Ciayumajakuning Dilanda Udara Dingin, Ini Kata BMKG Kertajati

Selasa, 28 Juli 2020 - 18:20 WIB
loading...
Ciayumajakuning Dilanda Udara Dingin, Ini Kata BMKG Kertajati
Suhu udara di wilayah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kabupaten Kuningan (Ciayumajakuning) Jawa Barat, terasa lebih dingin. Foto/Ist.
A A A
MAJALENGKA - Dalam beberapa pekan terakhir, udara di wilayah Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kabupaten Kuningan (Ciayumajakuning) Jawa Barat , terasa lebih dingin dibanding sebelum-sebelumnya. Kondisi itu mulai terjadi sejak sore hingga pagi hari.

(Baca juga: Belalang Kembara Rusak 60 Hektar Lahan Pertanian di Sumba Timur )

Data BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati , dalam dua hari terakhir suhu udara minimum di wilayah itu berada di kisaran 20-23 derajat celcius. Kondisi tersebut diprakirakan terjadi hingga September mendatang.

Untuk pemicu sendiri, setidaknya ada dua hal yang memengaruhi kondisi itu. Adanya pergerakan massa udara dingin dan kering dari Australia ke Asia yang melewati Indonesia, jadi penyebab udara di wilayah ini terasa cukup dingin.

(Baca juga: Ujian Ridwan Kamil di Balik Satu Abad Gedung Sate )

"Saat musim kemarau, tutupan awan sedikit atau bisa dikatakan tidak ada. Sehingga bumi ini semacam tidak berselimut. Pada saat tak berselimut, panas yang diserap pada siang hari akan sangat mudah dilepas pada malam hari. Sehingga malam hari terasa dingin dari kondisi biasanya," kata prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati , Ahmad Faa Iziyn kepada SINDONews, Selasa (28/7/2020).

Di sisi lain, dalam beberapa hari terakhir, kecepatan angin di wilayah ini juga cukup tinggi. Hari ini, berdasarkan pengamatan pagi dari BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati , arah kecepatan angin umumnya dari Tenggara hingga Selatan dengan kecepatan maksimum mencapai 39 km per jam.

(Baca juga: Swab Mandiri, Wakil Wali Kota Solo Telah Negatif COVID-19 )

"Kondisi peningkatan kecepatan angin di wilayah Ciayumajakuning diprakirakan dapat mencapai nilai maksimum hingga 56 kilometer per jam. Masih akan berlangsung hingga 1 hari kedepan," jelas dia.

Terkait pemicu, lanjut Faiz, karena adanya perbedaan tekanan udara yang cukup signfikan di wilayah Utara dan Selatan ekuator. Selain itu, didukung juga oleh faktor lokal adanya Gunung Ciremai , yang oleh warga setempat biasa disebut Angin Kumbang.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7196 seconds (0.1#10.140)