Marx House Madiun, Tempat Pengkaderan Para Kader Militan PKI Berujung Pemberontakan 1948

Minggu, 24 September 2023 - 04:56 WIB
loading...
Marx House Madiun, Tempat...
Rakyat turun ke jalan menuntut pembubaran PKI. Musso dan Amir Sjarifuddin memimpin pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948 yang berawal dari pengkaderan militan di Marx House. Foto/Ist
A A A
PEMBERONTAKAN oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) berlangsung di Madiun pada 18 September 1948 dipimpin Musso dan Amir Sjarifuddin. Ini merupakan pemberontakan PKI yang kedua kalinya, yakni setelah pemberontakan pada November 1926.

Di luar Semarang, Solo dan Yogyakarta, wilayah Madiun juga memiliki sejarah yang lekat dengan pergerakan orang-orang PKI.



Pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Madiun menjadi salah satu tempat tumbuh suburnya ajaran komunisme. Pengkaderan PKI, yakni terkait teori Marxisme banyak dimulai di Madiun.

“Secara kecil-kecilan, pendidikan kader-kader Marxis dimulai di Madiun, di bawah pimpinan Moewaladi dan Abdurrachman (eks Nefis dan eks Letnan Laut AL Belanda),” demikian dikutip dari buku Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (1997).

Pengkaderan Marxisme di Madiun berlangsung berlapis. Setelah mendapat pendidikan awal, para kader muda PKI itu direorganisasi secara sistematis. Mereka ditempatkan di pondokan atau tempat tertentu yang diberi nama Marx House.

Di Marx House, para kader muda mendapat doktrin lanjutan dari para tokoh atau pimpinan PKI. Di antara para tokoh pengader terdapat nama Jusuf Muda Dalam, Tan Ling Djie dan Soebadio.


Jusuf Muda Dalam merupakan bekas jurnalis yang pada tahun 1947 bergabung dengan PKI. Jusuf menjabat sebagai Ketua Seksi Ekonomi PKI cabang Yogyakarta.

Saat peristiwa Madiun 18 September 1948 meletus, Jusuf terlibat namun berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1949 ia mewakili PKI di DPR dan selama periode waktu 1963-1966 menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Di depan para tokoh, para kader muda PKI digembleng dengan keras. Kader-kader dididik selama beberapa bulan. Setelah itu dengan pengetahuan teori sekedarnya, mereka dilepas ke tengah masyarakat.

“Peserta-peserta Marx House tidak ada yang menjadi tokoh utama. Tetapi banyak di antara mereka menjadi pekerja-pekerja yang gigih dan praktis”.

Dalam catatan media Boeroeh 10 April 1947, hingga April 1947 Marx House di Madiun telah mencetak sebanyak 400 kader PKI. Terhitung hanya dalam waktu dua bulan terdapat tambahan 140 kader baru.

Sebanyak 20 orang di antaranya adalah perempuan ditambah para peserta yang berasal dari Sumatra dan Sulawesi. “Melalui Marx House, kaum komunis dapat menyuplai sebagian kebutuhan kader untuk pekerjaan-pekerjaan lapangan”.

Seiring dengan pengembangan jaringan, sejumlah para pimpinan PKI yang sebelumnya berada di luar negeri, mulai berdatangan. Mereka di antaranya Maruto Darusman, Setiadjid, dan Soeripno.

Tokoh komunis kawakan, yakni Alimin yang sudah 20 tahun menghilang dari Indonesia, juga muncul. PKI kemudian membagi peran para pimpinan dengan menyusup ke dalam organisasi PBI, SOBSI, Pesindo serta kalangan mahasiswa.

Demikian sejarah perjalanan Madiun sebagai salah satu tempat bersemainya ajaran komunisme. Puncaknya adalah meletusnya peristiwa Madiun Affair atau pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1476 seconds (0.1#10.140)