Pesan Terakhir Kusni Kasdut sebelum Dieksekusi Mati, Bandit Legendaris dan Pejuang Kemerdekaan
loading...
A
A
A
Ia juga pernah membuat sebuah lukisan yang merupakan ekspresi iman, yang terbuat dari gedebog pohon pisang. Setelah lukisan gedebog pisang itu selesai Kusni Kasdut memberikan lukisannya itu kepada Gereja Katedral Jakarta sebagai tanda terima kasihnya.
Beberapa hari setelah itu, Kusni Kasdut ditembak mati. Dalam lukisan tersebut tergambarlah dengan rinci Gereja Katedral lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik. Sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Gereja Katedral Jakarta.
Begitulah akhir dari riwayat perjalanan Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, yang pada masa perjuangan ia adalah seorang pemuda yang simpatik, ramah, juga sangat pendiam. Ia adalah seorang mantan pejuang revolusi yang baik.
Memang sejarah kadang penuh ironi, dimana revolusi memakan anaknya. Dengan tegar ia menjalani hukuman mati di depan regu tembak pada 16 Februari 1980.Tugas 12 orang dari regu tembak polisi pada pagi 16 Februari sekitar jam 04.35 selesai sudah.
Nasib Kusni telah ditentukan sejak Presiden Soeharto menolak permohonan grasinya.
Kelakuannya juga baik sebagai narapidana teladan di Cipinang. Dan ia sendiri berharap mendapat pengampunan.
Tapi hukuman bagi kejahatan yang pernah dibuatnya memang seperti katanya sendiri, sudah tidak tertanggungkan lagi. Ia dipidana mati bagi kejahatannya membunuh anggota polisi di Semarang.
Ia dihukum penjara seumur hidup untuk nyawa Ali Bajened. Ia divonis 12 tahun penjara untuk lakonnya memimpin perampokan berlian di Museum Nasional. Dan ia diganjar 5 tahun untuk kejahatannya yang pertama yakni menculik seorang dokter.
Selama menjadi narapidana Kusni sudah berkali-kali berusaha lari dari penjara dan tempat tahanan polisi. Hanya tiga kali ia gagal. Kusni Kasdut dipanggil dari sel ke-5 blok B-II penjara Kalisosok Surabaya untuk diberitahu tentang penolakan grasinya oleh Presiden.
Beberapa hari setelah itu, Kusni Kasdut ditembak mati. Dalam lukisan tersebut tergambarlah dengan rinci Gereja Katedral lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik. Sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Gereja Katedral Jakarta.
Begitulah akhir dari riwayat perjalanan Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, yang pada masa perjuangan ia adalah seorang pemuda yang simpatik, ramah, juga sangat pendiam. Ia adalah seorang mantan pejuang revolusi yang baik.
Memang sejarah kadang penuh ironi, dimana revolusi memakan anaknya. Dengan tegar ia menjalani hukuman mati di depan regu tembak pada 16 Februari 1980.Tugas 12 orang dari regu tembak polisi pada pagi 16 Februari sekitar jam 04.35 selesai sudah.
Nasib Kusni telah ditentukan sejak Presiden Soeharto menolak permohonan grasinya.
Kelakuannya juga baik sebagai narapidana teladan di Cipinang. Dan ia sendiri berharap mendapat pengampunan.
Tapi hukuman bagi kejahatan yang pernah dibuatnya memang seperti katanya sendiri, sudah tidak tertanggungkan lagi. Ia dipidana mati bagi kejahatannya membunuh anggota polisi di Semarang.
Ia dihukum penjara seumur hidup untuk nyawa Ali Bajened. Ia divonis 12 tahun penjara untuk lakonnya memimpin perampokan berlian di Museum Nasional. Dan ia diganjar 5 tahun untuk kejahatannya yang pertama yakni menculik seorang dokter.
Baca Juga
Selama menjadi narapidana Kusni sudah berkali-kali berusaha lari dari penjara dan tempat tahanan polisi. Hanya tiga kali ia gagal. Kusni Kasdut dipanggil dari sel ke-5 blok B-II penjara Kalisosok Surabaya untuk diberitahu tentang penolakan grasinya oleh Presiden.