Bertahan Hidup Saat Pandemi, Warga Lombok Tengah Bangkit Lewat Hidroponik

Sabtu, 18 Juli 2020 - 10:37 WIB
loading...
Bertahan Hidup Saat Pandemi, Warga Lombok Tengah Bangkit Lewat Hidroponik
Warga Desa Taman Indah, Kabupaten Lombok Tengah, kini mulai bangkit dari keterpurukan usaha wisata dengan tanaman hidropnik. Foto/Ist.
A A A
LOMBOK TENGAH - Pandemi COVID-19 di Indonesia, berdampak besar pada berbagi sektor ekonomi, termasuk pariwisata. Salah satunya Desa Taman Indah, Kabupaten Lombok Tengah. Selama pandemi warganya gigit jari. Namun perlahan tapi pasti, warga desa ini mulai unjuk gigi.

(Baca juga: Dikarantina di Jayapura, Prajurit Kostrad Tetap Latihan Tempur )

"Dengan pandemi ini, banyak sektor yang tidak berjalan lancar usahanya. Kita perlu mengalihkan dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat," kata Kapolres Lombok Tengah , AKBP Esty Setyo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/7/2020).

Dengan dukungan dari TNI-Polri dan pemerintah setempat, Desa Taman Indah mulai bangkit. Warga banting setir dalam hal mata pencaharian dengan membentuk kelompok pengrajin kurungan ayam, dan kelompok budidaya tanaman jamur tiram serta hidroponik.

"Budidaya jamur, produksi anyaman bambu, dan budidaya hidroponik merupakan program unggulan dari Desa Taman Indah. Begitulah cara warga bertahan hidup di tengah pariwisata yang saat ini redup," sebut Esty.

Warga desa yang terletak di Kecamatan Pringgarata ini mampu meraup omset puluhan juta dengan usaha barunya. Esty menyebut bahkan warga sudah memiliki merk untuk produk tanaman hidroponiknya.

"Hidroponik sudah ada labeling Badil Hidroponik . Ini pelakunya tujuh warga. Mereka sebulan bisa memproduksi 300 kilogram tanaman hidroponik dengan harga satuannya 23 ribu rupiah. Omset per bulan 6,9 juta rupiah per petaninya," ujar Esty.

Dia menjelaskan, kelompok warga yang membudidayakan jamur tiram berjumlah 20 orang dengan total produksi per bulan 500 kg. Mereka menjual jamur tiram seharga Rp 20 ribu per kg dan omset yang didapat per bulannya Rp10 juta untuk masing-masing petani.

"Begitu juga di kelompok pengrajim kurungan ayam. Mereka lebih banyak, ada 25 orang. Sebulannya mampu membuat 500 buah kurungan ayam yang kemudian mereka jual dengan harga Rp65 ribu satu kurungan. Omset mereka perbulan kalau dikalikan saja hampir 49 juta rupiah," jelas Esty.

(Baca juga: Hidup Sebatang Kara, Kakek di Sorong Tewas Tertimbun Longsor )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1736 seconds (0.1#10.140)