Legenda Ikan Si Layung dan Kohkol, Penjaga Gaib Situ Cibeureum Tasikmalaya
loading...
A
A
A
”Pokoknya ikan-ikan kecil mendadak muncul seolah bergembira sehingga banyak warga yang mendadak mengail ikan. Jika waktu itu tiba, pertanda Si Kohkol datang,” katanya.
Bahkan, Si Kohkol juga lebih suka menampakkan diri di pinggir situ, berbeda dengan Si Layung di tengah Situ. Warga selalu berbondong-bondong melihat keberadaan Ikan ini meski jarang sekali dijumpai.
”Tapi Si Kohkol dan Si Layung itu benar adanya kok. Silakan saja Bapak berbuat yang tidak-tidak. Dijamin akan ada riak air seperti ombak,” ujar Atang meyakinkan.
Atang pun merasa tidak khawatir akan kealamian Situ Cibeureum karena siapa saja yang melanggar larangan selalu ketiban sial mulai dari kesurupan sampai meninggal dunia tenggelam di Situ Cibeureum.
”Intinya mari sama-sama kita rawat situ ini karena mereka juga sama seperti manusia memiliki kehidupan. Tidak merawat situ sama halnya membunuh kehidupan mereka karena situ bermanfaat bagi manusi juga,” tuturnya.
Keberadaan Situ Cibeureum memang sangat bermanfaat. Selain menjadi sumber pengairan pesawahan di Kecamatan Tamansari, juga menjadi mata pencaharian warga karena ketika air melimpah mendapat ikan, ketika air kemarau menjadi tempat mengembala kambing.
Bahkan seiring perkembangan jaman, nusa atau pulau kecil tengah situ menjadi Bumi Perkemahan meski diseberangnya terdapat enam makam keramat yakni makam Ki Bagus Djamri, Syeh Majagung, Dambawati, Sugrianingrat, Ratnaningru, dan Ratnawulan.
Makam keramat tersebut merupakan Priyayi Padjadjaran dan Sumedang yang hidup di era Galuh Pakuan sampai Mataram. Jadi selain Si Layung dan Si Kohkol tadi, banyak juga warga yang sekadar berziarah ke makam yang terletak di pinggir Situ Cibeureum.
”Tong cawokah. Eta wae pesenna teh (Jangan bicara sembarangan. Itu saja pesannya),” kata Atang mengakhiri perbicangan.
Bahkan, Si Kohkol juga lebih suka menampakkan diri di pinggir situ, berbeda dengan Si Layung di tengah Situ. Warga selalu berbondong-bondong melihat keberadaan Ikan ini meski jarang sekali dijumpai.
”Tapi Si Kohkol dan Si Layung itu benar adanya kok. Silakan saja Bapak berbuat yang tidak-tidak. Dijamin akan ada riak air seperti ombak,” ujar Atang meyakinkan.
Atang pun merasa tidak khawatir akan kealamian Situ Cibeureum karena siapa saja yang melanggar larangan selalu ketiban sial mulai dari kesurupan sampai meninggal dunia tenggelam di Situ Cibeureum.
Baca Juga
”Intinya mari sama-sama kita rawat situ ini karena mereka juga sama seperti manusia memiliki kehidupan. Tidak merawat situ sama halnya membunuh kehidupan mereka karena situ bermanfaat bagi manusi juga,” tuturnya.
Keberadaan Situ Cibeureum memang sangat bermanfaat. Selain menjadi sumber pengairan pesawahan di Kecamatan Tamansari, juga menjadi mata pencaharian warga karena ketika air melimpah mendapat ikan, ketika air kemarau menjadi tempat mengembala kambing.
Bahkan seiring perkembangan jaman, nusa atau pulau kecil tengah situ menjadi Bumi Perkemahan meski diseberangnya terdapat enam makam keramat yakni makam Ki Bagus Djamri, Syeh Majagung, Dambawati, Sugrianingrat, Ratnaningru, dan Ratnawulan.
Makam keramat tersebut merupakan Priyayi Padjadjaran dan Sumedang yang hidup di era Galuh Pakuan sampai Mataram. Jadi selain Si Layung dan Si Kohkol tadi, banyak juga warga yang sekadar berziarah ke makam yang terletak di pinggir Situ Cibeureum.
”Tong cawokah. Eta wae pesenna teh (Jangan bicara sembarangan. Itu saja pesannya),” kata Atang mengakhiri perbicangan.