasir pun diubah oleh petinggi dan tokoh masyarakat setempat dengan nama desa atau kelurahan yang ada di sana, yaitu Sarangan. Sejak saat itu, telaga tersebut menjadi Telaga Sarangan yang merujuk kepada desa setempat.
Menurut mitos kepercayaan masyarakat Sarangan, konon hidup pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Mereka dikenal sebagai Kyai dan Nyai Pasir yang hidup sederhana.
Setelah berusaha untuk bertapa, keduanya pun akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Lelung. Namun kisah hidup mereka berubah sejak Lelung bersama temannya pergi berburu di hutan dan menemukan naga betina yang terluka.
Lelung pun merawatnya naga putri yang sudah menjadi manusia di dalam rumahnya. Secara tidak sadar, keduanya pun timbul benih cinta, tetapi mereka tidak disetujui oleh orang tuanya masing-masing.
Orang tua naga putri pun marah besar dan mengambil putrinya dari Lelung, serta meninggalkan lubang besar. Lelung pun pergi menyusul dan diikuti oleh Kyai dan Nyai Pasir. Telaga Sarangan berarti telaga rindu atau kerinduan.
Telaga Sarangan berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, telaga ini akan menawarkan pemandangan eksotis dan hawa yang sejuk kepada siapa saja yang berkunjung ke sana.
Bagi sebagian orang yang belum pernah mengunjungi Telaga Sarangan pasti tidak langsung percaya jika di tengah telaga ada sebuah pulau. Keberadaan pulau ini yang menjadikan Telaga Sarangan menjadi unik.
Konon masyarakat setempat memercayai jika pulau tersebut menjadi tempat bersemayam para leluhur pencipta Telaga Sarangan. Mereka yang menciptakan tak lain dan tak bukan adalah Kyai dan Nyai Pasir.
Sate kelinci menjadi salah satu kuliner khas yang ada di sekitar Telaga Sarangan. Di sana pengunjung akan banyak menjumpai pedagang sate kelinci, baik sate kelinci keliling atau yang menjual di tempat.
Sate ini terbuat dari daging kelinci yang dipotong kecil-kecil dan ditusuk dengan bambu. Daging kelinci ini kemudian dibumbui dengan bumbu kacang, kecap, gula merah, dan cabai.
Sate kelinci ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang gurih. Sate kelinci biasanya disajikan dengan lontong atau nasi putih yang akan membuat siapa saja yang mencobanya bakal ketagihan.
Telaga yang satu ini berada di lereng kaki Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga Sarangan lebih dikenal masyarakat setempat sebagai Telaga Pasir.
Saat ini sudah banyak fasilitas wisata yang bisa memanjakan pengunjung di sekitar Telaga Sarangan. Mulai dari hotel, rumah makan, hingga taman bermain.
Berikut sejumlah fakta menarik tentang tempat wisata Telaga Sarangan.
5 Fakta Telaga Sarangan
1. Nama Asli Telaga Sarangan
Sebelum dikenal dengan nama Telaga Sarangan, masyarakat di sana lebih mengenalnya dengan nama Telaga Pasir. Bukan tanpa sebab, adanya nama tersebut tentu berkaitan dengan mitos kepercayaan masyarakat setempat.
Namun, nama Telaga Pasir pun diubah oleh petinggi dan tokoh masyarakat setempat dengan nama desa atau kelurahan yang ada di sana, yaitu Sarangan. Sejak saat itu, telaga tersebut menjadi Telaga Sarangan yang merujuk kepada desa setempat.
2. Mitos Telaga Sarangan
Menurut mitos kepercayaan masyarakat Sarangan, konon hidup pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Mereka dikenal sebagai Kyai dan Nyai Pasir yang hidup sederhana.
Setelah berusaha untuk bertapa, keduanya pun akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Lelung. Namun kisah hidup mereka berubah sejak Lelung bersama temannya pergi berburu di hutan dan menemukan naga betina yang terluka.
Lelung pun merawatnya naga putri yang sudah menjadi manusia di dalam rumahnya. Secara tidak sadar, keduanya pun timbul benih cinta, tetapi mereka tidak disetujui oleh orang tuanya masing-masing.
Orang tua naga putri pun marah besar dan mengambil putrinya dari Lelung, serta meninggalkan lubang besar. Lelung pun pergi menyusul dan diikuti oleh Kyai dan Nyai Pasir. Telaga Sarangan berarti telaga rindu atau kerinduan.
3. Berada pada Ketinggian 1.200 Mdpl
Telaga Sarangan berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian tersebut, telaga ini akan menawarkan pemandangan eksotis dan hawa yang sejuk kepada siapa saja yang berkunjung ke sana.
4. Mempunyai Pulau di Tengahnya
Bagi sebagian orang yang belum pernah mengunjungi Telaga Sarangan pasti tidak langsung percaya jika di tengah telaga ada sebuah pulau. Keberadaan pulau ini yang menjadikan Telaga Sarangan menjadi unik.
Konon masyarakat setempat memercayai jika pulau tersebut menjadi tempat bersemayam para leluhur pencipta Telaga Sarangan. Mereka yang menciptakan tak lain dan tak bukan adalah Kyai dan Nyai Pasir.
5. Makanan Khas Telaga Sarangan
Sate kelinci menjadi salah satu kuliner khas yang ada di sekitar Telaga Sarangan. Di sana pengunjung akan banyak menjumpai pedagang sate kelinci, baik sate kelinci keliling atau yang menjual di tempat.
Sate ini terbuat dari daging kelinci yang dipotong kecil-kecil dan ditusuk dengan bambu. Daging kelinci ini kemudian dibumbui dengan bumbu kacang, kecap, gula merah, dan cabai.
Sate kelinci ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang gurih. Sate kelinci biasanya disajikan dengan lontong atau nasi putih yang akan membuat siapa saja yang mencobanya bakal ketagihan.
(okt)