Kompor Tenaga Surya Inovasi Mahasiswa UMM Solusi untuk Korban Gempa di Turki
loading...
A
A
A
MALANG - Gempa bumi dahsyat di Turki membangkitkan rasa kemanusiaan masyarakat dunia, termasuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menciptakan inovasi kompor bertenaga surya. Kompor ini dikembangkan dalam waktu empat bulan oleh 18 mahasiswa.
Hibatullah Al-Mubarok, perwakilan dari tim menjelaskan bahwa ide kompor ini muncul dari diskusi panjang kelompoknya bersama dosen, yakni Ir. Muhammad Lukman, MT. Dari situlah mereka perlahan membuat prototipe hingga akhirnya menjadi kompor surya.
Adapun cara kerja kompor itu memanfaatkan pantulan cahaya matahari yang dipusatkan dalam satu titik dengan menggunakan prinsip dan alat. Di titik itulah energi panas dikumpulkan dan siap digunakan untuk memasak.
“Kompor surya adalah teknologi yang memanfaatkan energi matahari dalam memasak pada pagi hari hingga siang hari,” ucap Barok, sapaan akrabnya pada Rabu (15/2/2023).
Baca juga: 4 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil, Sejumlah Sektor Butuh Perhatian
Dirinya menyatakan, kompor ini sangat cocok dalam keadaan darurat, seperti misalnya saat bencana melanda. Menurutnya kompor ini dapat menjadi solusi di kondisi bencana gempa bumi Turki. Apalagi mengingat susahnya mencari gas atau bahan bakar untuk memasak.
"Maka, memanfaatkan energi alam yakni matahari dapat menjadi jalan keluar," kata dia.
Keunggulan lain produk ini adalah penggunaannya yang ramah lingkungan. Berbeda dengan energi gas dan fosil yang secara jangka panjang dapat membahayakan lingkungan.
“Saya rasa kompor surya ini sangat cocok digunakan di masa bencana. Baik itu banjir, tsunami, longsor atau bahkan gempa di Turki. Dengan satu alat, problem memasak sudah bisa diatasi dan mampu memberikan makanan yang cukup. Semoga ada relawan yang mau memanfaatkannya untuk dibawa ke lokasi-lokasi bencana, termasuk lokasi gempa Turki,” tegasnya.
Mahasiswa asli Tuban ini berharap kompor ini bisa terus dikembangkan. Salah satunya yakni bentuk yang harus dimodifikasi dan diubah menjadi lebih minimalis. Saat ini, bentuk kompor ini masih tergolong bongsor dan sulit untuk dibawa ke mana-mana. Jika nantinya ada pengembangan bentuk, ia rasa kompor surya buatan mahasiswa UMM bisa digunakan masyarakat luas. Tak hanya itu, tingkat panasnya pun nanti bisa ditingkatkan lagi, sehingga proses memasak bisa lebih mudah dan cepat.
“Minimalis dan mampu mengumpulkan panas lebih banyak menjadi tujuan kami selanjutnya. Semoga akan muncul banyak ide yang bisa kami implementasikan di alat ini,” pungkasnya.
Hibatullah Al-Mubarok, perwakilan dari tim menjelaskan bahwa ide kompor ini muncul dari diskusi panjang kelompoknya bersama dosen, yakni Ir. Muhammad Lukman, MT. Dari situlah mereka perlahan membuat prototipe hingga akhirnya menjadi kompor surya.
Adapun cara kerja kompor itu memanfaatkan pantulan cahaya matahari yang dipusatkan dalam satu titik dengan menggunakan prinsip dan alat. Di titik itulah energi panas dikumpulkan dan siap digunakan untuk memasak.
“Kompor surya adalah teknologi yang memanfaatkan energi matahari dalam memasak pada pagi hari hingga siang hari,” ucap Barok, sapaan akrabnya pada Rabu (15/2/2023).
Baca juga: 4 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil, Sejumlah Sektor Butuh Perhatian
Dirinya menyatakan, kompor ini sangat cocok dalam keadaan darurat, seperti misalnya saat bencana melanda. Menurutnya kompor ini dapat menjadi solusi di kondisi bencana gempa bumi Turki. Apalagi mengingat susahnya mencari gas atau bahan bakar untuk memasak.
"Maka, memanfaatkan energi alam yakni matahari dapat menjadi jalan keluar," kata dia.
Keunggulan lain produk ini adalah penggunaannya yang ramah lingkungan. Berbeda dengan energi gas dan fosil yang secara jangka panjang dapat membahayakan lingkungan.
“Saya rasa kompor surya ini sangat cocok digunakan di masa bencana. Baik itu banjir, tsunami, longsor atau bahkan gempa di Turki. Dengan satu alat, problem memasak sudah bisa diatasi dan mampu memberikan makanan yang cukup. Semoga ada relawan yang mau memanfaatkannya untuk dibawa ke lokasi-lokasi bencana, termasuk lokasi gempa Turki,” tegasnya.
Mahasiswa asli Tuban ini berharap kompor ini bisa terus dikembangkan. Salah satunya yakni bentuk yang harus dimodifikasi dan diubah menjadi lebih minimalis. Saat ini, bentuk kompor ini masih tergolong bongsor dan sulit untuk dibawa ke mana-mana. Jika nantinya ada pengembangan bentuk, ia rasa kompor surya buatan mahasiswa UMM bisa digunakan masyarakat luas. Tak hanya itu, tingkat panasnya pun nanti bisa ditingkatkan lagi, sehingga proses memasak bisa lebih mudah dan cepat.
“Minimalis dan mampu mengumpulkan panas lebih banyak menjadi tujuan kami selanjutnya. Semoga akan muncul banyak ide yang bisa kami implementasikan di alat ini,” pungkasnya.
(msd)