Lompat Batu di Nias Cermin Anak Muda yang Penuh Energik Hadapi Tantangan

Jum'at, 31 Juli 2020 - 05:01 WIB
loading...
Lompat Batu di Nias...
Jika Anda berkesempatan ke Pulau Nias, maka jangan lewatkan melihat atraksi lompat batu atau hombo batu yang menjadi ciri khas dan tidak ada di tempat lain. (Foto/Okezone)
A A A
JIKA Anda berkesempatan ke Pulau Nias , maka jangan lewatkan melihat atraksi lompat batu atau hombo batu yang menjadi ciri khas dan tidak ada di tempat lain.

Salah satu kawasan di Nias yang dapat dilihat secara langsung atraksi lompat batu ada di Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanamaya, Kabupaten Nias Selatan.

Nah, saat atraksi yang cukup mendebarkan itu para pelompat biasanya adalah anak-anak muda Nias energik yang mengenakan pakaian khas Nias. Sementara tinggi batu yang harus dilompati bisa mencapai 2 meter hingga 2,5 meter. (BACA JUGA: UFC : Duel Khabib Nurmagomedov vs Justin Gaethje 24 Oktober)

Tokoh pemuda di Nias, Imam Jaya Lase mengatakan, lompat batu adalah ciri khas Nias. Para pemuda yang akan melakukan atraksi itu akan mengenakan pakaian bernuansa hitam dilengkapi dengan aksen berawarna kuning dan merah."Tentunya tanpa alas kaki seperti sepatu atau alamat pengaman lainnya," sebut Imam.

Lompat batu ini juga menjadi andalan para wisatawan selain berkunjung ke rumah-rumah adat dan lokasi surfing. Ya, pantai di Nias bagi pencinta surfing, pantai di Nias menjadi tantangan.

Aktraksi lompat batu di Desa Bawomataluo sendiri merupakan destinasi populer di Nias Selatan yang ramai dikunjungi wisatawan, baik pada saat hari biasa maupun hari libur sebelum Pandemi COVID-19.

Di desa ini tercatat ada sekitar 137 Rumah Raja atau rumah adat adat omo sebua. Di desa ini ada pola perkampungan dengan berbentuk T. (BACA JUGA: Berbahaya! Berikut Daftar Aplikasi Android yang Sebaiknya Dihapus)

Imam Lase melanjutkan bahwa tradisi lompat batu ini bukan hanya sekedar permainan atau ciri khas biasa saja. Namun mempunyai nilai-nilai filosofi yang tinggi. Dalam atraksi lompat batu juga terdapat nilai-nilai penting kearifan lokal.

"Lompat batu mengandung nilai -nilai tinggi tentang kehidupan, kebersamaan, dan kebudayaan masyarakat kami di sini," bebernya.

Namun apa sebenarnya bagaimana sebenarnya awal munculnya dari lompat batu itu. Imam mengatakan, di Nias dulu banyak raja-raja yang memerlukan prajurit-prajurit muda. Nah, untuk bisa menjadi bagian dari prajurit ada tes yang harus dilalui. Salah satunya adalah lompat batu. "Dulu antar desa memang saling rebut kekuasaan, sehingga raja membutuhkan anak-anak muda," sebutnya.

Sebagai seorang prajurit, pemuda pria dituntut harus mampu melewati batu yang tinggi, sehingga jika berhasil maka dapat diziinkan untuk ikut berperang. (BACA JUGA: UI Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2020)

Pada zaman dahulu desa-desa di Nias ini dikelilingi pagar batu yang cukup tinggi. "Itulah makanya dari itu lompat batu sebagai syarat agar saat berperang para prajurit dapat melompati benteng tembok pertahanan saat menyerang musuh," ujar Imam.

Jika seseorang bisa melompati batu maka akan dipestakan. Biasanya disiapkan ayam jantan yang masih utuh tidak dipotong-potong sebagai syarat digelarnya pesat. " Ini maksudnya agar anak-anak muda bisa melompat, melayang tinggi seperti ayam," tutur Imam.

Tradisi Lompat Batu di Nias masih masih terus dilestarikan hingga saat ini. Namun, seiring berjalannya waktu tradisi tersebut sudah bukan menjadi tradisi sebagai syarat untuk mengikuti peperangan, melainkan menjadi salah satu simbol sebagai budaya masyarakat Nias.
(vit)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1667 seconds (0.1#10.140)