Antisipasi Kasus Cacar Monyet di Jatim, Warga Harus Tetap Taati Prokes
Senin, 22 Agustus 2022 - 14:23 WIB
SURABAYA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengonfirmasi kasus pertama Monkeypox atau cacar monyet masuk di Indonesia. Kasus tersebut ditemukan pada pasien laki-laki berusia 27 tahun pada Jumat (19/8/2022) usai melakukan perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis.
Temuan kasus ini dipastikan menjadi perhatian serius pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Untuk itu, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh warganya untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (prokes). Kendati di Jatim, Khofifah memastikan belum terkonfirmasi adanya kasus positif Monkeypox.
"Alhamdulillah di Jatim belum ada kasus yang teridentifikasi dan semoga virus tersebut tidak sampai ke sini. Tapi bukan berarti kita bisa menyepelekan Monkeypox ini. Maka saya menghimbau agar masyarakat tetap tenang sambil menjalankan protokol kesehatan," katanya di Gedung Negara Grahadi, Senin (22/8/2022).
Baca juga: 1.867 Penumpang Dilarang Naik Kereta Api karena Tak Penuhi Syarat Perjalanan
Khofifah menerangkan bahwa virus Monkeypox ditularkan melalui kontak erat manusia dengan manusia. Gejalanya antara lain adalah demam, sakit kepala, ruam pada kulit, nyeri otot dan kelelahan.
"Sebenarnya tingkat penularan Monkeypox ini lebih rendah dari Covid-19 dan gejalanya hampir sama dengan cacar air. Tetapi kita harus tetap siaga seperti saat kita menghadapi pandemi dulu," terangnya.
Dalam kondisi seperti saat ini, Khofifah mengimbau agar masyarakat tidak takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat gejala yang mengindikasikan Monkeypox. Dia juga meminta masyarakat agar tidak panik. Ia menjelaskan bahwa Monkeypox tidak membutuhkan isolasi terpusat seperti saat pandemi Covid-19 menyerang.
Akan tetapi karena penularannya melalui kontak erat dengan orang yang memiliki cacar monyet, sebaiknya tetap waspada dan menjaga jarak. Terlebih, pasien yang terkena Monkeypox dapat sembuh dengan sendirinya dari gejala yang diderita pada minggu kedua atau keempat. Hanya saja, penanganan klinis harus tetap ditingkatkan untuk mempercepat proses pemulihan dan meminimalisir bekas luka.
"Sejauh ini, info dari Kemenkes bahwa pasien bisa sembuh sendiri kalau tidak ada infeksi tambahan atau komorbid berat. Jadi, selain melakukan protokol kesehatan, kita juga harus menjaga pola hidup sehat," tuturnya.
Temuan kasus ini dipastikan menjadi perhatian serius pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Untuk itu, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh warganya untuk selalu mematuhi protokol kesehatan (prokes). Kendati di Jatim, Khofifah memastikan belum terkonfirmasi adanya kasus positif Monkeypox.
"Alhamdulillah di Jatim belum ada kasus yang teridentifikasi dan semoga virus tersebut tidak sampai ke sini. Tapi bukan berarti kita bisa menyepelekan Monkeypox ini. Maka saya menghimbau agar masyarakat tetap tenang sambil menjalankan protokol kesehatan," katanya di Gedung Negara Grahadi, Senin (22/8/2022).
Baca juga: 1.867 Penumpang Dilarang Naik Kereta Api karena Tak Penuhi Syarat Perjalanan
Khofifah menerangkan bahwa virus Monkeypox ditularkan melalui kontak erat manusia dengan manusia. Gejalanya antara lain adalah demam, sakit kepala, ruam pada kulit, nyeri otot dan kelelahan.
"Sebenarnya tingkat penularan Monkeypox ini lebih rendah dari Covid-19 dan gejalanya hampir sama dengan cacar air. Tetapi kita harus tetap siaga seperti saat kita menghadapi pandemi dulu," terangnya.
Dalam kondisi seperti saat ini, Khofifah mengimbau agar masyarakat tidak takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat gejala yang mengindikasikan Monkeypox. Dia juga meminta masyarakat agar tidak panik. Ia menjelaskan bahwa Monkeypox tidak membutuhkan isolasi terpusat seperti saat pandemi Covid-19 menyerang.
Akan tetapi karena penularannya melalui kontak erat dengan orang yang memiliki cacar monyet, sebaiknya tetap waspada dan menjaga jarak. Terlebih, pasien yang terkena Monkeypox dapat sembuh dengan sendirinya dari gejala yang diderita pada minggu kedua atau keempat. Hanya saja, penanganan klinis harus tetap ditingkatkan untuk mempercepat proses pemulihan dan meminimalisir bekas luka.
"Sejauh ini, info dari Kemenkes bahwa pasien bisa sembuh sendiri kalau tidak ada infeksi tambahan atau komorbid berat. Jadi, selain melakukan protokol kesehatan, kita juga harus menjaga pola hidup sehat," tuturnya.
(msd)
tulis komentar anda