Ini Cara Warga Tampor Paluh Aceh Peringati HUT RI setelah 71 Tahun

Kamis, 18 Agustus 2016 - 04:04 WIB
Ini Cara Warga Tampor Paluh Aceh Peringati HUT RI setelah 71 Tahun
Ini Cara Warga Tampor Paluh Aceh Peringati HUT RI setelah 71 Tahun
A A A
ACEH TIMUR - Meski sudah 71 tahun merdeka ratusan warga di sebuah desa yang jauh terpencil di Aceh Timur, Provinsi Aceh baru kali ini mengikuti upacara HUT Kemerdekaan RI.

Tidak hanya mengikuti jalannya upacara ratusan warga juga bersama-sama membentangkan dan mengarak bendera merah putih sepanjang 71 meter

Ali, Geucik Desa Tampor Paluh mengatakan, warga mengarak bendera sepanjang jalan setapak dari perkampungan menuju ke lapangan sekolah Yayasan Anek Merdeka.

“Bagi masyarakat Desa Tampor Paluh ini adalah yang pertama kalinya warga dan anak sekolah mengikuti upacara hut Kemerdekaan RI selama 71 tahun Indonesia Merdeka,” kata Ali, Rabu (17/8/2016).

Upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 71 di Desa Tampur Paluh, kata dia, tidak hanya diikuti oleh anak sekolah saja. Namun ratusan warga desa juga antusias mengikuti jalannya upacara.

Menurut Ali, 71 tahun Indonesia Merdeka memberi harapan baru bagi anak –anak Desa Tampur Paluh yang selama ini tidak bisa meneruskan jenjang pendidikan ke tingkat SMA.

Para siswa hanya bisa bersekolah sampai jenjang SMP saja karena ketiadaan biaya dan kondisi desa yang jauh terpencil.

Kini para siswa tamatan SMP bisa meneruskan ke jenjang SMA berkat adanya bantuan program CSR dari perusahaan migas milik BUMN (PT Pertamina Ep Field Rantau) berupa bangunan sekolah dan berbagai peralatan serta prasarana sekolah. Meskipun merupakan sekolah swasta para siswa tidak akan dipungut bayaran karena kondisi perekonomian warga yang masih lemah.

Menurut Danrem 011/ Lilawangsa Kol Inf Dedy Agus Purwanto, Desa Tampor Paluh merupakan sebuah desa terpencil yang dihuni sekitar 450 jiwa.

Warga desa hidup dalam keterbatasan karena terletak jauh di pedalaman. Dari Desa Tampur Paluh menuju ibukota Kabupaten Aceh Timur memakan waktu lebih kurang delapan jam. Dua jam melalui jalur sungai menggunakan sampan dan enam jam melalui jalan darat.

“Perjalanan pun harus ditempuh melewati Kabupaten Aceh Tamiang. Karena kondisinya yang jauh dan terpencil desa pun seolah tak tersentuh akan pembangunan,” kata dia.
(zik,whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5281 seconds (0.1#10.140)