Gagalnya Sunan Gunung Jati Mengislamkan Prabu Siliwangi dan Asal Usul Penduduk Baduy Dalam

Rabu, 23 Februari 2022 - 06:47 WIB
Sejak saat itu, pusat kegiatan para wali dipindahkan ke Gunung Sembung, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Pusat kegiatan keagamaan ini kemudian disebut sebagai Puser Bumi (pusatnya dunia),

Pada tahun 1479 M, kedudukan pangeran Walangsungsang sebagai penguasa Cirebon kemudian digantikan putra adiknya yakni Syarif Hidayatullah yang sebelumnya menikahi Nyimas Pakungwati (putri dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Indang Geulis).

Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga selalu mendekati kakeknya yakni Jaya Dewata (Prabu Siliwangi) agar berkenan memeluk agama Islam seperti halnya neneknya Nyai Subang Larang, yang memang sudah lama menjadi seorang muslim jauh sebelum menikah dengan Prabu Siliwangi.

Tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil. Pada tanggal 12 Shafar 887 Hijriah atau tepatnya pada tanggal 2 April 1482 Masehi, akhirnya Syarif Hidayatullah membuat maklumat yang ditujukan kepada prabu Siliwangi selaku Raja Pakuan Pajajaran. bahwa mulai saat itu Cirebon tidak akan lagi mengirimkan upeti. Maklumat tersebut kemudian diikuti oleh para pembesar di wilayah Cirebon.

Kemudian, setelah Pakuan Pajajaran yang merupakan ibu kota Kerajaan Sunda Galuh jatuh kepada Syarif Hidayatullah pada tahun 1568, terjadi perundingan terakhir antara Syarif Hidayatullah dengan para pegawai istana. Syarif Hidayatullah kemudian memberikan 2 opsi.

Bagi para pembesar Istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya, seperti gelar Pangeran-Putri atau Panglima akan tetap disandangnya, dan kemudian mereka dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing.

Bagi para pembesar Istana Pakuan yang tidak bersedia masuk Islam maka harus keluar dari keraton masing-masing dan keluar dari ibu kota Pakuan Pajajaran untuk diberikan tempat di pedalaman Banten (wilayah Cibeo sekarang).

Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian besar para Pangeran dan Putri-Putri Raja menerima opsi pertama.

Sedang Pasukan Kawal Istana dan Panglimanya (sebanyak 40 orang) yang merupakan korps elite dari Angkatan Darat Pakuan memilih opsi kedua.

Diyakini mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam sekarang yang terus menjaga anggota permukiman yang hanya sebanyak 40 keluarga (karena keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan). Anggota yang tidak terpilih harus pindah ke permukiman Baduy Luar. Baca: Pendopo Agung Trowulan, Saksi Bisu Sumpah Palapa Gajah Mada yang Menggetarkan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content