Mau Minimalisir Kerugian Kebocoran Pipa Air, Inovasi Dosen ITS Bisa Dilirik

Rabu, 08 Juli 2020 - 12:51 WIB
Dosen Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ary Mazharuddin Shiddiqi PhD merancang metode penempatan sensor untuk mendeteksi kebocoran pipa air. Foto/ist
SURABAYA - Ada banyak cara dilakukan untuk mengatasi permasalahan kebocoran pada pipa air yang bisa menyebabkan kerugian besar. Salah satunya dengan menggunakan sensor arus air yang dipasang pada sistem pipa air.

Dosen Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ary Mazharuddin Shiddiqi PhD merancang metode penempatan sensor untuk mendeteksi kebocoran pipa air menggunakan teknik Lean Graph agar bisa meminimalisir kerugian.

Ary yang juga Sekretaris Departemen bidang Akademik dan Kemahasiswaan Departemen Teknik Informatika itu melihat bahwa kecilnya curah hujan di Australia (tempat ia menempuh studi doktornya dahulu) membawa imbas kepada terbatasnya persediaan air bersih.

“Makanya kebocoran dalam pipa air adalah hal yang harus ditangani dengan serius,” kata Ary, Rabu (8/7/2020). (Baca juga: Korban Pencabulan Pendeta di Surabaya Masih Alami Mimpi Buruk )



Ia melanjutkan, pada umumnya ada dua jenis kebocoran pada pipa air yakni kebocoran besar atau semburan dan kebocoran kecil. Dalam kebocoran besar, air akan terbuang dalam volume yang besar di waktu yang singkat. “Namun kebocoran besar umumnya kasat mata, sehingga mudah dicari dan ditangani dengan cepat,” jelasnya.

Berlawanan dengan kebocoran besar, kebocoran kecil biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang lama di dalam pipa bawah tanah karena sulit mendeteksi lokasinya. “Total air yang terbuang dari kebocoran kecil jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan kebocoran besar, karena volume air bocor terakumulasi dalam waktu yang lama,” ucapnya.

Untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan adanya kebocoran kecil pada jaringan pipa air digunakanlah sensor arus air untuk memprediksi ukuran kebocoran dan melacak di mana letak titik kebocoran terjadi. Ia pun menggunakan sensor arus air karena dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan sensor tekanan air.

Deteksi kebocoran menggunakan sensor arus air diambil dari hukum kesetimbangan air. Contohnya, jika permintaan air dari rumah-rumah bertotal sebanyak 10 liter, namun sumber air mengeluarkan air sebanyak 11 liter maka selisih satu liter ini adalah jumlah yang hilang karena adanya kebocoran.

“Jika demand tetap, tapi sensor memberi data adanya penambahan arus air yang masuk ke sistem, maka muncul gejala adanya kebocoran,” ujarnya. (Baca juga: Pemkab Blitar Gratiskan Biaya Rapid Test COVID-19 Calon Maba )

Penempatan sensor yang berjumlah amat banyak tentunya dapat membuat lokalisasi kebocoran kecil dengan mudah, namun para perancang sistem juga harus memperhatikan biaya yang dihabiskan. “Kita harus memaksimalkan fungsi sensor dengan baik meskipun dengan jumlah yang terbatas,” ungkapnya.

Untuk memaksimalkan fungsi sensor itu pula, diperlukan strategi untuk menempatkan sensor di lokasi-lokasi yang efektif. Dalam penelitian yang ditekuninya sejak 2014 hingga 2019 sebagai topik tesis doktoralnya tersebut, Ary menggunakan pemodelan Lean Graph untuk mengkarakterisasi kebocoran kecil dalam pipa.

Pria yang menyelesaikan studi doktornya di Australia ini membuktikan bahwa Lean Graph efektif untuk menemukan letak sensor paling strategis guna menemukan lokasi kebocoran pipa air. Hal ini dibuktikan dengan tingginya akurasi metode yang dibangun dalam eksperimen yang dilakukannya.
(msd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content