Kisah Pidato Bung Tomo Menggelegar Bakar Semangat Arek-arek Malang di Stadion Gajayana
loading...
A
A
A
MALANG - Pahlawan pertempuran 10 November 1945 Bung Tomo konon pernah memberikan pidato semangat ke para pejuang Arek Malang di Stadion Gajayana. Momen itu dilakukan Bung Tomo saat mengunjungi Malang.
Bung Tomo berdiri di hadapan ribuan orang arek-arek Malang untuk berorasi membakar semangat juang di Stadion Gajayana. Suara Bung Tomo menggelegar membangkitkan semangat untuk mengusir penjajah.
Pegiat Sejarah Museum Reenactor Ngalam Eko Irawan menyatakan, Bung Tomo beberapa kali pernah berpidato di hadapan arek-arek Malang usai kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Apalagi sosok Bung Tomo kala itu juga dekat dengan perempuan asal Malang Sulistina, yang membuat beberapa kali kunjungannya ke Malang dimanfaatkan Bung Tomo memompa semangat perjuangan arek-arek Malang melalui orasi-orasinya.
”Pada masa revolusi digunakan Bung Tomo kerap memompa semangat memberikan pidato di Stadion Gajayana ini. Beliau memompa semangat perjuangan para pejuang. Makanya kenapa Bung Tomo itu kan ada rumah di Malang, di Jalan Ijen. Jadi beliau sering jalan dari rumahnya ke Stadion Gajayana untuk memimpin pasukan perjuangan,” ucap Eko Irawan.
Bahkan konon stadion yang kini berada di Jalan Semeru Malang itu menjadi markas militer para pejuang di kota untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan arek-arek Malang pun akhirnya membuahkan hasil, sehingga Belanda dan sekutunya mengakui kedaulatan Indonesia.
”Di Stadion Gajayana ini pula para tentara Belanda dan sekutu yang dikomandoi oleh Komandan KNIL Jawa Timur Jenderal Mayor JA Scheffelaar di 6 April 1950, menyerahkan kekuasaannya ke Kolonel Sungkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur,"”ungkap dia.
Usaha perlawanan dari arek - arek Malang ini pun akhirnya membuahkan hasil. Perjuangan tak kenal lelah dengan menjadikan Stadion Gajayana sebagai markas militer para pejuang mempertahankan kemerdekaan berbuah pengakuan kedaulatan Belanda dan tentara sekutu, yang lantas menyerahkan kekuasaannya ke Kolonel Sungkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur.
Setelah penyerahan dan pengakuan kekuasaan oleh tentara Belanda ke pemerintah Jawa Timur, seluruh pasukan Belanda dan sekutu akhirnya ditarik secara bertahap.
"Adapun tanggung jawab keamanan semuanya diserahkan kepada Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang beranggotakan TNI," kata pengelola Museum Reenactor ini.
Di Stadion Gajayana ini pula personel TNI terjadi peleburan pasukan Brigade IV Malang sesaat setelah penyerahan kedaulatan wilayah Malang raya kembali ke militer Indonesia.
”Jadi ada andil perjuangan Bung Tomo di Stadion Gajayana ini, bagaimana pidatonya beliau yang begitu heroik bisa menggetarkan para pejuang untuk terus berjuang melawan Belanda, yang bakal datang menjajah lagi meski Indonesia telah menyatakan merdeka,” paparnya.
Di Stadion Gajayana itu pula konon pernah menjadi saksi bagaimana Belanda kalah perang dan menyerahkan kekuasaannya ke Jepang. Peristiwa ini dicatat Eko, terjadi pada 7 Maret 1942.
”Jadi saat Belanda menyerah dan harus menyerahkan wilayah kekuasaannya termasuk di Malang. Peristiwa ini terjadi di tanggal 7 Maret 1942, juga di sana (di Stadion Gajayana),” pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Bung Tomo berdiri di hadapan ribuan orang arek-arek Malang untuk berorasi membakar semangat juang di Stadion Gajayana. Suara Bung Tomo menggelegar membangkitkan semangat untuk mengusir penjajah.
Pegiat Sejarah Museum Reenactor Ngalam Eko Irawan menyatakan, Bung Tomo beberapa kali pernah berpidato di hadapan arek-arek Malang usai kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Baca Juga
Apalagi sosok Bung Tomo kala itu juga dekat dengan perempuan asal Malang Sulistina, yang membuat beberapa kali kunjungannya ke Malang dimanfaatkan Bung Tomo memompa semangat perjuangan arek-arek Malang melalui orasi-orasinya.
”Pada masa revolusi digunakan Bung Tomo kerap memompa semangat memberikan pidato di Stadion Gajayana ini. Beliau memompa semangat perjuangan para pejuang. Makanya kenapa Bung Tomo itu kan ada rumah di Malang, di Jalan Ijen. Jadi beliau sering jalan dari rumahnya ke Stadion Gajayana untuk memimpin pasukan perjuangan,” ucap Eko Irawan.
Bahkan konon stadion yang kini berada di Jalan Semeru Malang itu menjadi markas militer para pejuang di kota untuk mempertahankan kemerdekaan.
Perjuangan arek-arek Malang pun akhirnya membuahkan hasil, sehingga Belanda dan sekutunya mengakui kedaulatan Indonesia.
”Di Stadion Gajayana ini pula para tentara Belanda dan sekutu yang dikomandoi oleh Komandan KNIL Jawa Timur Jenderal Mayor JA Scheffelaar di 6 April 1950, menyerahkan kekuasaannya ke Kolonel Sungkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur,"”ungkap dia.
Usaha perlawanan dari arek - arek Malang ini pun akhirnya membuahkan hasil. Perjuangan tak kenal lelah dengan menjadikan Stadion Gajayana sebagai markas militer para pejuang mempertahankan kemerdekaan berbuah pengakuan kedaulatan Belanda dan tentara sekutu, yang lantas menyerahkan kekuasaannya ke Kolonel Sungkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur.
Setelah penyerahan dan pengakuan kekuasaan oleh tentara Belanda ke pemerintah Jawa Timur, seluruh pasukan Belanda dan sekutu akhirnya ditarik secara bertahap.
"Adapun tanggung jawab keamanan semuanya diserahkan kepada Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang beranggotakan TNI," kata pengelola Museum Reenactor ini.
Di Stadion Gajayana ini pula personel TNI terjadi peleburan pasukan Brigade IV Malang sesaat setelah penyerahan kedaulatan wilayah Malang raya kembali ke militer Indonesia.
”Jadi ada andil perjuangan Bung Tomo di Stadion Gajayana ini, bagaimana pidatonya beliau yang begitu heroik bisa menggetarkan para pejuang untuk terus berjuang melawan Belanda, yang bakal datang menjajah lagi meski Indonesia telah menyatakan merdeka,” paparnya.
Di Stadion Gajayana itu pula konon pernah menjadi saksi bagaimana Belanda kalah perang dan menyerahkan kekuasaannya ke Jepang. Peristiwa ini dicatat Eko, terjadi pada 7 Maret 1942.
”Jadi saat Belanda menyerah dan harus menyerahkan wilayah kekuasaannya termasuk di Malang. Peristiwa ini terjadi di tanggal 7 Maret 1942, juga di sana (di Stadion Gajayana),” pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(ams)