Misteri Kesaktian dan Keberadaan Keris Nagasara Sabuk Inten
Selasa, 06 September 2022 - 05:03 WIB
Keris Nagasasra yang mempunyai 1.000 sisik emas dan bersabuk intan berlian ini mempunyai tuah untuk meredam seribu bencana dari berbagai penjuru wilayah kerajaan. Sang raja lalu memakainya untuk memadamkan pemberontakan dan serbuan tentara pemberontak dari kerajaan Blambangan. Dengan lenyapnya berbagai gejolak sosial, warga kembali tentram. Mereka bisa bekerja dengan tenang sehingga terhindar dari ancaman kelaparan.
Sementara versi lain menceritakan bahwa keris pusaka ini, sesuai dengan namanya, konon tercipta dari lidah sesosok makhluk berbentuk ular naga yang sangat sakti, namanya Nagasasra. Kisebutkan bahwa sang naga ini adalah putera seorang pertapa sakti bernama Manggir.
Sang pertapa kemudian berkelana dan bersemedi di salah satu gunung api. Namun sebelum pergi, dia sempat berpesan kepada istrinya, "Bila sekiranya ada keturunannya yang ingin bertemu, suruh dia mencariku ke sana," pesan Manggir kepada Ratu Perangin Angin, isterinya yang ternyata sedang mengandung.
Ketika lahir, ternyata anak yang dikandung itu bentuk fisiknya seperti ular naga. Tak hanya itu, perkembangan tubuh si anak juga begitu cepat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah menjelma menjadi seekor naga raksasa yang sangat ganas. Sesuai dengan keadaannya, si anak diberi nama Nogososro atau Nagasasra.
Konon, apabila Nagasasra berjalan atau merayap, maka langkahnya menggetarkan permukaan bumi dan mengakibatkan banyak gunung terancam meletus. Suayu hari Nagasasra hendak mencari ayahnya dan bertanya kepada ibunya, "lbu, tunjukkan di mana gerangan ayahku berada? Mengapa aku tidak seperti manusia biasa. Aku akan mencari ayah dan meminta padanya agar tubuhku dirubah seperti manusia biasa, " katanya.
Ibunya tidak menjawab, karena dia sendiri tak dapat menjelaskan di mana keberadaan ayah dari anaknya. Karena tidak mendapat jawaban, Nagasasra sangat sedih. Ia lemudian pergi mencari ayahnya. Setelah sekian lama mencari, dia akhir menemukan ayahnya di sebuah gunung berapi yang berada di tepi pantai.
Melihat sosok anaknya, Manggir terkejut. Ayahnya merasa sangat malu dan enggan mengakui Nogososro sebagai anaknya. Meski demikian, dia tidak secara terang-terangan menyatakan hal itu. Ia kemudian bersiasat dengan menyuruh Nagasasra melilitkan tubuhnya ke sekeliling gunung tempatnya bertapa.
Manggi mentakan, dirinya akan mengakui Nagasasra sebagai anaknya jika ekornya bisa menyentuh kepalanya. Ujian itu berat bagi Nagasasra, karena kenyataannya, kepala dan ekornya tidak bisa saling menyentuh. Meski demikian, Nagasasra terus berusaha agar kepalanya bisa menyentuh ekor. Nagasasra lalu menjulurkan lidahnya agar dapat mencapai ekor. Setelah sudah payah, usahanya Nagasasra berhasil.
Namun, Manggir tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia menilai apa yang dicapai Nagasasra tidak sah alias curang. Tidak hanya itu. Manggir lalu mencabut kerisnya, membabat lidah Nagasasra. Lidah anaknya terputus. Namun yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Lidah Nagasasra yang terputus mengeluarkan api seperti petir yang sangat dahsyat. Seluruh Pulau Jawa bergoncang. Lidah Nagasasra kekudian menjadi keris berbentuk lidah naga.
Keris ini menjadi keris pusaka. Saat Majapahit runtuh, keris itu dibawa ke Keraton Demak oleh Raden Patah. Lalu saat Demak Demak runtuh, keris pusaka itu dibawa Jaka Tingkir yang kemudian menjadi Raja Pajang. Kemudian keris dipakai Penembahan Senopati dan seterusnya keris tersebut berada di bawah penguasaan raja-raja Mataram dan keturunannya sampai sekarang.
Sementara versi lain menceritakan bahwa keris pusaka ini, sesuai dengan namanya, konon tercipta dari lidah sesosok makhluk berbentuk ular naga yang sangat sakti, namanya Nagasasra. Kisebutkan bahwa sang naga ini adalah putera seorang pertapa sakti bernama Manggir.
Sang pertapa kemudian berkelana dan bersemedi di salah satu gunung api. Namun sebelum pergi, dia sempat berpesan kepada istrinya, "Bila sekiranya ada keturunannya yang ingin bertemu, suruh dia mencariku ke sana," pesan Manggir kepada Ratu Perangin Angin, isterinya yang ternyata sedang mengandung.
Ketika lahir, ternyata anak yang dikandung itu bentuk fisiknya seperti ular naga. Tak hanya itu, perkembangan tubuh si anak juga begitu cepat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah menjelma menjadi seekor naga raksasa yang sangat ganas. Sesuai dengan keadaannya, si anak diberi nama Nogososro atau Nagasasra.
Konon, apabila Nagasasra berjalan atau merayap, maka langkahnya menggetarkan permukaan bumi dan mengakibatkan banyak gunung terancam meletus. Suayu hari Nagasasra hendak mencari ayahnya dan bertanya kepada ibunya, "lbu, tunjukkan di mana gerangan ayahku berada? Mengapa aku tidak seperti manusia biasa. Aku akan mencari ayah dan meminta padanya agar tubuhku dirubah seperti manusia biasa, " katanya.
Ibunya tidak menjawab, karena dia sendiri tak dapat menjelaskan di mana keberadaan ayah dari anaknya. Karena tidak mendapat jawaban, Nagasasra sangat sedih. Ia lemudian pergi mencari ayahnya. Setelah sekian lama mencari, dia akhir menemukan ayahnya di sebuah gunung berapi yang berada di tepi pantai.
Melihat sosok anaknya, Manggir terkejut. Ayahnya merasa sangat malu dan enggan mengakui Nogososro sebagai anaknya. Meski demikian, dia tidak secara terang-terangan menyatakan hal itu. Ia kemudian bersiasat dengan menyuruh Nagasasra melilitkan tubuhnya ke sekeliling gunung tempatnya bertapa.
Manggi mentakan, dirinya akan mengakui Nagasasra sebagai anaknya jika ekornya bisa menyentuh kepalanya. Ujian itu berat bagi Nagasasra, karena kenyataannya, kepala dan ekornya tidak bisa saling menyentuh. Meski demikian, Nagasasra terus berusaha agar kepalanya bisa menyentuh ekor. Nagasasra lalu menjulurkan lidahnya agar dapat mencapai ekor. Setelah sudah payah, usahanya Nagasasra berhasil.
Namun, Manggir tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia menilai apa yang dicapai Nagasasra tidak sah alias curang. Tidak hanya itu. Manggir lalu mencabut kerisnya, membabat lidah Nagasasra. Lidah anaknya terputus. Namun yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Lidah Nagasasra yang terputus mengeluarkan api seperti petir yang sangat dahsyat. Seluruh Pulau Jawa bergoncang. Lidah Nagasasra kekudian menjadi keris berbentuk lidah naga.
Keris ini menjadi keris pusaka. Saat Majapahit runtuh, keris itu dibawa ke Keraton Demak oleh Raden Patah. Lalu saat Demak Demak runtuh, keris pusaka itu dibawa Jaka Tingkir yang kemudian menjadi Raja Pajang. Kemudian keris dipakai Penembahan Senopati dan seterusnya keris tersebut berada di bawah penguasaan raja-raja Mataram dan keturunannya sampai sekarang.
tulis komentar anda