2 Alat Pendeteksi COVID-19 Buatan Unpad-ITB Masuk Tahap Validasi Virus

Kamis, 18 Juni 2020 - 17:13 WIB
Alat deteksi COVID-19 hasil pengembangan peneliti Unpad dan ITB memasuki tahap validasi virus Corona. Foto/Humas Pemprov Jabar
BANDUNG - Dua alat pendeteksi COVID-19 yang dikembangkan peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) kini memasuki tahap validasi sampel SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.

Validasi terhadap sampel virus sebenarnya dilakukan setelah kedua alat bernama CePAD yang merupakan kepanjangan deteksi cepat, praktis, dan andal atau rapid test 2.0 dan surface plasmon resonance (SPR) tersebut tervalidasi di laboratorium. (Baca juga: Balita 2 Tahun Akan Diisolasi, Keluarga Menangis Histeris)



"Kami bekerja sama dengan beberapa pihak dalam validasi ini. Saat ini, formulasi dan uji CePAD di skala laboratorium terhadap protein virus sudah menunjukkan hasil yang baik, jadi bisa dilanjutkan ke validasi di lapangan," ungkap koordinator peneliti Fakultas MIPA Unpad, Muhammad Yusuf di Bandung, Kamis (18/6/2020). (Baca juga: Bule Amerika Dihajar Massa Gara-gara Curi Cincin Emas di Kuta Bali)





Yusuf menjelaskan, perbedaan alat rapid test 2.0 dengan alat rapid test yang umum digunakan saat ini adalah molekul yang dideteksi. Alat rapid test yang umum digunakan mendeteksi antibodi. Namun rapid test 2.0 mendeteksi antigen. Sehingga, rapid test 2.0 dapat mendeteksi virus lebih cepat karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.

"Konsep deteksi antibodi maupun antigen keduanya bagus dan berdasar pada teknologi yang benar. Deteksi antibodi saat ini keunggulannya pada samplingnya yang lebih mudah, dari darah. Namun, deteksi antibodi pada COVID-19 lebih tepat untuk tracing penyebaran virus," jelasnya.

Dia menambahkan, deteksi antigen bisa digunakan untuk mengetahui penyebab orang sakit ketika sedang menunjukkan gejala seperti demam dan batuk. "Jika orang baru terpapar virus beberapa hari, deteksi antibodi kemungkinan besar negatif atau nonreaktif karena antibodi terhadap virusnya belum terbentuk," tambahnya.

Yusuf melanjutkan, pihaknya bersama mitra industri sedang melengkapi fasilitas assembly rapid test dan produksi 5.000 unit pada Mei-Juni ini untuk keperluan validasi. Setelah validasi menunjukkan hasil yang baik, pihaknya menargetkan produksi 10.000 unit.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More