Ki Ageng Gribig, Cucu Brawijaya V yang Gigih Menyebarkan Islam di Tanah Jawa

Rabu, 19 April 2023 - 05:07 WIB
loading...
Ki Ageng Gribig, Cucu Brawijaya V yang Gigih Menyebarkan Islam di Tanah Jawa
Ki Ageng Gribig yang bernama asli Wasibagno Timur merupakan ulama besar penyebar Islam di kawasan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. (Ist)
A A A
Ki Ageng Gribig yang bernama asli Wasibagno Timur merupakan ulama besar penyebar Islam di kawasan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Dia dikenal masih keturunan dari Raja Majapahit , Brawijaya V.

Ki Ageng Gribig sebagai seorang tokoh agama yang tak kenal lelah dalam mensyiarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Dia merupakan cucu dari Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit.

Ki Ageng Gribig merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

Atas jasanya, Ki Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya. Selain itu, dia juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya.

Namun, karena sikap rendah hatinya yang selalu tertanam di dalam dirinya, akhirnya Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.

Hanya saja Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk mengerjakan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa. Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten.

Salah satu metodenya yaitu dengan membagikan kue dan sembari mengucapkan kalimat “Ya Qowiyyu” dan seterusnya, sebagai doa untuk meminta kekuatan kepada Allah. Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem, saduran dari Bahasa Arab, Affan, yang memiliki makna dan filosofi sebagai permohonan ampunan kepada Allah.

Baca: Cerita Soekarno Mengabsen Nama Gadis-gadis Cantik saat Comblangi Hatta.

Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang. Dari penyebutan kata “Ya Qowiyyu” ini pula, tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi “Ya Qowiyyu”.

Sumber:
wikipedia
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1995 seconds (0.1#10.140)