Dongkrak PDB Nasional, KemenPPPA Dorong Partisipasi Perempuan di Semua Sektor
Kamis, 14 Juli 2022 - 23:16 WIB
BOGOR - Peran perempuan di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Meningkatnya peran perempuan ternyata turut mendongkrak produk domestik bruto (PDB) nasional.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ( KemenPPPA )Lenny N. Rosalin mengatakan, jika perempuan diberikan akses agar bisa berpartisipasi, maka produk domestik bruto (PDB) akan naik. Bahkan, terserap 3 persen saja angkatan kerja perempuan, maka PDB akan naik mencapai US$135 milliar.
"Studi McKinsey menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi perempuan, maka sebetulnya produk domestik bruto kita bisa naik. Studi itu menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan 3 persen saja ya, itu PDB Indonesia bisa naik US$ 135 miliar," papar Lenny dalam diskusi daring yang digelar FMB9 bertema 'Perempuan Berdaya untuk Pulih Bersama' pada Kamis (14/7/22).
Saat ini, menurutnya, banyak sektor pembangunan yang melibatkan peran perempuan. "Yang dulu belum bisa dimasuki oleh perempuan, sekarang perempuan sudah bisa masuk ke dalamnya," imbuh Ketua Umum Panitia Nasional G20 MCWE 2022 itu.
Meski demikian, Lenny juga tidak menampik kuatnya budaya patriarki sehingga menghambat perempuan untuk berperan lebih maksimal, utamanya dalam mendukung berbagai pembangunan nasional. "Seperti kita semua tahu, salah satunya adalah budaya di masyarakat kita yang masih sebagian besar menerapkan budaya patriarki," paparnya.
Hal ini menimbulkan gap yang cukup besar antara partisipasi angkatan kerja perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki. Data pada 2021, kata Lenny, angkatan kerja perempuan baru menyentuh angka 54,3 persen, sementara laki-laki sudah mencapai 82 persen.
Lanjut Lenny, melalui aliansi G20 Empower dan Engagement Group Women20 atau W20, pihaknya mendorong seluruh elemen agar meningkatkan kualitas hidup para perempuan Indonesia dengan bersinergai, bekerjasama memberikan ruang bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya.
"Sebab, terbukti bahwa memberdayakan perempuan, itu akan memberikan dampak multiplier. Jadi tidak hanya pada perempuan, tetapi juga pada keluarga, masyarakat dan bangsa," tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Tim Juru Bicara G20 Maudy Ayunda mengatakan hingga saat ini, jumlah perempuan Indonesia mencapai 49,5 persen dari total populasi. Mayoritas dari mereka, kata Maudy, adalah kategori usia produktif.
Menurut Maudy, negera harus peduli pada perempuan dan memberikan jalur-jalur yang dapat mendukung terciptanya kesetaraan gender. Dengan memberikan ruang bagi perempuan untuk berkarya, maka negara dapat mencapai kemajuan.
"Jadi kalau kita ingin negara kita maju maka kita juga perlu menaruh perhatian pada isu pemberdayaan perempuan. Kita harus peduli dan betul-betul mendukung kesetaraan karena perempuan memiliki hak yang sama," tutupnya.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ( KemenPPPA )Lenny N. Rosalin mengatakan, jika perempuan diberikan akses agar bisa berpartisipasi, maka produk domestik bruto (PDB) akan naik. Bahkan, terserap 3 persen saja angkatan kerja perempuan, maka PDB akan naik mencapai US$135 milliar.
"Studi McKinsey menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi perempuan, maka sebetulnya produk domestik bruto kita bisa naik. Studi itu menyebutkan kalau kita bisa menaikkan partisipasi angkatan kerja perempuan 3 persen saja ya, itu PDB Indonesia bisa naik US$ 135 miliar," papar Lenny dalam diskusi daring yang digelar FMB9 bertema 'Perempuan Berdaya untuk Pulih Bersama' pada Kamis (14/7/22).
Saat ini, menurutnya, banyak sektor pembangunan yang melibatkan peran perempuan. "Yang dulu belum bisa dimasuki oleh perempuan, sekarang perempuan sudah bisa masuk ke dalamnya," imbuh Ketua Umum Panitia Nasional G20 MCWE 2022 itu.
Meski demikian, Lenny juga tidak menampik kuatnya budaya patriarki sehingga menghambat perempuan untuk berperan lebih maksimal, utamanya dalam mendukung berbagai pembangunan nasional. "Seperti kita semua tahu, salah satunya adalah budaya di masyarakat kita yang masih sebagian besar menerapkan budaya patriarki," paparnya.
Hal ini menimbulkan gap yang cukup besar antara partisipasi angkatan kerja perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki. Data pada 2021, kata Lenny, angkatan kerja perempuan baru menyentuh angka 54,3 persen, sementara laki-laki sudah mencapai 82 persen.
Lanjut Lenny, melalui aliansi G20 Empower dan Engagement Group Women20 atau W20, pihaknya mendorong seluruh elemen agar meningkatkan kualitas hidup para perempuan Indonesia dengan bersinergai, bekerjasama memberikan ruang bagi perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya.
"Sebab, terbukti bahwa memberdayakan perempuan, itu akan memberikan dampak multiplier. Jadi tidak hanya pada perempuan, tetapi juga pada keluarga, masyarakat dan bangsa," tutupnya.
Pada kesempatan yang sama, Tim Juru Bicara G20 Maudy Ayunda mengatakan hingga saat ini, jumlah perempuan Indonesia mencapai 49,5 persen dari total populasi. Mayoritas dari mereka, kata Maudy, adalah kategori usia produktif.
Menurut Maudy, negera harus peduli pada perempuan dan memberikan jalur-jalur yang dapat mendukung terciptanya kesetaraan gender. Dengan memberikan ruang bagi perempuan untuk berkarya, maka negara dapat mencapai kemajuan.
"Jadi kalau kita ingin negara kita maju maka kita juga perlu menaruh perhatian pada isu pemberdayaan perempuan. Kita harus peduli dan betul-betul mendukung kesetaraan karena perempuan memiliki hak yang sama," tutupnya.
(don)
tulis komentar anda