Kisah Sultan Agung Mengislamkan Penanggalan Jawa, Tepat 1 Suro dan 1 Muharram

Senin, 01 Agustus 2022 - 07:00 WIB
Kalender Saka atau Jawa merupakan sistem penanggalan yang aturan mainnya didasarkan perhitungan matematis dari fenomena alam. Banyak yang menilai, perhitungan penanggalan Jawa lebih rinci.



Sistem penanggalan pra Islam tersebut mengenal siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran. Yakni Kliwon/Kasih, Legi/Manis, Pahing/Jenar, Pon/Palguna dan Wage/Kresna/Langking.

Penanggalan Jawa menyebut Minggu dengan Radite, Senin dengan Soma, Selasa dengan Anggara, Rebo dengan Budha, Kamis dengan Respati, Jumat atau Jemuwah dengan Sukra dan Sabtu atau Setu dengan Tumpak atau Saniscara.

Orang Jawa juga mengenal perhitungan satu windu, yakni 8 tahun. Kemudian tahun panjang berumur 355 hari yang disebut wuntu dan tahun pendek yang berumur 354 hari yang bernama wastu.

Pengubahan sistem penanggalan yang dilakukan Sultan Agung diikuti dengan pengapdosian nama bulan-bulan Islam. Nama-nama bulan Islam dijawakan. Seperti Suro atau Sura untuk menyebut Muharam yang usianya 30 hari.

Kemudian Safar menjadi Sapara (29 hari), Rabiul Awal menjadi Mulud (30 hari), Rabiul Akhir menjadi Bakdamulud (29 hari), Rajab menjadi Rejeb (30 hari), Syakban menjadi Ruwah (29 hari), Ramadan menjadi Poso (30 hari) hingga Zulhijah menjadi Besar (29/30 hari).



Orang Jawa juga mengenal istilah penanggalan tahun Alif (354 hari), tahun Ehe (355 hari), tahun Dal (354 hari), tahun Wawu (354 hari) dan hingga tahun Jimakir (355 hari).

Sebelum menetapkan sistem penanggalan Jawa Islam sehingga 1 Muharam diperingati bersamaan dengan tradisi 1 Suro, Sultan Agung mengalami peristiwa spiritual di pesarean (makam) Sunan Tembayat di Klaten Jawa Tengah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content