6 Kelenteng Tertua di Indonesia, Nomor Terakhir Usianya 872 Tahun

Jum'at, 03 Maret 2023 - 19:25 WIB
loading...
6 Kelenteng Tertua di Indonesia, Nomor Terakhir Usianya 872 Tahun
Terdapat sejumlah kelenteng tertua di Indonesia yang bisa diketahui. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Terdapat sejumlah kelenteng tertua di Indonesia yang bisa diketahui. Salah satu di antaranya berdiri sejak tahun 1450 Masehi.

Klenteng atau kelenteng merupakan sebutan bagi rumah ibadah agama Konghucu. Rumah ibadah ini sangat kental dengan nuansa arsitektur China yang megah dan mengesankan.

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang memiliki bangunan tertua, termasuk rumah ibadah agama Konghucu.

Baca juga : Imlek di Kelenteng Tertua Tangerang Tidak Dimeriahkan Barongsai

Berikut enam kelenteng tertua yang ada di Indonesia.

1. Kelenteng Hian Thian Siang Tee

Kelenteng Hian Thian Siang Tee merupakan rumah ibadah Konghucu yang terletak di Desa Welahan, Kecamatan Welahan, Kota Jepara. Kelenteng ini berdiri sejak tahun 1600 Masehi dan menyimpan satu-satunya pusaka peninggalan masyarakat Tiongkok berupa Sien Tjiang.

Dalam kelenteng yang berusia 430 tahun ini terdapat lima dewa, yaitu Kongco Hian Thian Siang Tee, Kwan Tee Kun, Khonghucu, Makco Kwan Im dan sang Buddha. Dalam sejarahnya kelenteng ini didirikan oleh dua bersaudara bernama Yan Siang Hoe dan Tan Siang Djie.

Sampai saat ini, Kelenteng Hian Thian Siang Tee masih sering digunakan untuk aktivitas keagamaan dan juga wisata religi. Tak hanya warga Tionghoa saja, rumah ibadah ini juga dikunjungi oleh masyarakat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

2. Kelenteng Hok Tek Ceng Sin

Masih terletak di Jepara, Kelenteng Hok Tek Ceng Sin didirikan pada tahun 1466 dengan bangunan utama yang dilengkapi dengan gaya khas masyarakat Tionghoa. Bagian atap dari kelenteng ini telah dihiasi patung hijau yang tampak sedang memperebutkan mustika.

Selain itu dalam kelenteng yang berusia 557 tahunan ini terdapat lukisan binatang yang menggambarkan 12 Shio dalam tradisi Tionghoa, yaitu Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi.

3. Kelenteng Hong Tiek Hian

Kelenteng Hong Tiek Hian terletak di Jalan Dukuh Nomor 23, Pabean Cantian, Surabaya. Diketahui kelenteng ini berdiri pada tahun 1293 yang bersamaan dengan berkuasanya Majapahit kala itu.

Dalam ruangan kelenteng yang berusia lebih dari 730 tahun ini terdapat altar yang dibagi dua lantai berdasarkan dewa yang disembah di antaranya adalah Kwan Im, Buddha, dan dewa-dewi lainnya.

Pada hari-hari besar warga Tionghoa, Kelenteng Hong Tiek Hian sangatlah ramai. Tak hanya dikunjungi oleh warga lokal, wisatawan mancanegara juga pernah berkunjung ke kelenteng ini.

Baca juga : Asal Usul Lenteng Agung, Diambil dari Kelenteng yang Diagungkan Warga Tionghoa

4. Kelenteng Talang

Kelenteng Talang merupakan Kelenteng tertua di Kota Cirebon yang berdiri sejak tahun 1450 Masehi. Bangunan dari kelenteng ini sangatlah unik karena tidak memiliki ornamen naga di atas atap serta bangunannya yang menghadap ke laut.

Dalam bangunan kelenteng yang berusia lebih dari 573 tahun ini terdapat sejumlah patung di antaranya seperti patung singa bernama Genta dan Kilin yang terbuat dari batu pasir Arkose.

Selain patung ada pula ukiran ornamen kuda dengan motif flora dan fauna yang didominasi dengan warna hijau serta altar utama yang digunakan sebagai tempat sembahyang.

5. Kelenteng Tien Kok Sie

Kelenteng Tien Kok Sie merupakan kelenteng yang terletak di Pasar Gedhe Surakarta. Kelenteng ini didirikan pada tahun 1745 oleh masyarakat Tionghoa yang bertempat di kompleks pecinan Pasar Gedhe.

Dalam sejarah pendirian kelenteng ini pada mulanya tanahnya diberikan oleh Keraton Solo dan dibangun bebarengan dengan Keraton Kasunanan.

Karena dibuat bersamaan Keraton Kasunanan, gaya bangunan dari Kelenteng Tien Kok Sie juga merupakan akulturasi antara budaya jawa dan budaya Tionghoa yang ditandai dengan adanya ukiran kayu di pintu dan jendelanya.

6. Kelenteng Kim Hin Kiong

Dalam sejarahnya Kelenteng Kim Hin Kiong berdiri sejak 1 Agustus 1151. Bangunannya didirikan oleh para pendatang Tionghoa yang berdagang di Gresik.

Kelenteng ini terletak di tengah-tengah kawasan pecinan yang kini menyatu dengan perkampungan Arab. Bentuk bangunannya sendiri tidaklah besar dan untuk warnanya didominasi oleh merah dan kuning.

Kelenteng yang berusia lebih dari 872 tahun ini menjadi saksi atas sikap toleransi masyarakat yang ada di Gresik. Hal ini dibuktikan dengan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama muslim, jemaat kelenteng dan warga bisa saling menghormati.

Dengan usianya yang sangat tua, bangunan kelenteng ini sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya oleh pemerintah kota Surabaya.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2239 seconds (0.1#10.140)