Sebelum Gantung Diri Bareng, Pasutri Ini Pisah Ranjang Selama 10 Hari

Jum'at, 31 Maret 2017 - 20:18 WIB
Sebelum Gantung Diri Bareng, Pasutri Ini Pisah Ranjang Selama 10 Hari
Sebelum Gantung Diri Bareng, Pasutri Ini Pisah Ranjang Selama 10 Hari
A A A
BLITAR - Sebelum gantung diri bersama di pohon belakang rumahnya, pasangan suami istri (pasutri) di Kabupaten Blitar, Meseno (52) dan Siti Nafiah (51), ternyata telah pisah ranjang selama 10 hari. Dugaan perselingkuhan menjadi penyebab keduanya pisah ranjang lalu bunuh diri.

"Bapak (Meseno) beberapa kali mengatakan akan mengajak Emak (Siti Nafiah, di berita sebelumnya tertulis Siti Aminah, red) mati bersama kalau memang sudah tidak bisa diberitahu," tutur Agus Saifudin (37), menantu pasutri itu kepada wartawan, Jumat (31/3/2017).

Mendengar niat Meseno, kata Agus, dia dan Inaliyati, istrinya, langsung berembuk dengan Mohammad Abdul Gisom dan Mohammad Farel Pradana. Dari pernikahan yang berumur 25 tahun Meseno dan Siti Nafiah dikaruniai tiga orang anak, yakni Inaliyati, Mohammad Abdul Gisom, dan Mohammad Farel Pradana.

"Kami pun memutuskan bergantian menemani orang tua. Saya sendiri bertempat tinggal di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok," katanya.

Proses menemani orang tua ini berjalan sebulan. Namun cekcok itu tidak kunjung mereda. Sepuluh hari sebelum insiden gantung diri terjadi, keduanya pisah ranjang. Meseno masih berulang kali melontarkan ancaman mengajak mati bersama.

Menurut Agus, mertuanya (Siti Nafiah) selingkuh. Kesempatan berselingkuh terjadi saat Meseno bekerja menjadi buruh migran di Malaysia. Pria idaman lain (PIL) Siti Nafiah merupakan tetangga dekat.

Mendengar istrinya selingkuh, Meseno yang sudah tujuh bulan bekerja di Negeri Jiran memutuskan pulang. Menurut Agus, ketiga anak mertuanya, termasuk dirinya pernah mendatangi lelaki yang menjadi PIL Siti Nafiah dan meminta baik-baik untuk mengakhiri hubungan.

Namun, yang bersangkutan justru mengatakan bahwa yang menginginkan hubungan terus berlanjut adalah Siti Nafiah. Bahkan, keduanya berencana menikah setelah si PIL menceraikan istrinya.

"Mungkin karena tidak tahan menahan marah, ancaman mati bersama akhirnya benar-benar dilakukan," pungkas Agus dengan nada sedih.

Lokasi bunuh diri itu tidak jauh dari rumah. Menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu, Muriyah (50), warga setempat yang hendak ke sungai sontak berteriak histeris dan membuat warga lain berdatangan.

Dalam pemeriksaan medis di RSU Mardi Waluyo Blitar, pada bagian anus kedua korban sama-sama mengeluarkan kotoran. Kemaluan Meseno mengeluarkan sperma. Kedua tanda klinis itu merupakan ciri korban mati bunuh diri.

Kasatreskrim Polres Kota Blitar AKP Hari Sugiono mengatakan bahwa kematian kedua korban murni bunuh diri. "Ini murni bunuh diri. Motifnya karena cemburu. Dari keterangan keluarga, sebelum gantung diri kedua korban sudah pisah ranjang 10 hari," ujarnya.

Setelah menjalani pemeriksaan medis, jenazah pasutri langsung dikuburkan di tempat pemakaman desa setempat. Hasil kesepakatan keluarga, keduanya disemayamkan satu liang lahat.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6329 seconds (0.1#10.140)