Kisah Jenderal Yoga Sugomo, Sedulur Sinorowedi yang Berani Minta Presiden Soeharto Tak Nyalon di Pilpres 1988
loading...
A
A
A
Yoga juga menyatakan siapapun kader yang ditunjuk sebagai pengganti Soeharto dirinya siap mendukung dan mengamankan.Situasi sontak tegang. Perdebatan antara Yoga dan mereka yang menolak usulan pikirannya berlangsung keras.
“Sementara Pak Harto (Soeharto) terlihat lebih banyak diam dan tidak mengambil sikap”.
Situasi pro kontra itu disaksikan Ibu Tien Soeharto yang kebetulan melintasi ruang pertemuan. Ibu Tien Soeharto diam-diam mengamati dan memberi isyarat cenderung mendukung Yoga. Namun Soeharto dan dua rekan sejawatnya menolak semua usulan Jenderal Yoga.
Namun Soeharto tetap bersikukuh mencalonkan diri sebagai Presiden RI dan kembali terpilih. Semenjak itu hubungan Yoga dengan Soeharto dan Benny Moerdani berubah dingin.
Demikian Soeharto tetap mempercayai Yoga dan terus mempertahankan hingga pada Juni 1989 Yoga sendiri mengajukan permohonan berhenti sebagai Kepala Bakin. Pada akhir karirnya, Yoga Sugomo menyandang status Purnawirawan Jenderal Bintang empat.
Pada masa pensiunnya ia tercatat menjadi pegawai bulanan golongan IV/e.
Apa yang dikhawatirkan Jenderal Yoga memang betul-betul terjadi. Pada 21 Mei 1998 atau 10 tahun kemudian, dalam situasi ekonomi politik yang carut marut, Presiden Soeharto dipaksa meletakkan jabatan.
Robohnya kekuasaan orde baru telah melahirkan sejarah orde reformasi. Soeharto dipaksa lengser keprabon, yakni situasi yang tidak pernah diharapkan Jenderal Yoga Sugomo.