Peluang dan Tantangan Talenta Digital di Tengah Kecerdasan Buatan
loading...
A
A
A
BANTEN - Perkembangan teknologi mutakhir telah membawa era baru dengan adanya artificial Intelligence atau kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan adalah bidang ilmu komputer yang menyerupai fungsi manusia untuk memecahkan masalah kognitif seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.
Sejumlah organisasi dan perusahaan mulai menerapkan teknologi AI dalam strategi bisnisnya. Survei dari Microsoft Indonesia mencatat 14 persen perusahaan telah memanfaatkan AI dalam strategi utama bisnis mereka.
Untuk menyambut era kecerdasan buatan ini, Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo bersama GNLD Siberkreasi mengadakan kegiatan Obral Obrol LiTerasi Digital (OOTD) dengan tema “AI, Apakah Ancaman Bagi Talenta Digital?” pada Kamis, 16 Februari 2023 lalu.
Di tengah penetrasi AI dalam berbagai sisi kehidupan, sejumlah masyarakat mengalami kecemasan. Bahwa AI diproyeksikan akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan tertentu atau bahkan menghilangkan sisi kreatifitas manusia.
Waketum Bidang Pengembangan dan Pengetahuan Siberkreasi & Head of Leadership LSPR Taufan Teguh Akbari meluruskan anggapan keliru tersebut. Baginya, kekhawatiran tersebut seharusnya menjadi peluang dengan catatan masyarakat siap mengimbangi laju perkembangan teknologi.
"Jadi sebenarnya ini bukan menjadi suatu kekhawatiran, tapi menjadi challenge atau peluang yang gimana caranya kita bisa lebih siap lagi mengimbangi perkembangan teknologi," jelas Taufan Teguh.
Menyambung penjelasan Taufan Teguh, Director National Technology Officer Microsoft Panji Wasmana menyatakan kekhawatiran masyarakat juga dapat bersumber dari keamanan data pribadi.
Terkait keamanan data, Panji menjelaskan implementasi teknologi AI dapat diatur untuk tidak mengakses data pribadi.
"Artinya kita dapat melabel bawa data ini tidak boleh dipakai untuk training. Data ini dibatasi aksesnya supaya tidak dicrawling atau dibaca oleh sistem AI untuk ke depannya," sebutnya.
Menurut Panji, hal ini melatih talenta digital untuk memilah informasi mana yang dapat diberikan atau dipercayakan kepada platform.
Karena itulah, masyarakat atau talental digital harus paham penggunaan AI melalu literasi digiral. Di tengah ketidakmerataan kemampuan literasi digital, Dewan Pengarah Siberkreasi Ndoro Kakung membagikan sejumlah strategi.
Pertama, memperluas informasi tentang teknologi digital seperti kecerdasan buatan. Kedua, peningkatan akses pelatihan atau bimbingan teknis mengenai AI.
"Bagi pihak yang belum memahami penuh fungsinya, AI dianggap sebagai ancaman. Padahal, ia bisa membantu dalam pekerjaan lebih efisien," pungkasnya.
Menurut survei dari Oxford Insight 2022, Indonesia berada di peringkat 43 dalam government AI readiness index. Artinya, Indonesia sudah berada di papan atas dalam penerapan AI meski dengan sejumlah catatan yang dapat terus ditingkatkan Untuk bisa terus mendapatkan informasi ter-up to date mengenai kegiatan Zoom Bareng dan kegiatan seru lainnya, dapat dilihat di info.literasidigital.
Kecerdasan buatan adalah bidang ilmu komputer yang menyerupai fungsi manusia untuk memecahkan masalah kognitif seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.
Sejumlah organisasi dan perusahaan mulai menerapkan teknologi AI dalam strategi bisnisnya. Survei dari Microsoft Indonesia mencatat 14 persen perusahaan telah memanfaatkan AI dalam strategi utama bisnis mereka.
Untuk menyambut era kecerdasan buatan ini, Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika Kominfo bersama GNLD Siberkreasi mengadakan kegiatan Obral Obrol LiTerasi Digital (OOTD) dengan tema “AI, Apakah Ancaman Bagi Talenta Digital?” pada Kamis, 16 Februari 2023 lalu.
Di tengah penetrasi AI dalam berbagai sisi kehidupan, sejumlah masyarakat mengalami kecemasan. Bahwa AI diproyeksikan akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan tertentu atau bahkan menghilangkan sisi kreatifitas manusia.
Waketum Bidang Pengembangan dan Pengetahuan Siberkreasi & Head of Leadership LSPR Taufan Teguh Akbari meluruskan anggapan keliru tersebut. Baginya, kekhawatiran tersebut seharusnya menjadi peluang dengan catatan masyarakat siap mengimbangi laju perkembangan teknologi.
"Jadi sebenarnya ini bukan menjadi suatu kekhawatiran, tapi menjadi challenge atau peluang yang gimana caranya kita bisa lebih siap lagi mengimbangi perkembangan teknologi," jelas Taufan Teguh.
Menyambung penjelasan Taufan Teguh, Director National Technology Officer Microsoft Panji Wasmana menyatakan kekhawatiran masyarakat juga dapat bersumber dari keamanan data pribadi.
Terkait keamanan data, Panji menjelaskan implementasi teknologi AI dapat diatur untuk tidak mengakses data pribadi.
"Artinya kita dapat melabel bawa data ini tidak boleh dipakai untuk training. Data ini dibatasi aksesnya supaya tidak dicrawling atau dibaca oleh sistem AI untuk ke depannya," sebutnya.
Menurut Panji, hal ini melatih talenta digital untuk memilah informasi mana yang dapat diberikan atau dipercayakan kepada platform.
Karena itulah, masyarakat atau talental digital harus paham penggunaan AI melalu literasi digiral. Di tengah ketidakmerataan kemampuan literasi digital, Dewan Pengarah Siberkreasi Ndoro Kakung membagikan sejumlah strategi.
Pertama, memperluas informasi tentang teknologi digital seperti kecerdasan buatan. Kedua, peningkatan akses pelatihan atau bimbingan teknis mengenai AI.
"Bagi pihak yang belum memahami penuh fungsinya, AI dianggap sebagai ancaman. Padahal, ia bisa membantu dalam pekerjaan lebih efisien," pungkasnya.
Menurut survei dari Oxford Insight 2022, Indonesia berada di peringkat 43 dalam government AI readiness index. Artinya, Indonesia sudah berada di papan atas dalam penerapan AI meski dengan sejumlah catatan yang dapat terus ditingkatkan Untuk bisa terus mendapatkan informasi ter-up to date mengenai kegiatan Zoom Bareng dan kegiatan seru lainnya, dapat dilihat di info.literasidigital.
(nag)