Guru Besar Teknik Kimia Undip Minta Waspadai Bahaya Antimon pada Galon Sekali Pakai
Kamis, 04 Agustus 2022 - 13:32 WIB
JAKARTA - Guru Besar Bidang Pemrosesan Pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip), Andri Cahyo Kumoro, meminta masyarakat untuk mewaspadai bahaya antimon yang ada pada kemasan galon sekali pakai berbahan PET (polietilena tereftalat). Suhu penyimpanan yang tinggi dan penyinaran sinar matahari secara langsung disebut dapat meningkatkan pelepasan zat antimon ini ke dalam air kemasannya.
“Senyawa antimon, titanium atau germanium digunakan sebagai katalis dalam pembuatan botol polietilen tereftalat atau PET, yaitu pada reaksi polimerisasi monomer asam tereftalat dan etilen glikol,” ujar dia.
Andri mengatakan antimoni trioksida adalah salah satu katalis yang paling banyak digunakan. Jumlah antimon trioksida yang ditemukan dalam botol kemasan dari PET bervariasi antara 100-300 mg/kg. Menurutnya, antimoni merupakan salah satu pencemar air minum yang utama, yang melebihi tingkat kontaminan maksimum (MCL), yaitu 6 ppb, dalam beberapa kondisi penggunaannya.
Paparan jangka pendek ke tingkat yang lebih tinggi dari MCL, kata Andri, dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan diare. Selain itu, kolesterol darah yang lebih tinggi dan gula darah yang lebih rendah adalah efek samping lain yang sering dilaporkan jika terpapar dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Suhu penyimpanan yang tinggi dan penyinaran sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan pelepasan Antimon atau Sb ke dalam air kemasan,” katanya.
Dari pengamatan di warung-warung, terlihat banyak air minum dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai ini yang terjemur sinar matahari saat penjualannya.
Sebelumnya, dalam penelitian yang dilakukan Poltekkes Kemenkes Surabaya ditemukan adanya peluluhan atau migrasi Antimon (Sb) dari kemasan jenis PET ke dalam air kemasan yang disimpan dalam ruang penyimpanan dengan temperatur tinggi dalam waktu yang lama.
Dalam observasinya, Poltekkes Kemenkes Surabaya membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu pemeriksaan pada hari pertama, kelima, dan kesepuluh setelah perlakuan pemanasan sinar matahari.
“Senyawa antimon, titanium atau germanium digunakan sebagai katalis dalam pembuatan botol polietilen tereftalat atau PET, yaitu pada reaksi polimerisasi monomer asam tereftalat dan etilen glikol,” ujar dia.
Andri mengatakan antimoni trioksida adalah salah satu katalis yang paling banyak digunakan. Jumlah antimon trioksida yang ditemukan dalam botol kemasan dari PET bervariasi antara 100-300 mg/kg. Menurutnya, antimoni merupakan salah satu pencemar air minum yang utama, yang melebihi tingkat kontaminan maksimum (MCL), yaitu 6 ppb, dalam beberapa kondisi penggunaannya.
Paparan jangka pendek ke tingkat yang lebih tinggi dari MCL, kata Andri, dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan diare. Selain itu, kolesterol darah yang lebih tinggi dan gula darah yang lebih rendah adalah efek samping lain yang sering dilaporkan jika terpapar dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Suhu penyimpanan yang tinggi dan penyinaran sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan pelepasan Antimon atau Sb ke dalam air kemasan,” katanya.
Dari pengamatan di warung-warung, terlihat banyak air minum dalam kemasan (AMDK) galon sekali pakai ini yang terjemur sinar matahari saat penjualannya.
Sebelumnya, dalam penelitian yang dilakukan Poltekkes Kemenkes Surabaya ditemukan adanya peluluhan atau migrasi Antimon (Sb) dari kemasan jenis PET ke dalam air kemasan yang disimpan dalam ruang penyimpanan dengan temperatur tinggi dalam waktu yang lama.
Dalam observasinya, Poltekkes Kemenkes Surabaya membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu pemeriksaan pada hari pertama, kelima, dan kesepuluh setelah perlakuan pemanasan sinar matahari.
tulis komentar anda