Misi Terselubung Raja Majapahit Nikahi 4 Putri Penerus Singasari
Jum'at, 13 Januari 2023 - 09:59 WIB
MEMBANGUN kerajaan besar tidak hanya melalui peperangan tapi juga dengan berbagai intrik politik, penyatuan dinasi hingga percintaan. Hal itulah yang dilakukan Raden Wijaya dalam membangun Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanagara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singasari. Pernikahan ini tentu bukan hanya persoalan cinta dan nafsu, ada tujuan meneruskan wangsa Rajasa demi kokohnya wangsa ini. Bahkan satu istri dinikahi raja pertama Kerajaan Majapahit adalah putri raja Melayu yang dipersembahkan ke Singasari.
Hal ini kemudian memperkuat kedudukan sang raja Kertarajasa Jayawardhana yang tidak ingin Wangsa Sinelir saingannya bangkit kembali. Sedangkan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Raja Melayu Dharmacraya, sang raja mengambil istri bernama Dara Petak, yang merupakan putri dari Melayu dan dibawa Senopati Kebo Anabrang ke tanah Jawa.
Kakawin Nagarakertagama pada pupuh 46 / 1 menyinggung perkawinan Raja Kertarajasa Jayawardhana atau yang disebut Raden Wijaya. Bunyi kakawin Nagarakertagama, sebagaimana dikutip dari buku "Arya Wiraja dan Lamajang Tigang Juru" dari Mansur Hidayat", yakni Ndan Sang Sri Parameswari Tri Bhuwana nama Graja Nindita, Tansah Dyah Duhita Prakasita Mahadewyanulus Ring Hajong, Prajna Paramitkya Sang, Maka Jayendra Dewyanindyeng Raras, Dyah Gayatryanuraga Wungsu Pinakadin Raja Patning Puri. Dimana artinya pada adapun sang Parameswari Tribuana yang sulung cantik tanpa cela, tiada lain Dyah Duhita tersohor wanita rupawan tiada tara, Pradnya Paramita mengagumkan bagai menandingi Dewi Saci dalam kecantikan, yang bungsu Dyah Gayatri amat dikasihi sebagai permaisuri terkemuka.
Keterangan itu kemudian disokong oleh Prasasti Penanggungan (1296) dan prasasti berangka tahun 1305. Pada prasasti terakhir ini dijelaskan sifat-sifat dari empat putri Kertanagara tersebut. Putri tertua Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari merupakan seorang putri yang ulung dalam permainan kata (mahalalita). Hal ini bisa dimaklumi sebagai seorang putri sulung dan putri mahkota Singasari. Dia merupakan janda dari Nararya Ardharaja turut pula dipersunting supaya tidak dapat dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Wangsa Rajasa.
Putri kedua adalah Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita merupakan istri pertama Raden Wijaya, bahkan saat Kertanagara raja Singasari masih hidup dan memerintah. Sosoknya merupakan perempuan yang setia terhadap Raden Wijaya. Putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamitha merupakan seorang putri yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sedangkan putri keempat atau si bungsu yakni Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri merupakan seorang putri yang sangat cantik dan paling dikasihi oleh sang raja Raden Wijaya.
Dalam Kitab Nagarakertagama, prasasti Kudadu, serta prasasti Sukamerta juga disebutkan, usai naik tahta sebagai Raja Majapahit, Raden Wijaya menikahi empat putri Raja Kertanegara sekaligus. Selain puteri pertama, Dyah Dewi Tribhuwana Parameswari, Raden Wijaya juga menikahi Dyah Dewi Narendra Duhita Mahadewi; Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi; dan Dyah Dewi Gayatri Rajapatni.
Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanagara yang merupakan raja terakhir Kerajaan Singasari. Pernikahan ini tentu bukan hanya persoalan cinta dan nafsu, ada tujuan meneruskan wangsa Rajasa demi kokohnya wangsa ini. Bahkan satu istri dinikahi raja pertama Kerajaan Majapahit adalah putri raja Melayu yang dipersembahkan ke Singasari.
Hal ini kemudian memperkuat kedudukan sang raja Kertarajasa Jayawardhana yang tidak ingin Wangsa Sinelir saingannya bangkit kembali. Sedangkan untuk tetap menjalin persahabatan dengan Raja Melayu Dharmacraya, sang raja mengambil istri bernama Dara Petak, yang merupakan putri dari Melayu dan dibawa Senopati Kebo Anabrang ke tanah Jawa.
Baca Juga
Kakawin Nagarakertagama pada pupuh 46 / 1 menyinggung perkawinan Raja Kertarajasa Jayawardhana atau yang disebut Raden Wijaya. Bunyi kakawin Nagarakertagama, sebagaimana dikutip dari buku "Arya Wiraja dan Lamajang Tigang Juru" dari Mansur Hidayat", yakni Ndan Sang Sri Parameswari Tri Bhuwana nama Graja Nindita, Tansah Dyah Duhita Prakasita Mahadewyanulus Ring Hajong, Prajna Paramitkya Sang, Maka Jayendra Dewyanindyeng Raras, Dyah Gayatryanuraga Wungsu Pinakadin Raja Patning Puri. Dimana artinya pada adapun sang Parameswari Tribuana yang sulung cantik tanpa cela, tiada lain Dyah Duhita tersohor wanita rupawan tiada tara, Pradnya Paramita mengagumkan bagai menandingi Dewi Saci dalam kecantikan, yang bungsu Dyah Gayatri amat dikasihi sebagai permaisuri terkemuka.
Keterangan itu kemudian disokong oleh Prasasti Penanggungan (1296) dan prasasti berangka tahun 1305. Pada prasasti terakhir ini dijelaskan sifat-sifat dari empat putri Kertanagara tersebut. Putri tertua Sri Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari merupakan seorang putri yang ulung dalam permainan kata (mahalalita). Hal ini bisa dimaklumi sebagai seorang putri sulung dan putri mahkota Singasari. Dia merupakan janda dari Nararya Ardharaja turut pula dipersunting supaya tidak dapat dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik Wangsa Rajasa.
Putri kedua adalah Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita merupakan istri pertama Raden Wijaya, bahkan saat Kertanagara raja Singasari masih hidup dan memerintah. Sosoknya merupakan perempuan yang setia terhadap Raden Wijaya. Putri ketiga Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamitha merupakan seorang putri yang mempunyai sifat-sifat luhur. Sedangkan putri keempat atau si bungsu yakni Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri merupakan seorang putri yang sangat cantik dan paling dikasihi oleh sang raja Raden Wijaya.
Dalam Kitab Nagarakertagama, prasasti Kudadu, serta prasasti Sukamerta juga disebutkan, usai naik tahta sebagai Raja Majapahit, Raden Wijaya menikahi empat putri Raja Kertanegara sekaligus. Selain puteri pertama, Dyah Dewi Tribhuwana Parameswari, Raden Wijaya juga menikahi Dyah Dewi Narendra Duhita Mahadewi; Dyah Dewi Prajnaparamita Jayendradewi; dan Dyah Dewi Gayatri Rajapatni.
tulis komentar anda