Ridwan Kamil Paparkan Komitmen Perbaiki Kualitas Lingkungan Hidup di Jabar
Selasa, 16 November 2021 - 21:39 WIB
"Salah satu yang kami banggakan. Setelah sebelumnya Citarum dikenal dunia sebagai the dirties river in the world, sungai terkotor di dunia, kini statusnya dari cemar berat menjadi cemar ringan berkat strategi pentahelix ABCGM, yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media, kita keroyok sama-sama," paparnya.
Program Citarum Harum juga melibatkan TNI/Polri, sehingga penanganan sungai yang melintasi 13 kabupaten/kota tersebut menjadi lebih efektif. Strategi dan pencapaian ini yang membawa penanganan Citarum dipresentasikan dan mendapatkan apresiasi di ajang COP26 Glasgow, awal November lalu.
"Untuk mengelola 300 kilometer (DAS Citarum), 18 juta penduduk di sekitar DAS Citarum, kami membuat command center menggunakan (konsep) digital untuk memantau pencemaran, memonitor keamanan, memonitor data, dan mengambil keputusan," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Kang Emil, Jabar juga satu-satunya provinsi yang melahirkan inovasi ecovillage, yakni desa-desa yang memegang teguh pelestarian lingkungan hidup dimana jumlahnya kini sudah mencapai 377 desa dan akan menjadi budaya jangka panjang yang diterapkan di seluruh desa di Jabar
"Jabar juga berhasil melampaui target keragaman hayati lewat program Taman Hayati yang targetnya 217 hektar lebih kini sudah mencapai 238 hektar. Alhamdulillah naik 110 persen ke 38 hektar," sebut Kang Emil.
Isu lingkungan lainnya, yakni penanganan lahan kritis. Kang Emil menerangkan, lewat upaya reforestasi, pihaknya menargetkan bisa menanam 50 juta pohon dalam lima tahun. Program ini berjalan progresif dimana dalam tiga tahun terakhir sudah tertanam 40,6 juta pohon atau 80 persen dari target. Program ini pun diakselerasi menggunakan kampanye digital dimana warga Jabar yang ingin menyumbang pohon bisa mendaftar ke situs Simantri Bibit.
"Di situ (Simantri Bibit) bisa membeli bibit dan tinggal membayar secara digital. Nanti tim dari kami menanam dan melaporkan pohon itu ditanam di mana. Kalau menanam sendiri bisa melaporkan di aplikasi e-tanam," jelasnya.
Untuk urusan daur ulang sampah plastik, Jabar juga memiliki inovasi lewat fasilitas mengubah sampah plastik menjadi plastik lewat pendekatan sirkular ekonomi. Fasilitas ini juga ikut dimanfaatkan oleh Provinsi Bali dan Sulawesi dan diharapkan dapat diikuti seluruh provinsi di Indonesia.
"Sehingga kita tidak lagi disebut the second biggest polluter of plastic to ocean di dunia setelah China. Kita akan buktikan minimal Jawa Barat berkontribusi mengurangi sampah plastik," tegasnya.
Pemprov Jabar pun, kata Kang Emil, terus mendorong konsep waste to energy dengan mengakselerasi TPPAS Lulut Nambo di Bogor dan TPPAS Legoknangka di Kabupaten Bandung. TPPAS Lulut Nambo akan menghasilkan bahan bakar sejenis briket untuk industri semen menggantikan batu bara.
Program Citarum Harum juga melibatkan TNI/Polri, sehingga penanganan sungai yang melintasi 13 kabupaten/kota tersebut menjadi lebih efektif. Strategi dan pencapaian ini yang membawa penanganan Citarum dipresentasikan dan mendapatkan apresiasi di ajang COP26 Glasgow, awal November lalu.
"Untuk mengelola 300 kilometer (DAS Citarum), 18 juta penduduk di sekitar DAS Citarum, kami membuat command center menggunakan (konsep) digital untuk memantau pencemaran, memonitor keamanan, memonitor data, dan mengambil keputusan," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Kang Emil, Jabar juga satu-satunya provinsi yang melahirkan inovasi ecovillage, yakni desa-desa yang memegang teguh pelestarian lingkungan hidup dimana jumlahnya kini sudah mencapai 377 desa dan akan menjadi budaya jangka panjang yang diterapkan di seluruh desa di Jabar
"Jabar juga berhasil melampaui target keragaman hayati lewat program Taman Hayati yang targetnya 217 hektar lebih kini sudah mencapai 238 hektar. Alhamdulillah naik 110 persen ke 38 hektar," sebut Kang Emil.
Isu lingkungan lainnya, yakni penanganan lahan kritis. Kang Emil menerangkan, lewat upaya reforestasi, pihaknya menargetkan bisa menanam 50 juta pohon dalam lima tahun. Program ini berjalan progresif dimana dalam tiga tahun terakhir sudah tertanam 40,6 juta pohon atau 80 persen dari target. Program ini pun diakselerasi menggunakan kampanye digital dimana warga Jabar yang ingin menyumbang pohon bisa mendaftar ke situs Simantri Bibit.
"Di situ (Simantri Bibit) bisa membeli bibit dan tinggal membayar secara digital. Nanti tim dari kami menanam dan melaporkan pohon itu ditanam di mana. Kalau menanam sendiri bisa melaporkan di aplikasi e-tanam," jelasnya.
Untuk urusan daur ulang sampah plastik, Jabar juga memiliki inovasi lewat fasilitas mengubah sampah plastik menjadi plastik lewat pendekatan sirkular ekonomi. Fasilitas ini juga ikut dimanfaatkan oleh Provinsi Bali dan Sulawesi dan diharapkan dapat diikuti seluruh provinsi di Indonesia.
"Sehingga kita tidak lagi disebut the second biggest polluter of plastic to ocean di dunia setelah China. Kita akan buktikan minimal Jawa Barat berkontribusi mengurangi sampah plastik," tegasnya.
Pemprov Jabar pun, kata Kang Emil, terus mendorong konsep waste to energy dengan mengakselerasi TPPAS Lulut Nambo di Bogor dan TPPAS Legoknangka di Kabupaten Bandung. TPPAS Lulut Nambo akan menghasilkan bahan bakar sejenis briket untuk industri semen menggantikan batu bara.
tulis komentar anda