Cerita Pasutri Tinggal di Gua dalam Area Pemakaman Majalengka, Riuh Suara Alam
Minggu, 06 November 2022 - 15:16 WIB
"Sekitar tujuh tahunan lalu," kata Nuryana, mengawali ceritanys memilih tinggal di dalam gua.
"Jadi sebenarnya nggak tinggal di dalam gua. Tapi memang setiap hari kami ke sini, karena ya punya ladang. Ini yang ditanami kangkung ini, lahan saya. Dan saya dari kecil sudah terbiasa diajak ke sini sama ayah,” ujarnya.
Keberadaan gua sendiri, memerlukan waktu yang cukup lama. Diakuinya, dia yang membuat galian di Gawir, hingga akhirnya lahirlah gua milik pribadi itu.
"Nggak sekaligus. Tanah dari galian itu, saya gunakan untuk mengurug jalan yang ke arah sungai. Tadinya kan curam banget,” papar dia.
"Selesai menggali, terus disemen gitu. Dan itu pun sama, nggak sekaligus. Ini panjangnya sekitar 10 meter, dan ada pintu keluar juga. Jadi lubangnya teh ada dua,” tuturnya.
Terkait tujuannya membuat gua, Nuryana mengaku memang sengaja. Namun, tidak berarti sengaja membuat gua, melainkan hanya untuk berteduh, ketika capai atau turun hujan saat mengolah lahan miliknya.
"Buat neduh aja. Terus sekarang banyak yang nyebut gua. Kalau pas hujan, neduh di dalam teh, enak. Nggak kaget sama petir juga. Ya di dalam juga bisa salat, karena kan tinggi," ungkap dia.
Selain gua, di loaksi itu juga terdapat gubuk terbuat dari bambu dan kayu. Gubuk itu digunakan untuk berteduh, saat cuaca cerah. "Ya kaya sekarang ini, pas cerah kita di sini. Kalau hujan, yang masuk ke gua,” kata Tuti, istri dari Nuryana.
"Kalau malam mah kita pulang A. Itu nyicil bikinnya. Ini aja, gubuk ya bikin sendiri, masang asbes. Kami siang ke sini, kalau malam pulang. Jadi nggak tinggal menetap di sini," lanjut dia.
"Jadi sebenarnya nggak tinggal di dalam gua. Tapi memang setiap hari kami ke sini, karena ya punya ladang. Ini yang ditanami kangkung ini, lahan saya. Dan saya dari kecil sudah terbiasa diajak ke sini sama ayah,” ujarnya.
Keberadaan gua sendiri, memerlukan waktu yang cukup lama. Diakuinya, dia yang membuat galian di Gawir, hingga akhirnya lahirlah gua milik pribadi itu.
"Nggak sekaligus. Tanah dari galian itu, saya gunakan untuk mengurug jalan yang ke arah sungai. Tadinya kan curam banget,” papar dia.
"Selesai menggali, terus disemen gitu. Dan itu pun sama, nggak sekaligus. Ini panjangnya sekitar 10 meter, dan ada pintu keluar juga. Jadi lubangnya teh ada dua,” tuturnya.
Terkait tujuannya membuat gua, Nuryana mengaku memang sengaja. Namun, tidak berarti sengaja membuat gua, melainkan hanya untuk berteduh, ketika capai atau turun hujan saat mengolah lahan miliknya.
"Buat neduh aja. Terus sekarang banyak yang nyebut gua. Kalau pas hujan, neduh di dalam teh, enak. Nggak kaget sama petir juga. Ya di dalam juga bisa salat, karena kan tinggi," ungkap dia.
Selain gua, di loaksi itu juga terdapat gubuk terbuat dari bambu dan kayu. Gubuk itu digunakan untuk berteduh, saat cuaca cerah. "Ya kaya sekarang ini, pas cerah kita di sini. Kalau hujan, yang masuk ke gua,” kata Tuti, istri dari Nuryana.
"Kalau malam mah kita pulang A. Itu nyicil bikinnya. Ini aja, gubuk ya bikin sendiri, masang asbes. Kami siang ke sini, kalau malam pulang. Jadi nggak tinggal menetap di sini," lanjut dia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda