Sejarah dan Asal-usul Nama Medan, Daerah yang Dijuluki Kota Multikultural
loading...
A
A
A
JAKARTA - Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara . Kota ini memiliki sejarah nama yang menarik untuk diketahui.
Hingga saat ini Kota Medan masih menjadi salah satu tujuan wisata lokal maupun asing. Sebab, kota yang berjuluk multikultural ini memiliki banyak bangunan bersejarah dan arsitektur menarik.
Berikut adalah sejarah dan asal-usul dari Medan, Sumatera Utara.
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Medan, asal-usul nama Medan rupanya dari kata Tamil Maidhan atau Maidhanam yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas. Ini yang kemudian diadopsi ke bahasa Melayu dengan sebutan Medan.
Sejarah Kota Medan dimulai pada tahun 1590, ketika Guru Patimpus Sembiring Pelawi, seorang tokoh masyarakat Karo, membuka sebuah perkampungan yang bernama Medan Putri. Lokasi perkampungan ini terletak di antara Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang.
Guru Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus.
Guru Patimpus belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian antara tahun 1614-1630 Masehi. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli.
Perkampungan Medan Putri berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting karena terletak di pertemuan sungai-sungai. Wilayah tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai.
Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan istri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok.
Pada tahun 1863, orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Tembakau Deli terkenal dengan kualitasnya yang tinggi dan diminati oleh pasar Eropa.
Kebun-kebun tembakau ini dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij, Arendsburg Tabaks Maatschappij, dan lain-lain. Para pemilik perusahaan ini mendirikan rumah-rumah mewah yang disebut gedung tua atau mansion di sekitar kota Medan.
Beberapa gedung tua yang masih berdiri hingga kini adalah Istana Maimun, Tjong A Fie Mansion, Gedung London Sumatera, dan Gedung De Javasche Bank.
Dengan berkembangnya industri tembakau, kota Medan pun mengalami perkembangan pesat baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Kota ini menjadi tempat bermukimnya berbagai etnis dan bangsa, seperti Melayu, Karo, Batak, Jawa, Minangkabau, Aceh, Tionghoa, India hingga Arab.
Mereka juga membawa serta kebudayaan dan agama mereka masing-masing. Hal ini membuat Kota Medan menjadi kota multikultural yang kaya akan keragaman dan toleransi.
Kota Medan sendiri ditetapkan menjadi wilayah Indonesia sejak 1 April 1909. Tanggal tersebut kemudian dijadikan Hari Jadi Kota Medan.
Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan terus berkembang menjadi kota metropolitan yang modern dan dinamis. Kota ini menjadi salah satu kota terbesar dan terpenting di Indonesia, baik dari segi ekonomi, politik, pendidikan, budaya, maupun pariwisata.
Hingga saat ini Kota Medan masih menjadi salah satu tujuan wisata lokal maupun asing. Sebab, kota yang berjuluk multikultural ini memiliki banyak bangunan bersejarah dan arsitektur menarik.
Berikut adalah sejarah dan asal-usul dari Medan, Sumatera Utara.
Sejarah dan Asal-usul Nama Medan
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Medan, asal-usul nama Medan rupanya dari kata Tamil Maidhan atau Maidhanam yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas. Ini yang kemudian diadopsi ke bahasa Melayu dengan sebutan Medan.
Sejarah Kota Medan dimulai pada tahun 1590, ketika Guru Patimpus Sembiring Pelawi, seorang tokoh masyarakat Karo, membuka sebuah perkampungan yang bernama Medan Putri. Lokasi perkampungan ini terletak di antara Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang.
Guru Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus.
Guru Patimpus belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian antara tahun 1614-1630 Masehi. Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli.
Perkampungan Medan Putri berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting karena terletak di pertemuan sungai-sungai. Wilayah tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai.
Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan istri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok.
Pada tahun 1863, orang-orang Belanda mulai membuka kebun tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Tembakau Deli terkenal dengan kualitasnya yang tinggi dan diminati oleh pasar Eropa.
Kebun-kebun tembakau ini dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij, Arendsburg Tabaks Maatschappij, dan lain-lain. Para pemilik perusahaan ini mendirikan rumah-rumah mewah yang disebut gedung tua atau mansion di sekitar kota Medan.
Beberapa gedung tua yang masih berdiri hingga kini adalah Istana Maimun, Tjong A Fie Mansion, Gedung London Sumatera, dan Gedung De Javasche Bank.
Dengan berkembangnya industri tembakau, kota Medan pun mengalami perkembangan pesat baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Kota ini menjadi tempat bermukimnya berbagai etnis dan bangsa, seperti Melayu, Karo, Batak, Jawa, Minangkabau, Aceh, Tionghoa, India hingga Arab.
Mereka juga membawa serta kebudayaan dan agama mereka masing-masing. Hal ini membuat Kota Medan menjadi kota multikultural yang kaya akan keragaman dan toleransi.
Kota Medan sendiri ditetapkan menjadi wilayah Indonesia sejak 1 April 1909. Tanggal tersebut kemudian dijadikan Hari Jadi Kota Medan.
Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan terus berkembang menjadi kota metropolitan yang modern dan dinamis. Kota ini menjadi salah satu kota terbesar dan terpenting di Indonesia, baik dari segi ekonomi, politik, pendidikan, budaya, maupun pariwisata.
(okt)