Prevalensi Stunting Jawa Timur Dekati Angka Nasional

Kamis, 30 Juli 2020 - 21:02 WIB
loading...
A A A
Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, menuturkan pembicaraan mengenai gizi anak harus berawal dari keluarga. Tingkat edukasi orang tua sangat mempengaruhi kualitas anak dan keluarga tersebut.

Sayangnya, berdasarkan profil keluarga BKKBN, sebanyak 16,95% atau kurang lebih 10 juta keluarga Indonesia masuk kategori prasejahtera. Sementara berdasarkan tingkat pendidikan kepada keluarga, terdapat 51,5% kepala keluarga yang menginjak pendidikan hanya sampai jenjang SD.

“Bisa dibayangkan, dengan situasi seperti ini bagaimana tumbuh kembang anak-anak kita. Belum lagi saat ini kita memasuki masa pandemi,” ungkap Netty.

Menurutnya, dibutuhkan kerjasama multi stakeholder untuk mengadvokasi keluarga keluarga prasejahtera dan keluarga rentan miskin, agar kebutuhan gizi anak dan keluarga tetap tercukupi.

Di samping itu, menyadarkan masyarakat dalam menghindari makanan atau minuman (mamin) yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti stunting dan gizi buruk.

“Apalagi di masa Pandemi Covid-19 saat ini, itu tidak bisa menggugurkan kewajiban Pemerintah untuk menjangkau dan membina serta memberikan pelayanan bagi seluruh masyarakat. Salah satunya dalam hal pemberian susu kepada anak-anak, dimana masih banyak orang tua yang sering salah memahaminya. Masih banyak para orang tua, utamanya dari masyarakat tidak mampu, itu menganggap susu kental manis sebagai pilihan tepat bagi anaknya. Pertimbangan mereka memilih susu kental manis kebanyakan karena alasan harga yang relatif lebih murah, mudah disimpan dan tidak cepat basi dibandingkan susu formula,” paparnya.

Netty menegaskan, peningkatkan pengetahuan orang tua tentang pengasuhan yang benar dan tepat bagi anak-anak sesuai tahapan pekembangannya perlu ditingkatkan. Rendahnya literasi masyarakat tentang pola asupan gizi bagi tumbuh kembang bayi dan anak, semakin diperparah lagi oleh iklan-iklan yang membombardir pilihan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Mejelis Kesehatan PP Aisyiyah, Chairunnissa, juga mengingatkan kepada seluruh kader dan jajaran Aisyiyah, untuk tidak memasukkan kental manis dalam bantuan sosial dimasa pandemi Covid 19 ini.

“Mengedukasi dengan memberikan bantuan sembako yang benar adalah hal-hal yang kita lakukan untuk mengetasi stunting dimasa pandemi ini,” jelas Chairunnisa. Ia juga mengingatkan, balita yang sudah terbiasa mengkonsumsi kental manis dapat beresiko terkena malnutrition.

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kepedulian terhadap upaya peningkatan kesehatan masyarakat, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Majelis Kesehatan PP Aisyiyah sejak tahun 2018 yang lalu telah berkomitmen melakukan edukasi gizi dan cara bijak mengkonsumsi susu kental manis untuk masyarakat diberbagai daerah di Indonesia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1596 seconds (0.1#10.140)