Raden Mat Tahir, Panglima Perang yang Gugur Melawan Belanda di Jambi

Jum'at, 17 Februari 2017 - 05:00 WIB
Raden Mat Tahir, Panglima Perang yang Gugur Melawan Belanda di Jambi
Raden Mat Tahir, Panglima Perang yang Gugur Melawan Belanda di Jambi
A A A
Raden Mattaher biasa dipanggil Mat Tahir, adalah anak dari Pangeran Kusin Bin Pangeran Adi. Sedangkan Pangeran Adi adalah saudara kandung Sultan Thaha Syaifuddin.

Dengan demikian, maka Sultan Thaha Syaifuddin adalah kakek bagi Raden Mat Tahir. Raden Mat Tahir dilahirkan di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, tahun 1871.

Jambi dulunya adalah pusat pemukiman dan tempat kedudukan raja. Istana yang dibangun di Bukit Tanah Pilih yang disebut sebagai istana tanah pilih adalah tempat Sultan Thaha Saifuddin dilahirkan dan dilantik sebagai sultan tahun 1855.

Istana Tanah Pilih ini kemudian di bumi hanguskan sendiri oleh Sultan Thaha tahun 1858 menyusul serangan balik tentara Belanda karena Sultan dan Panglimanya Raden Mattaher menyerang dan berhasil menenggelamkan 1 kapal perang Belanda Van Hauten di perairan Muaro Sungai Kumpeh hingga beliau dikenal oleh masyarakat Jambi sebagai Singo Kumpeh.

Saat melawan penjajahan Belanda, Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang yang bergerak di wilayah Muara Tembesi hingga ke Muara Kumpeh.

Dalam berbagai penyerangan, Raden Mattaher dibantu oleh beberapa panglima yakni, Raden Perang, Raden Ahmad, Raden Kusen dan Raden Pamuk.

Dalam pergerakan tersebut, para panglima ini membuat kantong-kantong pertahanan, barisan pertahanan dan barisan perlawanan terhadap penjajah.

Penyerangan yang dilakukan difokuskan terhadap kantong-kantong pertahanan militer Belanda. Selain juga melakukan penyergapan terhadap kapal-kapal perang yang mengangkut personil, amunisi dan obat-obatan.

Saat melakukan perang gerilya bersama dengan Panglima Tungguk Suto Alus, Raden Mattaher berhasil merampas peti baja milik bea cukai Belanda yang berisi 30 ribu Cap Tongkat, serta beberapa dokumen penting Belanda lainnya di Bayung Lincir, perbatasan antara Jambi dan Palembang.

Setelah perjungan ini, Raden Mat Tahir bersama Panglima Ambur Panjang (Raden Pamuk), Panglima Betung Besalai (Raden Seman) dan Tunggul Buto (Raden Perang) membantu pasukannya yang berasal dari Jambi Kecil, Jambi Tulo dan ada yang datang dari Pijoan guna menangkis serang musuh di Tarikan menuju Kumpeh.

Namun sayangnya, beberapa waktu kemudian, Raden Mat Tahir ini dapat dilumpuhkan oleh Belanda dengan beberapa tipu muslihat. Dalam penangkapan tersebut, Raden Mat Tahir berhasil dibunuh oleh Belanda.

Ia ditembak mati ketika sedang berada di rumahnya, pada tanggal 7 September 1907, dalam operasi militer Belanda.

Namun sebelumnya, Raden Akhmad yang adalah kakak kandung Raden Mattaher, tewas tertembak saat selesai Salat Magrib. Raden Mattaher gugur dalam pertempuran melawan Belanda di dusun Muaro Jambi, pada hari Jumat, waktu subuh, tanggal 10 September 1907. Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Jambi.

Saat ini nama beliau telah dipergunakan untuk mengenang jasanya, salah satunya menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Jambi.

Sementara untuk penulisan nama beliau ada banyak versi dari Raden Mat Tahir (G.J. Velds, dalam De Onderwerping van Djambi in 1901-1907), Raden Mattahir (Osman Situmorang melalui skripsinya pada tahun 1973), RSUD Provinsi Jambi yang menulisnya menjadi Raden Mattaher dan banyak lagi sumber lainnya.

Saat ini masih ada generasi muda Jambi yang belum tahu siapa beliau. Padahal jasa beliau menjadi salah satu tonggak sejarah perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, perjuangan dari Rakyat Jambi untuk Indonesia.

sumber:

wikipedia
djendelo
diolah dari berbagai sumber

(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.8691 seconds (0.1#10.140)