BNPT Gelar Dialog dengan Mantan Napiter di Palembang

Sabtu, 08 April 2023 - 23:51 WIB
loading...
BNPT Gelar Dialog dengan...
BNPT menggelar buka puasa dan dialog dengan mitra deradikalisasi atau mantan napiter di Palembang, Sumsel. Foto/Ist
A A A
PALEMBANG - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar buka puasa dan diskusi dengan mitra deradikalisasi atau mantan narapidana terorisme (napiter) di Palembang, Sumsel. Dalam diskusi, para mitra deradikalisasi berdialog untuk menyamakan konsep perbedaan di tengah kemajemukan Indonesia.

Kasubdit Bina Masyarakat BNPT Kolonel Pas Sujatmiko menyatakan bahwa sering disamakan ideologi itu dengan wahyu Ilahi. Padahal wahyu Ilahi sangat agung, sangat tinggi, dan wahyu Ilahi tidak hanya mengenai Islam saja.


"Jangan sampai memiliki pemikiran yang berbeda, lalu merasa benar sendiri, dan menjadi eksklusif. Manakala kita mencari kebenaran, dan kita benar-benar yakin akan kebenaran tersebut, lalu kita merasa benar sendiri, akhirnya muncullah kesombongan, sedangkan kesombongan adalah jebakan iblis,” kata Sujatmiko, dikutip Sabtu (8/4/2023).

Diskusi diikuti oleh 16 mantan napiter yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat. Mereka berasal dari Palembang, Muara Enim, Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir.

Sujatmiko mengajak para mitra deradikalisasi jangan sampai salah jalan lagi. Karena itu, dialog dan diskusi ini penting terus dilakukan agar mereka memiliki pemahaman yang lebih luas dan lebih terbuka.

“Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang kita anggap sebagai kebaikan, ternyata suatu kerusakan. Setiap perbedaan yang kita temui, kita bicarakan secara akademis dan mengakar. Kalau masih ada yang mengganjal di diri kita semua, mari kita kupas semua bersama-sama,” katanya.


Dia menyampaikan empat poin penting tentang proses radikalisasi, bentuk radikalisasi, alasan terjadinya radikalisasi, dan indikator radikalisasi.

Pertama, proses radikalisasi di Republik Indonesia sampai sekarang masih berjalan. Ciri-ciri proses radikalisasi antara lain anti ideologi negara atau Pancasila, anti NKRI, anti Bhinneka Tunggal Ika, dan anti UUD 1945.

“Radikalisasi tersebut berbentuk intoleran, mengusung kekerasan, dan mengkafirkan orang lain,” tutur Sujatmiko menjelaskan poin kedua.

Sedangkan poin ketiga, berdasarkan hasil penelitian terhadap napiter di Indonesia, presentease paling tinggi mengapa napiter melakukan tindak pidana terorisme (proses radikalisasi) sebanyak 45,45 persen karena alasan ideologi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1882 seconds (0.1#10.140)