Akhir Hidup Mahapatih Gajah Mada di Tempat Pertapaan Madakaripura

Sabtu, 06 November 2021 - 05:03 WIB
Proses kehamilan Patni diawali dengan perbuatan Hyang Brahma (Dewa Api) yang tergoda untuk bersetubuh dengan Patni. Maka berubahlah wujud sang Dewa ini menyerupai Curadharmayogi dan mendatangi Patni, di saat suaminya yang asli sedang pergi mencari air minum.

Kehamilan Patni seolah tamparan bagi keduanya. Bagaimana tidak, keduanya sudah berjanji untuk meninggalkan kenikmatan dunia demi agama. Karena didorong rasa malu itulah keduanya memutuskan kabur ke hutan.

Pelarian mereka berakhir di dekat Gunung Semeru. Dari sana keduanya menuju ke arah Barat Daya, lalu sampai di Desa Maddha. Si jabang bayi akhirnya melahirkan di sebuah balai agung yang terletak di desa tersebut di tahun 1299.

Usai melahirkan, Patni bersama suaminya meninggalkan buah hati mereka seorang diri. Keduanya melanjutkan pelarian menuju gunung. Beruntung, tersebut dipungut oleh pemuka desa setempat. Kabar penemuan bayi itu sampai juga ke telinga salah satu patih tersohor dari Wilatikta. Sang patih lantas merawat dan membawa bayi yang kemudian diberi nama Maddha ini ke Majapahit.



Kisah ini terdapat dalam lontar Badad Gajah Maddha. Kopian cerita yang ditulis di atas lontar ini terdapat di perpustakaan lontar Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Penulisan di lontas menggunakan bahasa Bali-Tengahan. Hingga kini memang belum diketahui lontar asli yang menceritakan sang patih ini.

Bayi yang dibuang itu kemudian dikenal Gajah Mada yang menjadi tokoh sentral di Kerajaan Majapahit. Masa kejayaan Majapahit tidak lepas dari figur Gajah Mada. Karir militernya di Majapahit mulai menanjak setelah dia berhasil menyelamatkan Jayanegara, raja kedua Majapahit dalam peristiwa pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.

Dalam kitab Pararaton diceritakan, pemberontakan di zaman Jayanegara dilakukan oleh para Dharmaputra yang tak lain loyalis Raden Wijaya. Pemberontakan ini terjadi karena raja kedua Majapahit ini berdarah campuran Jawa dan etnis Melayu, bukan asli keturunan Kertanagara. Seperti diketahui, bahwa Jayanegara merupakan anak hasil perkawinan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Ra Kuti, seorang perwira Majapahit dari daerah Pajarakan (sekarang Probolinggo, Jawa Timur). Dalam pemberontakan Ra Kuti, Majapahit berhasil direbut dari tangan Jayanegara.

Karena jasa besarnya tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih Majapahit. Dari sini, karir militer Gajah Mada semakin moncer. Di hari-hari berikutnya, dipercaya untuk menumpas para pembelot kerajaan. Tercatat karena jasanya itu, dia pernah diangkat sebagai Patih Doha (Kediri) dan Patih Kahuripan (sekarang Sidoarjo).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content