BNPT Berharap Guru Jadi Pencegah Paham Terorisme di Sekolah dan Masyarakat
loading...
A
A
A
PALU - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berharap para guru, khususnya di Sulawesi Tengah (Sulteng) menjadi agen pencegahan terorisme di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Keterlibatan para guru ini sangat penting karena anak muda atau siswa sekolah menjadi target utama kelompok radikal dan terorisme untuk menyebarkan paham kekerasan dan anti NKRI.
Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Sus Solihuddin Nasution menyampaikan hal tersebut saat membuka kegiatan Pendidikan Guru Dalam Rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan di SMA 1 Palu.
“Kami berharap para guru bisa menyampaikan pada murid dan orang terkasih kita. keluarga, grup WA, tetangga, sehingga nanti bapak ibu guru bisa jadi agen pencegahan radikal terorisme di lingkungan masyarakat. Bagaimanapun BNPT tidak mungkin memberikan sosialisasi kepada seluruh guru di Indonesia, dengan keterbatasan yang ada,” ujar Solihuddin Nasution dikutip Jumat (24/11/2023).
Kegiatan ini digelar untuk memberikan pemahaman kepada para guru agar mengetahui bagaimana kelompok teror memapar target. Dia menyebut bahwa tidak hanya masyarakat awam, bahkan seorang profesor, rektor, TNI, Polri, dan seluruh lapisan masyarakat bisa terpapar radikal terorisme.
“Faktanya ada, guru bisa terpapar, murid bisa terpapar, makanya kami dari BNPT selalu berusaha mengajak seluruh elemen bangsa termasuk pendidikan untuk bersama memberikan pemahaman terutama kepada anak didik dan orang terdekat, bagaimana kelompok terorisme bisa menyasar semua orang,” ungkapnya.
Dari hasil penelitian yang paling banyak terpapar dari anak muda berusia 13-32. Untuk itu, kegiatan seperti ke depan akan lebih sering digelar sebagai upaya memberikan imunitas kepada anak didik dari paparan radikal terorisme.
“Inilah tujuan digelar pelatihan guru. Hari ini pilot project kita. Tahun depan kita latihan seperti ini terutama di 10 wilayah yang indeks resiko terorisme tinggi yangn kita utamakan,” tuturnya.
Menurut Solihuddin Nasution, masyarakat diharapkan mempunyai resiliensi, dan imunitas paham radikal dan terorisme.
“Kami dari BNPT sangat berterima keasih pada bapak ibu dan semua pihak, terutama SMA 1 Palu, di mana sama-sama kita mengusung visi Sekolah Damai di Sulteng. Saya yakin ini jadi visi kita semua. Kami berharap seluruh level sekolah jadi Sekolah Damai yang bersih dari intoleransi, radikalisme, dan bullying,” tandasnya.
Sekretaris Dina Pendidikan Sulteng Asrul Ahmad mengapresiasi kegiatan pelatihan ini. Menurutnya, ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan termasuk kekerasan seksual, dan buli.
Ia berharap dengan kegiatan ini para guru bisa meningkatkan pemahamannya keterkaitan antara intoleransi dengan radikal terorisme dan bagaimana penyebaran terorisme itu masuk ke satuan pendidikan.
“Intinya bagaimana kita mampu mengimplementasikan visi dan misi apa itu buli, intoleran, kekerasan, kita tahu. Tapi ketika bicara implementasi tentunya butuh peran dan tanggung jawab serta perhatian sungguh-sungguh,” katanya.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 1 Palu Dahlan Mohammad Saleh berterima kasih kepada BNPT dengan digelarnya pelatihan guru ini di sekolahnya.
“Bersyukur pada hari ini kegiatan ini. Karena memang kita ketehui masalah terorisme perlu didahulu dengan pencegahan. Ini salah satu bentuk bagaimana BNPT berusaha untuk melaksanakan model-model pencegahan,” kata Dahlan.
Menurutnya, salah satu modus dari kelompok yang mengatasnamakan teroris menyasar kaum remaja. Karena itu siswa perlu diberikan pemahaman melalui para guru terkait pencegahan radikal terorisme.
“Ini penting bila dari siswa itu sendiri diberikan pemahaman, penjelasan, pengetahuan, sehingga saat anak-anak kita mau ke Perguruan Tinggi sudah mendapat bekal bagaimana menangkal paham radikal,” ujarnya.
Keterlibatan para guru ini sangat penting karena anak muda atau siswa sekolah menjadi target utama kelompok radikal dan terorisme untuk menyebarkan paham kekerasan dan anti NKRI.
Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Sus Solihuddin Nasution menyampaikan hal tersebut saat membuka kegiatan Pendidikan Guru Dalam Rangka Pencegahan Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan di SMA 1 Palu.
“Kami berharap para guru bisa menyampaikan pada murid dan orang terkasih kita. keluarga, grup WA, tetangga, sehingga nanti bapak ibu guru bisa jadi agen pencegahan radikal terorisme di lingkungan masyarakat. Bagaimanapun BNPT tidak mungkin memberikan sosialisasi kepada seluruh guru di Indonesia, dengan keterbatasan yang ada,” ujar Solihuddin Nasution dikutip Jumat (24/11/2023).
Kegiatan ini digelar untuk memberikan pemahaman kepada para guru agar mengetahui bagaimana kelompok teror memapar target. Dia menyebut bahwa tidak hanya masyarakat awam, bahkan seorang profesor, rektor, TNI, Polri, dan seluruh lapisan masyarakat bisa terpapar radikal terorisme.
“Faktanya ada, guru bisa terpapar, murid bisa terpapar, makanya kami dari BNPT selalu berusaha mengajak seluruh elemen bangsa termasuk pendidikan untuk bersama memberikan pemahaman terutama kepada anak didik dan orang terdekat, bagaimana kelompok terorisme bisa menyasar semua orang,” ungkapnya.
Dari hasil penelitian yang paling banyak terpapar dari anak muda berusia 13-32. Untuk itu, kegiatan seperti ke depan akan lebih sering digelar sebagai upaya memberikan imunitas kepada anak didik dari paparan radikal terorisme.
“Inilah tujuan digelar pelatihan guru. Hari ini pilot project kita. Tahun depan kita latihan seperti ini terutama di 10 wilayah yang indeks resiko terorisme tinggi yangn kita utamakan,” tuturnya.
Menurut Solihuddin Nasution, masyarakat diharapkan mempunyai resiliensi, dan imunitas paham radikal dan terorisme.
“Kami dari BNPT sangat berterima keasih pada bapak ibu dan semua pihak, terutama SMA 1 Palu, di mana sama-sama kita mengusung visi Sekolah Damai di Sulteng. Saya yakin ini jadi visi kita semua. Kami berharap seluruh level sekolah jadi Sekolah Damai yang bersih dari intoleransi, radikalisme, dan bullying,” tandasnya.
Sekretaris Dina Pendidikan Sulteng Asrul Ahmad mengapresiasi kegiatan pelatihan ini. Menurutnya, ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan termasuk kekerasan seksual, dan buli.
Ia berharap dengan kegiatan ini para guru bisa meningkatkan pemahamannya keterkaitan antara intoleransi dengan radikal terorisme dan bagaimana penyebaran terorisme itu masuk ke satuan pendidikan.
“Intinya bagaimana kita mampu mengimplementasikan visi dan misi apa itu buli, intoleran, kekerasan, kita tahu. Tapi ketika bicara implementasi tentunya butuh peran dan tanggung jawab serta perhatian sungguh-sungguh,” katanya.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 1 Palu Dahlan Mohammad Saleh berterima kasih kepada BNPT dengan digelarnya pelatihan guru ini di sekolahnya.
“Bersyukur pada hari ini kegiatan ini. Karena memang kita ketehui masalah terorisme perlu didahulu dengan pencegahan. Ini salah satu bentuk bagaimana BNPT berusaha untuk melaksanakan model-model pencegahan,” kata Dahlan.
Menurutnya, salah satu modus dari kelompok yang mengatasnamakan teroris menyasar kaum remaja. Karena itu siswa perlu diberikan pemahaman melalui para guru terkait pencegahan radikal terorisme.
“Ini penting bila dari siswa itu sendiri diberikan pemahaman, penjelasan, pengetahuan, sehingga saat anak-anak kita mau ke Perguruan Tinggi sudah mendapat bekal bagaimana menangkal paham radikal,” ujarnya.
(shf)