Saat Akses Internet, Anak-anak Wajib Didampingi Guru dan Orang Tua
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus cyber bullying dan kejahatan pornografi berbasis siber terhadap anak-anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, orang tua atau guru wajib mendampingi anak-anak saat mereka mengakses internet .
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Putra Indonesia (UNPI) Cianjur, Astri Dwi Andriani menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara dalam webinar literasi digital untuk komuntas digital Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (22/02/2023).
”Ini (kekerasan berbasus siber) mesti dicegah dan ditanggulangi para pihak, khususnya peran orangtua yang mesti mendampingi anak saat mengakses internet,” tutur Astri Dwi Andriani.
Disampaikan Astri, kemudahan mengases internet memunculkan fakta baru tentang siapa pengguna internet di Indonesia mutakhir. Mengacu Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, ditemukan data sebanyak 25,8 persen pengguna internet di Indonesia justru anak-anak.
Mengutip laporan Child Online Safety Index, mudahnya akses internet dan kurangnya pendampingan orangtua saat anak mengakses internet, telah membuat keamanan digital anak Indonesia menjadi sangat rendah. ”Indonesia menempati posisi 26 dari 30 negara dengan skor total 17,5. Termasuk rendah dari 30 negara,” katanya.
Lanjut Astri, orang tua harus membantu anak memilih akun dan medsos yang diakses, juga menjadi teman diskusi. Jangan biarkan anak mengakses internet tanpa pendampingan orangtua.
”Demikian juga guru, mesti lebih tampil menarik saat mengajar di kelas online buat siswa di sekolah,” jelas Astri dalam diskusi virtual bertema ”Perindungan Anak di Dunia Online”.
Webinar ini merupakan bagian dari program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) yang kick off-nya sudah dilakukan pada 27 Januari 2023. Program Kominfo yang berkolaborasi dengan Siberkreasi dan 18 mitra jejaring ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Tahun ini, IMCD menargetkan 5,5 juta peserta, utamanya warga masyarakat yang belum pernah mengikuti kegiatan literasi digital. IMCD sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.
Webinar yang dimoderatori Fitta Mamita ini juga menghadirkan pembicara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nganjuk AP Sopingi, dan Inta Oceania, influencer yang tampil sebagai key opinion leader.
Inta Oceania juga menekankan pentingnya pendampingan orang tua terhadap anak. Mengutip laporan Digital Quotient Institute (DQI) 2020, Inta mencatat dampak kemudahan akses internet, khususnya di masa pandemi Covid-19 tahun 2019/2020, terhadap anak-anak.
Menurut DQI 2020, saat mengakses internet, risiko yang diderita anak meliputi serangan perundungan cyber (45 persen), rusaknya reputasi nama baik (39 persen), terpapar kekerasan dan pornografi (29 persen), ancaman siber (28 persen), dan interaksi sosial yang tidak aman (17 persen).
”Ini berimplikasi pada keseharian anak. Menjadi susah tidur, agresif, dan terganggu pertumbuhan otaknya. Puncaknya, terjadi ketergantungan pada gadget hingga gangguan mental pada anak,” terang Intan di hadapan lebih dari 500 peserta webinar.
Karena itu, orang tua dan guru menjadi kunci, baik di rumah apalagi di sekolah, dalam keseharian anak-anak saat mengakses internet. Orangtua mesti paham betul dan mengawasi, serta jangan malu belajar dan bertanya pada generasi milenial.
”Utamanya, terkait fitur-fitur yang bermanfaat untuk mengembangkan minat dan bakat serta wawasan yang lebih luas,” timpal Sopingi.
Lihat Juga: Kronologi Pelajar SMA Tewas Dikeroyok Oknum Anggota PSHT, Batok Kepala Pecah Dipukul Batu Paving
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Putra Indonesia (UNPI) Cianjur, Astri Dwi Andriani menyampaikan hal itu saat tampil sebagai pembicara dalam webinar literasi digital untuk komuntas digital Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (22/02/2023).
Baca Juga
”Ini (kekerasan berbasus siber) mesti dicegah dan ditanggulangi para pihak, khususnya peran orangtua yang mesti mendampingi anak saat mengakses internet,” tutur Astri Dwi Andriani.
Disampaikan Astri, kemudahan mengases internet memunculkan fakta baru tentang siapa pengguna internet di Indonesia mutakhir. Mengacu Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, ditemukan data sebanyak 25,8 persen pengguna internet di Indonesia justru anak-anak.
Mengutip laporan Child Online Safety Index, mudahnya akses internet dan kurangnya pendampingan orangtua saat anak mengakses internet, telah membuat keamanan digital anak Indonesia menjadi sangat rendah. ”Indonesia menempati posisi 26 dari 30 negara dengan skor total 17,5. Termasuk rendah dari 30 negara,” katanya.
Lanjut Astri, orang tua harus membantu anak memilih akun dan medsos yang diakses, juga menjadi teman diskusi. Jangan biarkan anak mengakses internet tanpa pendampingan orangtua.
”Demikian juga guru, mesti lebih tampil menarik saat mengajar di kelas online buat siswa di sekolah,” jelas Astri dalam diskusi virtual bertema ”Perindungan Anak di Dunia Online”.
Webinar ini merupakan bagian dari program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) yang kick off-nya sudah dilakukan pada 27 Januari 2023. Program Kominfo yang berkolaborasi dengan Siberkreasi dan 18 mitra jejaring ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Tahun ini, IMCD menargetkan 5,5 juta peserta, utamanya warga masyarakat yang belum pernah mengikuti kegiatan literasi digital. IMCD sendiri bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.
Webinar yang dimoderatori Fitta Mamita ini juga menghadirkan pembicara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nganjuk AP Sopingi, dan Inta Oceania, influencer yang tampil sebagai key opinion leader.
Inta Oceania juga menekankan pentingnya pendampingan orang tua terhadap anak. Mengutip laporan Digital Quotient Institute (DQI) 2020, Inta mencatat dampak kemudahan akses internet, khususnya di masa pandemi Covid-19 tahun 2019/2020, terhadap anak-anak.
Menurut DQI 2020, saat mengakses internet, risiko yang diderita anak meliputi serangan perundungan cyber (45 persen), rusaknya reputasi nama baik (39 persen), terpapar kekerasan dan pornografi (29 persen), ancaman siber (28 persen), dan interaksi sosial yang tidak aman (17 persen).
”Ini berimplikasi pada keseharian anak. Menjadi susah tidur, agresif, dan terganggu pertumbuhan otaknya. Puncaknya, terjadi ketergantungan pada gadget hingga gangguan mental pada anak,” terang Intan di hadapan lebih dari 500 peserta webinar.
Karena itu, orang tua dan guru menjadi kunci, baik di rumah apalagi di sekolah, dalam keseharian anak-anak saat mengakses internet. Orangtua mesti paham betul dan mengawasi, serta jangan malu belajar dan bertanya pada generasi milenial.
”Utamanya, terkait fitur-fitur yang bermanfaat untuk mengembangkan minat dan bakat serta wawasan yang lebih luas,” timpal Sopingi.
Lihat Juga: Kronologi Pelajar SMA Tewas Dikeroyok Oknum Anggota PSHT, Batok Kepala Pecah Dipukul Batu Paving
(don)