Selokan Mataram, Bukti Kehebatan Diplomasi Sultan HB IX Selamatkan Rakyat dari Kerja Paksa

Rabu, 06 April 2022 - 05:06 WIB
Kanal Yoshiro yang kini lebih dikenal dengan nama Selokan Mataram boleh dikatakan sebagai jejak kehebatan diplomasi Sri Sultan HB IX kepada bangsa Jepang. Foto ilusttrasi
JAKARTA - Kanal Yoshiro yang kini lebih dikenal dengan nama Selokan Mataram boleh dikatakan sebagai jejak kehebatan diplomasi Sri Sultan HB IX kepada bangsa Jepang. Lebih dari itu, Selokan Mataram merupakan bukti kecintaan, keberpihakan, dan perjuangan Sultan menyelamatkan rakyatnya dari penindasan mengerikan.

Kala itu, suhu panas Perang Dunia II menjalar hingga ke Asia Selatan. Ketika Jepang berhasil menaklukan sekutu di Asia Timur, dengan cepat bangsa yang kerap disebut Dai Nipon itu meloncat ke Asia Selatan. Dai Nipon yang tiba di Indonesia pada 1942, mendaulat diri sebagai Pelindung Asia, Cahaya Asia dan Pemimpin Asia.

Segala sumber daya yang ada di bumi di mana Jepang kuasai, dioptimalkan. Indonesia salah satu daerah potensial yang dikapitalisasi Jepang untuk kepentingan perangnya. Rakyat Indonesia dikerahkan untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan laut pun pelabuhan udara.



Di bawah kekuasaan Jepang, rakyat digiring untuk menjadi romusha atau pekerja paksa. Romusha artinya kerja tanpa upah, tanpa makanan, tanpa jaminan kesehatan, tak peduli musim kerja petani untuk menghidupi keluarga mereka. Akibat romusha ini, banyak rakyat tewas. Mereka mati karena sakit, kelaparan dan kecelakaan kerja. Keluarga mereka pun ikut melarat.

Situasi di masa romusha Jepang sungguh memperihatinkan. Maka ketika Jepang ingin menjadikan rakyat Yogyakarta sebagai pekerja paksa, Sri Sultan melawannya dengan cerdas dan halus melalui diplomasi. Diceritakan, kala itu Sri Sultan menemui pimpinan Jepang.

Dia menyampaikan bahwa dirinya dan seluruh rakyatnya ingin berkontribusi membantu memenangkan Jepang dalam perang. Namun bukan dengan mengangkat senjata atau ikut romusha di tempat lain, tapi membangun basis ekonomi, yaitu menjadikan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pusat pertanian.

Sri Sultan menyampaikan bahwa tenaga rakyatnya akan digunakan untuk membangun kanal atau selokan dari barat ke timur sepanjang 30 kilometer yang akan menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak. Dengan adanya kanal, jelas Sultan, daerah kering Yogyakarta akan berubah menjadi kawasan pertanian subur.

Selokan, Sultan meyakinkan, akan mengubah lahan kering di kawasan utara Yogyakarta seluas 15.734 hektare itu menjadi hamparan sawah yang bisa mendukung perjuangan Jepang melawan pasukan Sekutu.

Penjelasan Sri Sultan sangat disukai dan disetujui Jepang. Disebutkan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendapat bantuan dana untuk membuka proyek irigasi itu. Dengan dukungan itu, Sri Sultan mengerahkan warganya untuk membuka selokan puluhan kilometer yang selesai pada 1944.

Dengan cara ini, rakyatnya terhindar dari kerja rodi yang kerap membawa petaka kematian karena kejamnya Jepang. Tidak hanya selamat dari incaran kerja paksa, proyek irigasi itu ternyata sangat bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Diolah dari berbagai sumber
(don)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content