Kisah Pangeran Diponegoro Tolak Ritual Adat Jawa Jelang Wafat Sri Sultan HB III

Minggu, 12 November 2023 - 06:19 WIB
loading...
Kisah Pangeran Diponegoro Tolak Ritual Adat Jawa Jelang Wafat Sri Sultan HB III
Pangeran Diponegoro menolak ritual adat Jawa untuk ayahandanya, Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono (HB) III menjelang wafat pada 3 November 1814. Foto/Ist
A A A
PANGERAN Diponegoro merupakan putra dari Raja Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono (HB) III. Sultan HB II wafat pada 3 November 1814 setelah berkuasa selama 865 hari.

Dikisahkan sebelum meninggal dunia itu Raja Yogyakarta ini memang tengah sakit panas dingin.



Hal itu berlangsung selama satu bulan sejak Oktober 1814. Di akhir masa kekuasaannya, Sultan HB III tidak pernah menikmati kehidupan yang sehat betul.

Apalagi sejumlah persengkongkolan pada masa akhir kekuasaannya memperburuk kesehatan ayahhanda Pangeran Diponegoro itu.

Waktu demi waktu, sakit Sultan Yogya itu kian mencapai puncaknya. Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855" menggambarkan suasana di sekeliling ranjang sakratul maut itu, ketika tabib meracik obat-obatan dan ulama terus-menerus berzikir.

Menariknya digambarkan bagiamana Pangeran Diponegoro tidak berkenan dengan salah satu ritual yang dilakukan ke tubuh ayahandanya, Sultan HB III.



Raja Keraton Yogyakarta itu yang sedang mengalami sakratul maut memang konon diberikan sejumlah ritual adat istiadat Jawa.

Salah satu ritual yakni menjilati pusar Sultan, yang bertujuan untuk mempermudah keluarnya daya hidup. Diponegoro bergerak maju dan dengan tegas menutup tubuh ayahnya dengan selimut.



Sang pangeran membatalkan di tengah jalan ritual tersebut. Tindakan in menunjukkan bahwa sekalipun ia penganut mistik Islam- lawa, Pangeran tidak setuju dengan beberapa aspek praktek adat istiadat kebatinan Jawa yang takhayul pada masa itu.

Saat fajar menyingsing tanggal 3 November setelah berkuasa persis 865 hari, Sultan HB III wafat.

Residen Inggris, Kapten Garnham segera memerintahkan tentara Sepoy untuk menjaga segel- segel dan gembok ruang-ruang kerajaan untuk mempersiapkan penguasa baru.

Dalam babadnya, Pangeran Diponegoro banyak berbicara tentang hal ini, bahwa tak seorang pun di Yogyakarta yang menduga Sultan wafat dalam usia begitu muda.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1248 seconds (0.1#10.140)