Begini Cara Pemprov Sulsel Kembalikan Kejayaan Sutra di Wilayahnya
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman, mendorong upaya pengembalian kejayaan sutra di Sulsel. Kabupaten Wajo dan Soppeng menjadi dua daerah sentra pengembangan sutera di Sulsel.
Ragam upaya pun dilakukan, dari hulu ke hilir. Andi mengungkapkan sutra asli Sulsel pernah berjaya di tahun 1960-an. Produknya bahkan merambah pasar nasional.
"Sayangnya kejayaan itu sempat hilang karena persaingan global, juga munculnya kain-kain impor yang mirip sutra dengan harga lebih murah,” katanya, dalam keterangan pers, Kamis (2/3/2022).
Saat ini, Pemerintah Provinsi Sulsel telah melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kejayaan sutra Sulsel. Antara lain memperbanyak budidaya tanaman murbei untuk menjamin pasokan makan ulat sutra.
"Dari target 4 juta tanaman murbei, sudah tercapai 2,5 juta. Kami akan segera menambah 1,5 juta lagi tahun ini,” katanya.
Pemprov Sulsel juga telah membangun rumah produksi pemintalan sutra yang dilengkapi alat pemintal terbaik dan mesin celup untuk pewarna berstandar ekspor. Hasilnya, masyarakat dapat memproduksi kain-kain sutra yang halus dengan warna menarik dan awet.
“Kami juga berencana untuk mengembangkan bibit ulat sutera sendiri. Saat ini telur ulat sutra masih impor dari Tiongkok,” imbuh Andi.
Di menambahkan, pembuatan kain sutra sudah menjadi usaha dan kerajinan turun temurun bagi masyarakat Wajo maupun Soppeng. Baik Pemkab Wajo maupun Soppeng sangat mendukung upaya mengembalikan kejayaan sutra Sulsel.
Diyakini, manfaatnya amat besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, dengan tema tetap “From Smart Village to Global Market”, INACRAFT ke–23 berkolaborasi dengan Pemprov Sulsel sebagai ikon pameran yang menampilkan produk-produk kerajinan unggulan dan kreatif sekaligus mengangkat kekayaan tradisi, seni dan budaya Sulsel dengan tagline “The Authentic South Sulawesi”.
Pemprov Sulsel mengisi Paviliun Ikon dengan mengangkat miniatur Kapal Pinisi di area utama pameran serta perwakilan 3 suku utama di tiap gerbang INACRAFT yaitu Bugis, Makassar dan Toraja.
Ragam upaya pun dilakukan, dari hulu ke hilir. Andi mengungkapkan sutra asli Sulsel pernah berjaya di tahun 1960-an. Produknya bahkan merambah pasar nasional.
"Sayangnya kejayaan itu sempat hilang karena persaingan global, juga munculnya kain-kain impor yang mirip sutra dengan harga lebih murah,” katanya, dalam keterangan pers, Kamis (2/3/2022).
Saat ini, Pemerintah Provinsi Sulsel telah melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kejayaan sutra Sulsel. Antara lain memperbanyak budidaya tanaman murbei untuk menjamin pasokan makan ulat sutra.
"Dari target 4 juta tanaman murbei, sudah tercapai 2,5 juta. Kami akan segera menambah 1,5 juta lagi tahun ini,” katanya.
Pemprov Sulsel juga telah membangun rumah produksi pemintalan sutra yang dilengkapi alat pemintal terbaik dan mesin celup untuk pewarna berstandar ekspor. Hasilnya, masyarakat dapat memproduksi kain-kain sutra yang halus dengan warna menarik dan awet.
“Kami juga berencana untuk mengembangkan bibit ulat sutera sendiri. Saat ini telur ulat sutra masih impor dari Tiongkok,” imbuh Andi.
Di menambahkan, pembuatan kain sutra sudah menjadi usaha dan kerajinan turun temurun bagi masyarakat Wajo maupun Soppeng. Baik Pemkab Wajo maupun Soppeng sangat mendukung upaya mengembalikan kejayaan sutra Sulsel.
Diyakini, manfaatnya amat besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, dengan tema tetap “From Smart Village to Global Market”, INACRAFT ke–23 berkolaborasi dengan Pemprov Sulsel sebagai ikon pameran yang menampilkan produk-produk kerajinan unggulan dan kreatif sekaligus mengangkat kekayaan tradisi, seni dan budaya Sulsel dengan tagline “The Authentic South Sulawesi”.
Pemprov Sulsel mengisi Paviliun Ikon dengan mengangkat miniatur Kapal Pinisi di area utama pameran serta perwakilan 3 suku utama di tiap gerbang INACRAFT yaitu Bugis, Makassar dan Toraja.
(nag)