Ujian Ridwan Kamil di Balik Satu Abad Gedung Sate
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pandemi COVID-19 telah merusak impian Gubernur Jawa Barat , Ridwan Kamil untuk menghadirkan Gedung Sate sebagai ikon sekaligus destinasi wisata istimewa bagi warganya dan wisatawan yang berkunjung ke Jabar.
(Baca juga: Swab Mandiri, Wakil Wali Kota Solo Telah Negatif COVID-19 )
Betapa tidak, upayanya untuk mengubah kesan 'angker' Gedung Sate di usianya yang menginjak 100 tahun kini sudah hampir rampung. Bahkan, tampilan gedung megah itu pun kini menjadi lebih kekinian dengan penataan dan revitalisasi yang telah dilakukan.
Namun apa daya, gara-gara pandemi COVID-19, warga Jabar dan wisatawan terpaksa harus menunda waktu untuk menikmati keindahan setiap sudut wajah baru gedung megah karya arsitek J Gerber, Eh De Roo G, dan Hendriks itu.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil mengungkapkan, sejumlah rencana yang telah disusun untuk memperingati 100 tahun gedung megah yang mulai dibangun 27 Juli 1920 itu terpaksa dibatalkan akibat pandemi.
(Baca juga: Curi Singkong untuk Makan, Pemuda Banyuwangi Ditangkap Polisi )
Bahkan, meski sempat dibuka untuk masyarakat dan wisatawan sebelum pandemi melanda, kawasan Gedung Sate kini kembali ditutup untuk umum. Masyarakat dan wisatawan yang hendak menyusuri jejak-jejak sejarah dengan bantuan tour guide pun terpaksa menunda keinginannya.
"Ketika menjadi Gubernur, memperingati 100 tahun Gedung Sate . Sekarang, COVID-19 juga bagi saya ini adalah ujian dari sejarah hidup saya. Namun, saya berbangga dengan 100 tahun Gedung Sate ," ungkapnya.
Meski begitu, Kang Emil menyatakan, peringatan seabad Gedung Sate tetap terlaksana dengan merawat dan menjaganya. Penataan dan perbaikan fasilitas Gedung Sate yang selama ini dilakukan, kata Kang Emil, menjadi buktinya.
Lebih lanjut Kang Emil menilai, Gedung Sate memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Menurutnya, tidak ada gedung pemerintahan yang bisa mengalahkan arsitektur maupun estetika Gedung Sate .
Selain itu, Gedung Sate merupakan salah satu simbol perjuangan. Pasalnya, di balik kemegahannya, Gedung Sate menyimpan kisah perjuangan Angkatan Moeda Pekerdjaan Oemoem yang gigih mempertahankan Gedung Sate dan kemerdekaan Indonesia dari serangan tentara Gurkha dan NICA.
"Ingat Jabar, ingat Gedung Sate. Ingat Bandung, ikonnya pasti Gedung Sate . Tak ada yang bisa mengalahkan," katanya. (Baca juga: Ribuan Ikan Mati Membusuk di Sungai Petanang Musi Banyuasin )
Diketahui, peresmian wajah baru Gedung Sate sendiri telah dilakukan langsung oleh Kang Emil dan istri Atalia Praratya di taman depan Gedung Sate , Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (31/12/2019). Dalam kesempatan itu, Kang Emil mengatakan, tahun 2020 sebagai tahun pencanangan Gedung Sate sebagai destinasi wisata.
"Bahwa 2020 itu tahun pencanangan Gedung Sate sebagai destinasi wisata. Maka, 2020 ( Gedung Sate ) akan dibuka seluas-luasnya untuk masyarakat yang dimulai dengan perbaikan di taman depan dan taman belakang yang selama ini kurang memadai, biasanya orang berfoto-foto kan di aspal (jalan)," tutur Kang Emil saat itu.
Menilik pada sejarahnya, pembangunan Gedung Sate diawali peletakan batu pertama oleh putri Wali Kota Bandung saat itu, Johana Catherina Coops dan perwakilan Gubernur Hindia-Belanda di Batavia, Petronella Roelofsen. Gedung Sate dibangun dengan melibatkan sekitar 2.000 pekerja dan menghabiskan dana sebesar 6 juta gulden.
(Baca juga: Swab Mandiri, Wakil Wali Kota Solo Telah Negatif COVID-19 )
Betapa tidak, upayanya untuk mengubah kesan 'angker' Gedung Sate di usianya yang menginjak 100 tahun kini sudah hampir rampung. Bahkan, tampilan gedung megah itu pun kini menjadi lebih kekinian dengan penataan dan revitalisasi yang telah dilakukan.
Namun apa daya, gara-gara pandemi COVID-19, warga Jabar dan wisatawan terpaksa harus menunda waktu untuk menikmati keindahan setiap sudut wajah baru gedung megah karya arsitek J Gerber, Eh De Roo G, dan Hendriks itu.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil mengungkapkan, sejumlah rencana yang telah disusun untuk memperingati 100 tahun gedung megah yang mulai dibangun 27 Juli 1920 itu terpaksa dibatalkan akibat pandemi.
(Baca juga: Curi Singkong untuk Makan, Pemuda Banyuwangi Ditangkap Polisi )
Bahkan, meski sempat dibuka untuk masyarakat dan wisatawan sebelum pandemi melanda, kawasan Gedung Sate kini kembali ditutup untuk umum. Masyarakat dan wisatawan yang hendak menyusuri jejak-jejak sejarah dengan bantuan tour guide pun terpaksa menunda keinginannya.
"Ketika menjadi Gubernur, memperingati 100 tahun Gedung Sate . Sekarang, COVID-19 juga bagi saya ini adalah ujian dari sejarah hidup saya. Namun, saya berbangga dengan 100 tahun Gedung Sate ," ungkapnya.
Meski begitu, Kang Emil menyatakan, peringatan seabad Gedung Sate tetap terlaksana dengan merawat dan menjaganya. Penataan dan perbaikan fasilitas Gedung Sate yang selama ini dilakukan, kata Kang Emil, menjadi buktinya.
Lebih lanjut Kang Emil menilai, Gedung Sate memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Menurutnya, tidak ada gedung pemerintahan yang bisa mengalahkan arsitektur maupun estetika Gedung Sate .
Selain itu, Gedung Sate merupakan salah satu simbol perjuangan. Pasalnya, di balik kemegahannya, Gedung Sate menyimpan kisah perjuangan Angkatan Moeda Pekerdjaan Oemoem yang gigih mempertahankan Gedung Sate dan kemerdekaan Indonesia dari serangan tentara Gurkha dan NICA.
"Ingat Jabar, ingat Gedung Sate. Ingat Bandung, ikonnya pasti Gedung Sate . Tak ada yang bisa mengalahkan," katanya. (Baca juga: Ribuan Ikan Mati Membusuk di Sungai Petanang Musi Banyuasin )
Diketahui, peresmian wajah baru Gedung Sate sendiri telah dilakukan langsung oleh Kang Emil dan istri Atalia Praratya di taman depan Gedung Sate , Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (31/12/2019). Dalam kesempatan itu, Kang Emil mengatakan, tahun 2020 sebagai tahun pencanangan Gedung Sate sebagai destinasi wisata.
"Bahwa 2020 itu tahun pencanangan Gedung Sate sebagai destinasi wisata. Maka, 2020 ( Gedung Sate ) akan dibuka seluas-luasnya untuk masyarakat yang dimulai dengan perbaikan di taman depan dan taman belakang yang selama ini kurang memadai, biasanya orang berfoto-foto kan di aspal (jalan)," tutur Kang Emil saat itu.
Menilik pada sejarahnya, pembangunan Gedung Sate diawali peletakan batu pertama oleh putri Wali Kota Bandung saat itu, Johana Catherina Coops dan perwakilan Gubernur Hindia-Belanda di Batavia, Petronella Roelofsen. Gedung Sate dibangun dengan melibatkan sekitar 2.000 pekerja dan menghabiskan dana sebesar 6 juta gulden.
(eyt)