Menyayat Hati! Kisah Aan Diniyati Dorong Kursi Roda Suami Sejauh 10 Km ke RS untuk Cuci Darah sejak 2018

Selasa, 13 Juni 2023 - 13:13 WIB
loading...
Menyayat Hati! Kisah...
Aan Diniyati warga miskin asal Brebes harus jalan kaki mendorong kursi roda suaminya, Nurohman sejauh 10 km pulang pergi ke rumah sakit untuk menjalani cuci darah. Foto/iNews TV/Yunibar INews
A A A
BREBES - Aan Diniyati (40) warga miskin asal Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Brebes, Jawa Tengah harus jalan kaki mendorong kursi roda suaminya sejauh 10 km pulang pergi ke rumah sakit. Perjuangan berat itu dilakukan dua kali dalam seminggu agar suaminya bisa menjalani cuci darah.

Dia memilih jalan kaki mendorong kursi roda suamiana karena tidak memiliki biaya sewa ambulans untuk mengantar suami berobat. Terlebih dalam satu minggu harus dua kali bolak balik ke rumah sakit, tentu akan memerlukan banyak biaya.



Kehidupan sehari-hari pasangan suami istri (pasutri) ini termasuk kurang mampu.

Rutinitas mendorong kursi roda ini dilakukan rutin oleh Aan Diniyati (40) sejak 2018 silam. Perempuan ini mengantar sendiri Nurohman (56) suaminya, untuk berobat ke RS Bhakti Asih.

Jarak tempuh dari rumah ke rumah sakit pun lumayan jauh sekitar 5 km. Sehingga dalam sekali berobat dia harus jalan 10 km pulang pergi.

"Alasannya karena tidak ada ongkos buat bayar sewa ambulans. Kan harus beli bensin sama bayar sopir. Jadi jalan kaki saja sambil dorong suami ke rumah sakit Bhakti Asih," ungkap Aan Diniyati, Selasa (13/6/2023).



Aan menuturkan, Nurohman suaminya menderita sakit gagal ginjal sejak 2018. Sejak saat itu lah, suami Aan ini harus menjalani cuci darah secara rutin.

Dia mengaku, kursi roda yang digunakan untuk membawa suami berobat merupakan hasil jerih payah sendiri. Dia rela mengamen untuk bisa membeli kursi rosa buat menolong sang suami.

"Kalau dulu saya kerjaannya mbutik bawang merah. Ngga cukup buat beli kursi roda, jadi saya ngamen agar bisa tercukupi buat beli kursi roda," terang Aan.

Selama mengurus suami, wanita ini mengaku, perhatian terhadap anak berkurang. Selain harus mengurus keperluan sehari hari, dia juga perlu mencari nafkah untuk makan. Karena alasan itu, Aan menitipkan anaknya ke salah satu panti asuhan agar bisa tetap sekolah.

"Supaya bisa tetap sekolah, anak saya satu satunya saya titipkan ke panti asuhan. Alhamdulilah biaya sekolah ditanggung panti," ucapnya.

Sementara itu, Direktur RS Bhakti Asih, dr Khoziatun Azmi mengatakan, selama masa pengobatan semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sehingga, keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun.

"Alhamdulillah, selama cuci darah menggunakan BPJS Kesehatan PBI. Jadi, tidak bayar," ujar Azmi.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3239 seconds (0.1#10.140)