Wabah PMK di Ponorogo Meledak, 6.000 Sapi Tertular 500 Ekor Mati
Kamis, 23 Juni 2022 - 04:28 WIB
PONOROGO - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Ponorogo, Jawa Timur, meledak. Jumlah sapi yang terpapar telah mencapai 6.000 ekor dan hampir setiap hari ada yang mati.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, jumlah sapi yang terpapar PMK ada sebanyak 6.824 ekor. Naik hingga 2.000 kasus dalam dua hari, dari yang sebelumnya hanya 4.900 kasus.
Harmadi, peternak sapi mengaku resah dengan penyebaran PMK ini. Setiap hari, ada saja sapi yang mati akibat PMK.
"Jumlah yang mati sudah mencapai 500 lebih ekor sapi dewasa dan anak. Sapi yang terjangkit dan kritis ada yang langsung disembelih, karena kondisinya kritis," katanya, Rabu (22/6/2022).
Sementara itu, Kepala Desa Tambang, Tugiono mengatakan, wilayah terparah yang terpapar PMK ini adalah Kecamatan Pudak. Wabah PMK menyerang sentra sapi perah dan sapi penggemukan.
"Peternak di wilayah ini sudah memberi obat dan ramuan. Tetapi tetap saja banyak sapi yang mati," sambungnya.
Hingga kini, wabah PMK di Ponorogo masih terjadi. Petugas dari Dinas Pertanian dan para pemilik ternak pun masih terus berusaha melakukan pengobatan terjadap sapi yang hidup.
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, jumlah sapi yang terpapar PMK ada sebanyak 6.824 ekor. Naik hingga 2.000 kasus dalam dua hari, dari yang sebelumnya hanya 4.900 kasus.
Harmadi, peternak sapi mengaku resah dengan penyebaran PMK ini. Setiap hari, ada saja sapi yang mati akibat PMK.
"Jumlah yang mati sudah mencapai 500 lebih ekor sapi dewasa dan anak. Sapi yang terjangkit dan kritis ada yang langsung disembelih, karena kondisinya kritis," katanya, Rabu (22/6/2022).
Sementara itu, Kepala Desa Tambang, Tugiono mengatakan, wilayah terparah yang terpapar PMK ini adalah Kecamatan Pudak. Wabah PMK menyerang sentra sapi perah dan sapi penggemukan.
"Peternak di wilayah ini sudah memberi obat dan ramuan. Tetapi tetap saja banyak sapi yang mati," sambungnya.
Hingga kini, wabah PMK di Ponorogo masih terjadi. Petugas dari Dinas Pertanian dan para pemilik ternak pun masih terus berusaha melakukan pengobatan terjadap sapi yang hidup.
(san)
tulis komentar anda