Cerita Chairil Anwar yang Minta Dilukis Sudjojono, tapi Ditangkap Polisi Jepang
Kamis, 14 Juli 2022 - 15:19 WIB
“Wah ini bagus Djon!,” kata Chairil Anwar.
“Itu jeng Mia dapat dari loakan”.
“Wah, wah! Perempuan yang tahu menyelamatkan Andre Gide dari loakan, seorang istri ideal Djon!,” seru Chairil Anwar bersemangat.
Di mata teman-temanya sesama seniman, Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang selalu gelisah dan liar. Ia tidak pernah menetap di satu tempat dengan lama. Hidupnya bohemian, mondar-mandir dan selalu berpindah-pindah.
Usai membolak-balik buku Andre Gide, Chairil lantas meninggalkan tempat Sudjojono tanpa berkata apa-apa. Beberapa waktu kemudian Chairil Anwar datang lagi dengan satu tube besar cat zinkwit. Ia enggan bercerita dari mana zinkwit didapatnya, yang ketika itu cat minyak sulit dicari.
Chairil langsung menyiapkan diri sebagai model lukisan. Ia siap dilukis dengan gaya potret diri. Di kanvas yang tersedia, Sudjojono mulai bekerja. Ia menggoreskan kuasnya, membuat lukisan sosok Chairil Anwar. Setelah beberapa kali berpose, Chairil pergi begitu saja dan tak pernah muncul lagi.
“Belakangan kami mendengar ia ditangkap Kenpeitai (Polisi rahasia Jepang), karena zinkwit itu dicurinya dari Yamamoto, seorang pelukis Jepang peranakan Prancis,” tulis Mia Bustam.
Kabar penangkapan Chairil Anwar oleh polisi Jepang benar adanya. Suatu hari sepulang menimbangkan Tedjabayu Sudjojono, putranya, Mia Bustam melihat dengan mata kepala sendiri. Ia menyaksikan Chairil Anwar sedang digiring dua orang Kenpeitai yang sebentar-sebentar menyodokkan popor karaben ke tubuh ringkih Chairil dengan memaki-maki .
Kondisi Chairil Anwar mengenaskan. Wajahnya sembab dengan kedua pelupuk mata membiru dan bengkak. Chairil berjalan sempoyongan. Mia Bustam mengaku tidak berani melihat terang-terangan karena khawatir akan menarik perhatian dua orang polisi Jepang itu. “Tapi saat itu kebencianku terhadap serdadu Jepang menjadi semakin memuncak,” kata Mia Bustam.
Chairil Anwar tutup usia pada 28 April 1949, di usia 27 tahun. Penyair legendaris Indonesia itu dimakamkan di Pemakaman Umum Karet, Jakarta. Sepanjang tahun 1942-1949, Chairil Anwar telah menghasilkan 94 karya tulis, dengan 70 karya di antaranya sajak asli. HB Jassin, paus satra Indonesia menobatkan Chairil Anwar sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
“Itu jeng Mia dapat dari loakan”.
“Wah, wah! Perempuan yang tahu menyelamatkan Andre Gide dari loakan, seorang istri ideal Djon!,” seru Chairil Anwar bersemangat.
Di mata teman-temanya sesama seniman, Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang selalu gelisah dan liar. Ia tidak pernah menetap di satu tempat dengan lama. Hidupnya bohemian, mondar-mandir dan selalu berpindah-pindah.
Usai membolak-balik buku Andre Gide, Chairil lantas meninggalkan tempat Sudjojono tanpa berkata apa-apa. Beberapa waktu kemudian Chairil Anwar datang lagi dengan satu tube besar cat zinkwit. Ia enggan bercerita dari mana zinkwit didapatnya, yang ketika itu cat minyak sulit dicari.
Chairil langsung menyiapkan diri sebagai model lukisan. Ia siap dilukis dengan gaya potret diri. Di kanvas yang tersedia, Sudjojono mulai bekerja. Ia menggoreskan kuasnya, membuat lukisan sosok Chairil Anwar. Setelah beberapa kali berpose, Chairil pergi begitu saja dan tak pernah muncul lagi.
“Belakangan kami mendengar ia ditangkap Kenpeitai (Polisi rahasia Jepang), karena zinkwit itu dicurinya dari Yamamoto, seorang pelukis Jepang peranakan Prancis,” tulis Mia Bustam.
Kabar penangkapan Chairil Anwar oleh polisi Jepang benar adanya. Suatu hari sepulang menimbangkan Tedjabayu Sudjojono, putranya, Mia Bustam melihat dengan mata kepala sendiri. Ia menyaksikan Chairil Anwar sedang digiring dua orang Kenpeitai yang sebentar-sebentar menyodokkan popor karaben ke tubuh ringkih Chairil dengan memaki-maki .
Kondisi Chairil Anwar mengenaskan. Wajahnya sembab dengan kedua pelupuk mata membiru dan bengkak. Chairil berjalan sempoyongan. Mia Bustam mengaku tidak berani melihat terang-terangan karena khawatir akan menarik perhatian dua orang polisi Jepang itu. “Tapi saat itu kebencianku terhadap serdadu Jepang menjadi semakin memuncak,” kata Mia Bustam.
Chairil Anwar tutup usia pada 28 April 1949, di usia 27 tahun. Penyair legendaris Indonesia itu dimakamkan di Pemakaman Umum Karet, Jakarta. Sepanjang tahun 1942-1949, Chairil Anwar telah menghasilkan 94 karya tulis, dengan 70 karya di antaranya sajak asli. HB Jassin, paus satra Indonesia menobatkan Chairil Anwar sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda