Medan Terjal, Evakuasi Bangkai Pesawat Super Tucano Ditempuh 2 Jam Jalan Kaki
loading...
A
A
A
PASURUAN - Dua pesawat tempur Super Tucano milik TNI Angkatan Udara (AU) jatuh di Pasuruan belum sepenuhnya berhasil dievakuasi. Beberapa bagian pesawat telah dibawa ke Lanud Abdulrachman Saleh Malang, Jawa Timur.
Pantauan di sekitar lokasi, proses evakuasi dilakukan oleh personel TNI dibantu warga sekitar. Medan terjal membuat personel TNI kesulitan melakukan pengangkatan bangkai pesawat.
Evakuasi dilakukan secara manual, dengan menggunakan alat potong gergaji mesin kecil atau grinda, serta peralatan bantu lain seperti pacul hingga wedung atau pisau besar. Dua kendaraan truk besar dari TNI juga telah disiagakan di dua posko untuk mengangkut bangkai pesawat yang jatuh.
Satu lokasi jatuhnya pesawat bernomor ekor sayap TT 3103 berada di bawah tebing perbukitan areal Perhutani, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, posko evakuasi dipusatkan di Balai Dusun Keduwung.
Adapun evakuasi ke lokasi bangkai pesawat bernomor ekor sayap TT 3111 yang jatuh di Bukit Kundi tepat di perkebunan wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Wilayah ini berada di perbatasan Desa Wonorejo Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan dengan Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, posko ditempatkan di Masjid BSI kawasan Penanjakan, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Proses evakuasi pesawat juga melibatkan otoritas tim penyelamat setempat.
Witara, salah satu warga Tosari mengungkapkan, untuk menuju dua titik jatuhnya pesawat harus melintasi jalan tanah terjal dan menuruni lereng pegunungan. Jaraknya dari posko utama bisa mencapai belasan kilometer ke lokasi kejadian.
"Diperlukan waktu jalan kaki dua sampai tiga jam, karena jaraknya kurang lebih belasan kilometer ke TKP (tempat kejadian perkara), kalau naik motor bisa saja tapi medannya terjal, tetap sulit juga," ucap Witara, Selasa sore (21/11/2023).
Susahnya medan tak ayal, membuat para personel TNI meminta bantuan anak kampung sini alias Akamsi. Ya, medan terjal, mampu menebak cuaca, dan terbiasanya warga sekitar dengan wilayah sekitar membuat warga mengetahui betul seluk beluk medan tempat dua pesawat yang terjatuh.
"Cuacanya memang kerap berubah-ubah dengan cepat, kadang hujan deras, kadang kabut, tidak menentu cuacanya. Makanya sulitnya memang di situ," kata dia kembali.
Memang, secara lokasi dua pesawat yang jatuh itu berada di kawasan perbukitan wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tepatnya di barat laut Gunung Bromo dan Perhutani.
Sebelumnya diberitakan, kecelakaan dua pesawat TNI AU jenis Super Tucano terjadi di perbukitan Pegunungan Tengger tepatnya di Dusun Keduwung, Desa Jimbaran, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.
Kedua pesawat ini bersama dua pesawat lainnya tengah menjalani latihan formasi terbang dari Lanud Abdulrahman Saleh Malang, pada Kamis pagi (16/11/2023) sekitar pukul 10.51 WIB.
Dimana untuk pesawat dengan nomor ekor TT-3111, kedua awak di dalamnya adalah Letkol Pnb Sandhra Gunawan (Frontseater) dan Kolonel Adm Widiono (Backseater). Sementara untuk pesawat bernomor eko TT-3103, dua awak di dalamnya yakni Mayor Pnb Yuda A. Seta (Frontseater) dan Kolonel Pnb Subhan (Backseater).
Kemudian, dugaan cuaca buruk berupa gumpalan awan menyelimuti sekitar lokasi kejadian. Empat pesawat sempat masuk ke dalam awan itu, dimana dua pesawat berhasil lolos dan keluar dari awan. Sementara dua pesawat lain hilang kontak hingga dinyatakan ditemukan terjatuh pada pukul 11.18 WIB.
Tiga korban yang dimakamkan di TMP Suropati, pada Jumat tersebut adalah Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya dan Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan. Sementara satu korban lain yakni Letkol Penerbang (Anumerta) Yuda A. Seta dimakamkan di TMP Madiun.
Pantauan di sekitar lokasi, proses evakuasi dilakukan oleh personel TNI dibantu warga sekitar. Medan terjal membuat personel TNI kesulitan melakukan pengangkatan bangkai pesawat.
Evakuasi dilakukan secara manual, dengan menggunakan alat potong gergaji mesin kecil atau grinda, serta peralatan bantu lain seperti pacul hingga wedung atau pisau besar. Dua kendaraan truk besar dari TNI juga telah disiagakan di dua posko untuk mengangkut bangkai pesawat yang jatuh.
Satu lokasi jatuhnya pesawat bernomor ekor sayap TT 3103 berada di bawah tebing perbukitan areal Perhutani, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, posko evakuasi dipusatkan di Balai Dusun Keduwung.
Adapun evakuasi ke lokasi bangkai pesawat bernomor ekor sayap TT 3111 yang jatuh di Bukit Kundi tepat di perkebunan wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Wilayah ini berada di perbatasan Desa Wonorejo Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan dengan Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, posko ditempatkan di Masjid BSI kawasan Penanjakan, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Proses evakuasi pesawat juga melibatkan otoritas tim penyelamat setempat.
Witara, salah satu warga Tosari mengungkapkan, untuk menuju dua titik jatuhnya pesawat harus melintasi jalan tanah terjal dan menuruni lereng pegunungan. Jaraknya dari posko utama bisa mencapai belasan kilometer ke lokasi kejadian.
"Diperlukan waktu jalan kaki dua sampai tiga jam, karena jaraknya kurang lebih belasan kilometer ke TKP (tempat kejadian perkara), kalau naik motor bisa saja tapi medannya terjal, tetap sulit juga," ucap Witara, Selasa sore (21/11/2023).
Susahnya medan tak ayal, membuat para personel TNI meminta bantuan anak kampung sini alias Akamsi. Ya, medan terjal, mampu menebak cuaca, dan terbiasanya warga sekitar dengan wilayah sekitar membuat warga mengetahui betul seluk beluk medan tempat dua pesawat yang terjatuh.
"Cuacanya memang kerap berubah-ubah dengan cepat, kadang hujan deras, kadang kabut, tidak menentu cuacanya. Makanya sulitnya memang di situ," kata dia kembali.
Memang, secara lokasi dua pesawat yang jatuh itu berada di kawasan perbukitan wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tepatnya di barat laut Gunung Bromo dan Perhutani.
Sebelumnya diberitakan, kecelakaan dua pesawat TNI AU jenis Super Tucano terjadi di perbukitan Pegunungan Tengger tepatnya di Dusun Keduwung, Desa Jimbaran, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.
Kedua pesawat ini bersama dua pesawat lainnya tengah menjalani latihan formasi terbang dari Lanud Abdulrahman Saleh Malang, pada Kamis pagi (16/11/2023) sekitar pukul 10.51 WIB.
Dimana untuk pesawat dengan nomor ekor TT-3111, kedua awak di dalamnya adalah Letkol Pnb Sandhra Gunawan (Frontseater) dan Kolonel Adm Widiono (Backseater). Sementara untuk pesawat bernomor eko TT-3103, dua awak di dalamnya yakni Mayor Pnb Yuda A. Seta (Frontseater) dan Kolonel Pnb Subhan (Backseater).
Kemudian, dugaan cuaca buruk berupa gumpalan awan menyelimuti sekitar lokasi kejadian. Empat pesawat sempat masuk ke dalam awan itu, dimana dua pesawat berhasil lolos dan keluar dari awan. Sementara dua pesawat lain hilang kontak hingga dinyatakan ditemukan terjatuh pada pukul 11.18 WIB.
Tiga korban yang dimakamkan di TMP Suropati, pada Jumat tersebut adalah Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya dan Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan. Sementara satu korban lain yakni Letkol Penerbang (Anumerta) Yuda A. Seta dimakamkan di TMP Madiun.
(shf)