Sejarah Tribhuwana Wijayatunggadewi, Raja Perempuan Majapahit yang Menaklukkan Wilayah Nusantara

Sabtu, 18 Maret 2023 - 13:32 WIB
loading...
Sejarah Tribhuwana Wijayatunggadewi,...
Tribhuwana Wijayatunggadewi merupakan penguasa Kerajaan Majapahit ketiga. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Tribhuwana Wijayatunggadewi merupakan penguasa Kerajaan Majapahit ketiga. Dirinya dikenal sebagai raja perempuan yang pemberani karena pernah memimpin pasukan Majapahit berperang.

Menjadi raja perempuan pertama bagi Kerajaan Majapahit tak mudah bagi adik dari Raja Jayanegara ini. Terdapat rangkaian peristiwa panjang yang dilewatinya hingga dikenal sebagai perempuan tangguh penguasa tanah jawa.


Masa Pemerintahan Tribhuwana

Menurut Nagarakretagama, Tribuwana merupakan putri dari Raden Wijaya yang naik takhta atas perintah ibunya, Gayatri (Rajapatni). Dirinya diperintahkan menjadi seorang raja untuk menggantikan kakak tirinya Jayanegara yang meninggal pada tahun 1328.

Setelah dirinya menjadi seorang raja, Th. Pigeaud, Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, 2001: 540 menuliskan, Tribhuwana Tunggadewi disunting oleh Pangeran Cakradhara atau Kertawardhana, bangsawan muda keturunan raja-raja Singhasari.

Setelah perkawinan itu terjadi, nama Cakradhara kemudian bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Beberapa waktu setelah pernikahan itu terjadi, keduanya dikaruniai anak bernama Hayam Wuruk yang kemudian menjadi pemimpin Majapahit setelah ibunya.

Pada masa pemerintahan Tribhuwana terkenal akan masa perluasan wilayah Majapahit ke segala arah yang dipimpin oleh orang kepercayaannya yakni, Gajah Mada. Hal itu dilakukan karena dirinya mempunyai misi untuk menaklukan seluruh kerajaan di wilayah nusantara.

Oleh karena itu tercatat dalam Pararaton bahwa pada era Sri Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani inilah terucapnya Sumpah Amukti Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

Dalam sumpah tersebut Gajah Mada berikrar pantang merasakan kenikmatan duniawi sebelum mempersatukan Nusantara di bawah naungan Kemaharajaan Majapahit.

Baca juga: Strategi Gajah Mada Redam Pemberontakan di Kerajaan Majapahit

Perluasan Wilayah Majapahit

Upaya uji coba perluasan pun terjadi di beberapa kerajaan di Nusantara. Salah satunya penaklukan kepada kerajaan Sadeng yang timbul karena aksi pembalasan terhadap kematian Nambi yang terbunuh saat melawan pasukan Majapahit pada 1331 Masehi.

Pada pemberontakan inilah Tribhuwana Raja Majapahit mulai dikenal sebagai pemimpin yang pemberani. Dirinya tampil sendiri menyerang Sadeng karena Gajah Mada dan Ra Kembar terjadi perselisihan dalam memperebutkan posisi panglima penumpasan Sadeng.

Karena kalah dari pemberontakan tersebut, Sadeng pun harus takluk dengan Majapahit bersama Keta dan Lamajang. Ketiganya kemudian dijadikan sebagai bandar dagang sekaligus pemasok stok pangan untuk Majapahit.

Perluasan wilayah kemudian berlanjut pada tahun 1343, kala itu Majapahit mengirim 'Arya Damar' mengalahkan raja Kerajaan Pejeng, Dalem Bedahulu, dan kemudian seluruh Bali.

Kemudian pada tahun 1347, Tribhuwana mengirim sepupunya Adityawarman untuk dikirim dalam upaya penaklukan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Malayu. Hingga pada akhirnya Majapahit dapat menguasai seluruh wilayah Sumatera.

Perluasan wilayah Majapahit kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang pada akhirnya dapat menguasai dari Lamuri di ujung barat sampai dengan Wanin di ujung timur.

Akhir Hayat Tribhuwana

Menurut Negarakertagama, Tribhuwana turun tahta pada tahun 1350 bersamaan dengan meninggal dunianya sang ibu. Namun dalam prasasti Singasari menyebutkan bahwa informasi itu kurang tepat karena dirinya masih memerintah hingga tahun 1351.

Setelah tidak lagi memimpin Majapahit, Tribhuwana pun kemudian menjadi Bhre Kahuripan atau Dewan Pertimbangan Agung kerajaan dan mendampingi putranya Hayam Wuruk untuk menaklukan seluruh wilayah nusantara.

Tidak diketahui secara pasti akan kematian dari Tribhuwana. Namun dalam Pararaton menyebutkan kematian dari Bhre Kahuripan tersebut meninggal setelah diangkatnya Gajah Enggon sebagai patih baru pada tahun 1371.

Pararaton kembali menyebutkan bahwa Tribhuwana Tunggadewi kemudian didharmakan dalam Candi Pantarapura yang terletak di desa Panggih. Sementara suaminya, yaitu Kertawardhana Bhre Tumapel didharmakan di Candi Sarwa Jayapurwa, yang terletak di desa Japan.
(bim)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1508 seconds (0.1#10.140)