Kisah Mak Titi, Perajin Anyaman Bambu di Nagrog Purwakarta yang Mulai Dilupakan
Kamis, 02 Juli 2020 - 21:39 WIB
PURWAKARTA - Mak Titi (52) terlihat cukup terampil begitu tangannya memegang lembaran-lembaran dari bambu yang di belah tipis. Jari jemari tangannya sibuk menganyam satu demi satu lembaran bambu untuk dibuat hihid (kipas dari bambu) sebagaimana pesanan.
Uniknya, mata Mak Titi tidak tertuju pada lembaran bambu yang sedang dianyam, melainkan fokus kepada tamu yang datang dengan sesekali menjawab setiap pertanyaan. (BACA JUGA: Ngaku Polisi, Komplotan Tak Dikenal Peras Pemilik Pangakalan Gas )
Mak Titi yang bernama lengkap Neng Rohaeti, warga di Kampung/Desa Nagrog RT 03/01 Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta ini, sangat ramah. (BACA JUGA: 6 Pekan di Posisi Aman, Reproduksi COVID-19 Jabar Naik Lagi di Angka 1,01 )
Dia bersama suaminya, Abdul Rosad atau Bah Osad (58) akan antusias dan menyambut tamu yang datang, terlebih jika sang tamu ingin serius mendalami kerajinan anyaman bambu. Mereka akan selalu terbuka dan dengan penuh semangat akan melatih kepada siapa pun yang datang. (BACA JUGA: Aneh Tapi Nyata, Tanaman Pisang Tumbuh di Dahan Pohon dalam Makam )
Mak Titi dan Bah Osad merupakan saksi dan pelaku sejarah atas kejayaan kerajinan anyaman bambu di Desa Nagrog. Di era tahun 90-an, kelompok perajin Desa Nagrog termasuk diperhitungkan di dunia anyaman bambu, selain para perajin dari Tasikmalaya.
Mak Titi, sang penganyam bambu diKampung/Desa Nagrog RT 03/01 Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi
Bahkan, Inggris dan Jepang menjadi dua negara yang kerap memesan sejumlah kerajinan bambu. Sehingga Desa Nagrog terkenal dengan sentra anyaman bambu, sebab hampir semua warganya memiliki keahlian menganyam.
Sayangnya, kata Mak Titi, saat ini kondisinya berbeda. Potensi besar di desa kami tidak terkelola dengan baik. Pada akhirnya, kerajinan anyaman bambu ini hanya dilakoni perorangan, tidak kelompok seperti dulu. Padahal, pasar anyaman bambu cukup terbuka lebar.
Uniknya, mata Mak Titi tidak tertuju pada lembaran bambu yang sedang dianyam, melainkan fokus kepada tamu yang datang dengan sesekali menjawab setiap pertanyaan. (BACA JUGA: Ngaku Polisi, Komplotan Tak Dikenal Peras Pemilik Pangakalan Gas )
Mak Titi yang bernama lengkap Neng Rohaeti, warga di Kampung/Desa Nagrog RT 03/01 Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta ini, sangat ramah. (BACA JUGA: 6 Pekan di Posisi Aman, Reproduksi COVID-19 Jabar Naik Lagi di Angka 1,01 )
Dia bersama suaminya, Abdul Rosad atau Bah Osad (58) akan antusias dan menyambut tamu yang datang, terlebih jika sang tamu ingin serius mendalami kerajinan anyaman bambu. Mereka akan selalu terbuka dan dengan penuh semangat akan melatih kepada siapa pun yang datang. (BACA JUGA: Aneh Tapi Nyata, Tanaman Pisang Tumbuh di Dahan Pohon dalam Makam )
Mak Titi dan Bah Osad merupakan saksi dan pelaku sejarah atas kejayaan kerajinan anyaman bambu di Desa Nagrog. Di era tahun 90-an, kelompok perajin Desa Nagrog termasuk diperhitungkan di dunia anyaman bambu, selain para perajin dari Tasikmalaya.
Mak Titi, sang penganyam bambu diKampung/Desa Nagrog RT 03/01 Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi
Bahkan, Inggris dan Jepang menjadi dua negara yang kerap memesan sejumlah kerajinan bambu. Sehingga Desa Nagrog terkenal dengan sentra anyaman bambu, sebab hampir semua warganya memiliki keahlian menganyam.
Sayangnya, kata Mak Titi, saat ini kondisinya berbeda. Potensi besar di desa kami tidak terkelola dengan baik. Pada akhirnya, kerajinan anyaman bambu ini hanya dilakoni perorangan, tidak kelompok seperti dulu. Padahal, pasar anyaman bambu cukup terbuka lebar.
tulis komentar anda