Silatnas IKA Unisma: Penguatan Entrepreneurship di Kampus Merdeka

Minggu, 05 Juli 2020 - 17:39 WIB


Sementara Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendesa PDTT, Samsul Widodo memberikan pemahaman terkait dengan Kampus Merdeka atau Merdeka Belajar, dimana pada saat itu Kemendesa PDTT juga diundang oleh Mendikbud, Nadim Makariem, untuk mendiskusikan dan merumuskan konsep Kampus Merdeka ini diluncurkan.

"Intinya, mahasiswa diberi kesempatan sampai lulus itu hanya delapan semester dan memang itu normalnya. Lima semester ditempuh sesuai minat jurusannya, dan yang tiga semester ini yang disebut dengan kampus merdeka," ujarnya.

Jika satu semester enam bulan, lanjut Samsul, berarti ada 1,5 tahun mahasiswa menempuh minat studi di luar bidang studi dan di luar kampus atau di dalam kampus menempuh bidang studi yang diminatinya atau di luar kampus.

(Baca juga: Dini Hari, Gempa Bermagnitudo 5.3 Guncang Malang dan Blitar )

Dia mencontohkan, satu semester magang di start up. Mungkin banyak mahasiswa yang mengetahui start up, mereka bisa magang di start up bidang pendidikan, kesehatan maupun kewirausahaan dan bikin program di situ.

"Semester berikutnya mahasiswa bisa mengajar di desa, di daerah tertinggal atau terpencil, sebagaimana disampaikan oleh Kyai Said Aqil Siradj terkait dengan adanya kesenjangan pendidikan," terangnya.

Satu semester magang di desa untuk membantu desa mengembangkan sumberdayanya seperti potensi desa yang bisa dijadikan wisata. Bisa juga mahasiswa dari fakultas hukum bisa magang di bank komersial atau koperasi. Dengan magang di tempat tersebut, mahasiswa akan mengetahui secara detail sengketa keuangan atau perbankan, dan dengan cepat belajar dari kasus tersebut.

Di dunia nyata, lanjutnya, sebenarnya tidak ada orang yang 100 persen spesialis, dia harus belajar dari bidang-bidang lain untuk melengkapi dasar keilmuanya. Dengan demikian, setelah dia lulus para mahasiswa yang ikut dalam merdeka belajar ini dapat terserap dalam angkatan kerja di dunia usaha maupun industri. Bahkan, mahasiswa bisa menjadi pelaku usaha baru dengan pengalaman dan ketrampilan selama magang tiga semester ini.

Hal senada juga diungkapkan Muhammad Maulud yang akrab dipanggil Ilud. Alumni Fakultas Pertanian Unisma yang juga Ketua Umum Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia (KBHI) ini, mengungkapkan, kebijakan kampus merdeka seyogyanya berisi muatan 30 persen teori dan 70 persen praktik.

"Hal ini sering saya sampaikan ke pihak almamater dalam hal ini pihak Fakultas Pertanian Unisma. Hal ini untuk memberikan penguatan kepada mahasiswa, karena selama ini hanya kuat di sisi teori saja," ungkapnya.

(Baca juga: Wisata Gunung Bromo Segera Dibuka, Jumlah Pengunjung Dibatasi )

Dia mengatakan, berdasarkan pengalaman dari mahasiswa magang di tempat kerjanya, sejak tahun 1997 sampai sekarang. Bulan pertama, mahasiswa belajar dari hulu sampai hilir, dan satu bulan berikutnya harus memulai dengan usaha yang dirintisnya, serta di bulan ketiga mereka sudah terampil dan berkemampuan dalam menjalankan usahanya setelah proses magang ini.

Sejak awal mahasiswa diperkenalkan dengan bidang studi yang dipilihnya, dan di tahun kedua diarahkan pada jurusan yang akan dipilih sekaligus ruang lingkupnya. Tidak hanya dari segi teori, tetapi juga dilakukan pengenalan lapangan pada pekerjaan sebagai profesi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More