Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh

Minggu, 10 Januari 2016 - 20:11 WIB
Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh
Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh
A A A
CIAMIS - Tradisi jamasan pusaka digelar di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tepatnya di Pendopo Selagangga (Museum Galuh Pakuan) di Jalan KH Ahmad Dahlan, belum lama ini. Jamasan pusaka yang merupakan tradisi ritual setahun sekali pada bulan rabiul awal (bulan Maulid) ini dilakukan untuk membersihkan benda-benda pusaka.

Sebelum jamasan dilaksanakan, seluruh keluarga keturunan Kerajaan Galuh dan Keadipatian Galuh bersama masyarakat berkumpul untuk mengikuti prosesi tersebut.

Prosesi diawali dengan arak-arakan tujuh jenis benda pusaka peninggalan Kerajaan Galuh Keadipatian Galuh yang dibawa menuju makam Jambansari untuk ditunjukkan kepada pemiliknya, lalu doa bersama dan dibawa kembali menuju Pendopo Selagangga.

Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh


Setelah sampai, oleh petugas jamasan, tiap benda pusaka dibuka kemudian dimasukkan ke dalam air yang sebelumnya sudah disediakan di dalam sebuah wadah khusus yang terbuat dari kayu. Air tersebut diperoleh dari tujuh mata air yakni Jambansari, Karangkamulyan, Imbanagara, Cimaragas, Nagaratengah, Cineam, dan Tasikmalaya.

Melihat Tradisi Jamasan Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh


Selanjutnya, air tersebut juga ditaburi tujuh jenis bunga. Setelah siap, pusaka tersebut dimasukkan ke dalam air lalu digosok menggunakan jeruk nipis, kemudian dikeringkan menggunakan lap kering dan diberi minyak wangi serta dimasukkan kembali ke sarungnya.

Prosesi tersebut semata-mata untuk menjaga kondisi benda pusaka yang sudah berumur ratusan tahun itu agar tidak rusak dimakan usia.

"Jamasan ini tujuannya untuk merawat menjaga benda pusaka bersejarah ini supaya tidak rusak dan hilang dimakan zaman. Intinya kegiatan ini untuk melestarikan peninggalan zaman dulu karena dari benda pusaka ini menyimpan sejarah dan kebanggaan warga tatar Galuh, jadi anak cucu kita nanti masih bisa mengetahui sejarah kerajaan galuh," ujar Pembina Yayasan Keraton Galuh Pakuan R Lukman Soemadi Soerya.

Kata dia, selain merawat benda pusaka, tradisi yang dilaksanakan selama bertahun-tahun ini dilaksanakan setiap bulan maulid Nabi karena memiliki filosofi untuk membersihkan diri yakni dengan berdoa dan mendekatkan diri dengan sang Pencipta, sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Benda pusaka ini berasal dari para keturunan yang sengaja disimpan di sini. Kegiatan ini juga sekaligus untuk mempererat tali silaturahmi antarketurunan Kerajaan Galuh dan masyarakat, semua hadir di sini," katanya.

Bupati Ciamis Iing Syam Arifin yang ikut hadir mengatakan, tradisi jamasan sebagai perwujudan dan kepedulian kepada para leluhur. "Ciamis ini daerah yang memiliki banyak sejarah dan peninggalan yang masih ada dan lestari, ini satu aset yang harus dijaga dan menjadi tanggung jawab bersama," jelasnya.

Setelah Pangandaran berpisah, Ciamis tentunya masih memiliki potensi yang akan dikembangkan dari segi pariwisata budaya dan wisata religi serta wisata ziarah. "Tentu kita akan kembangkan, Ciamis ini sangat berpotensi."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2116 seconds (0.1#10.140)