Viral! Angin Mirip Puting Beliung Terbangkan Debu di Gunung Bromo, Ini Penjelasan BMKG
loading...
A
A
A
MALANG - Fenomena angin kencang beredar di wilayah kawasan Gunung Bromo . Angin kencang di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang ini bahkan sampai mengakibatkan tanah di perkebunan warga beterbangan.
Tiupan kencangnya angin di Desa Ngadas, Poncokusumo, ini terekam oleh kamera ponsel warga setempat dan diunggah di media sosial (medsos) TikTok @firmansyah_7474. Tampak dari video yang diunggah debu dari tanah perkebunan warga beterbangan membuat jarak pandang terbatas.
Debu itu juga membuat semacam efek puting beliung yang melingkar akibat tiupan angin kencang. Pada video berdurasi 39 detik itu suara angin juga bertiup kencang. Berdasarkan penelusuran video itu terjadi pada Minggu (8/10/2023) di kawasan Desa Ngadas, Poncokusumo.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Linda Fitrotul Muzayanah mengungkapkan, bila angin kencang menyerupai puting beliung itu disebut dust devil. Namun bedanya dengan angin puting beliung, yang diakibatkan adanya awan cumulonimbus, angin itu diakibatkan karena partikel udara yang sangat panas di atas tanah.
"Kemarin itu udaranya kering, nggak ada cumulonimbus, jadi kalau menurut ilmiah itu dust devil. Dust devil itu pusaran udara kecil tapi kuat, memang terbentuknya di udara-udara kering yang sangat panas. Jadi udara di permukaan tanah tidak stabil, yang sangat panas kemudian naik dengan cepat," kata Linda Fitrotul Muzayanah, dikonfirmasi pada Selasa (10/10/2023).
Fenomena angin kencang ini kerap mengikuti musim kemarau ditambah faktor fenomena El Nino. Dimana angin bertiup dari timur, kemudian membawa masa udara kering di musim kemarau, sehingga membuat angin lebih kencang.
"Di musim kemarau, kemudian angin bertiup dari timur, kemudian dia membawa masa udara kering dari wilayah timur kemudian ke Asia itu, jadi dia memang di musim kemarau lebih kencang," tuturnya.
Catatan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, fenomena ini juga pernah terjadi pada tahun 2019 di Kota Batu. Dimana masa udara lebih kering membuat tekanan permukaan tanah tidak stabil.
"Sehingga membuat masa udara di Indonesia lebih kering itu juga terjadi di Batu, angin kencang sampai kebun apelnya rontok," pungkasnya.
Tiupan kencangnya angin di Desa Ngadas, Poncokusumo, ini terekam oleh kamera ponsel warga setempat dan diunggah di media sosial (medsos) TikTok @firmansyah_7474. Tampak dari video yang diunggah debu dari tanah perkebunan warga beterbangan membuat jarak pandang terbatas.
Debu itu juga membuat semacam efek puting beliung yang melingkar akibat tiupan angin kencang. Pada video berdurasi 39 detik itu suara angin juga bertiup kencang. Berdasarkan penelusuran video itu terjadi pada Minggu (8/10/2023) di kawasan Desa Ngadas, Poncokusumo.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Linda Fitrotul Muzayanah mengungkapkan, bila angin kencang menyerupai puting beliung itu disebut dust devil. Namun bedanya dengan angin puting beliung, yang diakibatkan adanya awan cumulonimbus, angin itu diakibatkan karena partikel udara yang sangat panas di atas tanah.
"Kemarin itu udaranya kering, nggak ada cumulonimbus, jadi kalau menurut ilmiah itu dust devil. Dust devil itu pusaran udara kecil tapi kuat, memang terbentuknya di udara-udara kering yang sangat panas. Jadi udara di permukaan tanah tidak stabil, yang sangat panas kemudian naik dengan cepat," kata Linda Fitrotul Muzayanah, dikonfirmasi pada Selasa (10/10/2023).
Fenomena angin kencang ini kerap mengikuti musim kemarau ditambah faktor fenomena El Nino. Dimana angin bertiup dari timur, kemudian membawa masa udara kering di musim kemarau, sehingga membuat angin lebih kencang.
"Di musim kemarau, kemudian angin bertiup dari timur, kemudian dia membawa masa udara kering dari wilayah timur kemudian ke Asia itu, jadi dia memang di musim kemarau lebih kencang," tuturnya.
Catatan BMKG Stasiun Klimatologi Malang, fenomena ini juga pernah terjadi pada tahun 2019 di Kota Batu. Dimana masa udara lebih kering membuat tekanan permukaan tanah tidak stabil.
"Sehingga membuat masa udara di Indonesia lebih kering itu juga terjadi di Batu, angin kencang sampai kebun apelnya rontok," pungkasnya.
(hri)